Jaringan internet selalu dalam incaran kejahatan

Marcelus Ardiwinata (dok)

JAKARTA (IndoTelko) - Jaringan internet selalu berada dalam incaran serangan cyber security yang sangat membahayakan kelangsungan perusahaan.

“Ancaman terhadap jaringan internet selalu terjadi dari waktu ke waktu. Ancaman bisa dari luar, bisa juga dari dalam," ungkap Chief Operating Officer CBN Marcelus Ardiwinata dalam seminar dan pelatihan  bertajuk “CBN Cyber Security Seminar and Workshop 2017” pada 16–19 Mei 2017 di Marquee Conference Center.

Acara ini diselenggarakan CBN bekerja sama dengan Swiss German University (SGU) dan Indonesia Honeynet Project (IHP).

Diungkapkannya, bahkan beberapa waktu belakangan ini semakin marak serangan siber kepada perusahaan-perusahaan yang terkenal aman, baik di Indonesia maupun di dunia, mulai dari perusahaan telekomunikasi, perbankan, eCommerce, content provider, universitas, rumah sakit, bahkan instansi pemerintahan.

"Pada dasarnya, setiap bidang usaha yang berbasis internet sangatlah rentan akan serangan siber yang pada akhirnya merugikan perusahaan, seperti downtime, biaya bandwith yang jauh lebih besar, kehilangan pelanggan, merusak image brand/ perusahaan serta berkurangnya ketersediaan layanan dan pencurian data viral," ulasnya.

Ditambahkannya, antisipasi serangan siber akan semakin krusial apabila serangan ditujukan kepada situs yang berhubungan dengan proses pembayaran atau payment, karena dapat membahayakan pemasukan perusahaan maupun kepercayaan pelanggan. "Karena itu, penting sekali internet akses yang bersih dari gangguan,” jelasnya.

Dikatakannya, kerja sama dengan IHP bertujuan untuk melakukan penelitian bersama dalam menciptakan ekosistem internet yang aman dan nyaman serta dapat digunakan oleh individu atau organisasi dalam jaringan yang dikelola oleh CBN dengan membangun kemampuan pendeteksian dini ancaman keamanan siber, termasuk keamanan jaringan internal CBN.

Sedangkan pada perjanjian kerjasama CBN dengan SGU mayoritas bertujuan untuk menghasilkan talenta penerus bangsa yang berkualitas di bidang teknologi informasi, meliputi kegiatan sharing knowledge, program magang, rekrutmen, penelitian dan pengembangan bisnis teknologi informasi.

Seperti diketahui, isu serangan siber kembali hangat dibicarakan pasca tanggal 12 Mei 2017, jenis baru keluarga ransomware Ransom.CryptXXX  (terdeteksi sebagai Ransom.Wannacry) mulai menyebar luas menyerang sejumlah besar perusahaan, terutama di wilayah Eropa, dan meluas ke Indonesia.

WannaCry mengenkripsi file data dan meminta pengguna membayar uang tebusan sebesar USD300 dalam bentuk bitcoin. Pesan mengenai uang tebusan tersebut juga menunjukkan bahwa jumlahnya akan meningkat dua kali lipat dalam tiga hari ke depan. Jika pembayaran tidak dilakukan dalam jangka waktu tujuh hari, file yang dienkripsi akan dihapus.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menghimbau masyarakat agar tidak ketakutan atau merasa phobia menggunakan internet sehubungan dengan serangan siber yang telah terjadi secara global beberapa hari terakhir.

"Jangan sampai ada fobia memakai internet. Masyarakat tidak boleh takut memakai internet," ujar Rudiantara.

Menurut Rudiantara, seperti yang telah disosialisasikan Kemenkominfo, masalah serangan ransomware Wannacry itu solusinya cukup mudah. Hanya dengan memutuskan sebentar komputer dari jaringan internet dan melakukan back up date.

"Putuskan sebentar, buat back up data, lalu sambungkan lagi. Jangan diputus lalu cari back up seperti kebanyakan laki-laki," seloroh Rudiantara.(id)