Penutupan Cipika dan lampu kuning bisnis eCommerce

Pengumuman penutupan situs Cipika (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo telah memutuskan tak melanjutkan rencana revitalisasi layanan eCommerce Cipika.co.id karena beban operasional yang terlalu berat dan tak memberikan keuntungan bagi anak usaha Ooredoo itu.

Dalam laman resmi Cipika.co.id dinyatakan portal itu akan segera ditutup per tanggal 1 Juni 2017. (Baca: Cipika ditutup)

Presiden Direktur dan CEO Indosat Alexander Rusli mengakui manajemen mengambil langkah drastis menutup Cipika .co.id.

“Kita gak jadi pivot Cipika.co.id. Model bisnis masih bakar uang begini berat, belum ada (model bisnis) yang baru,” kata Alex dalam pesan singkat beberapa waktu lalu.

Menurutnya, aksi “Bakar Uang” artinya merusak Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) dari Indosat secara perusahaan. “Indosat sebagai telco company divaluasi berdasarkan EBITDA multiple,” katanya.

Berhentinya Indosat bermain eCommerce, menjadikan operator telekomunikasi yang masih berjuang di segmen ini adalah Telkom dengan Blanja.com, XL Axiata dengan Elevenia, dan Smartfren dengan Pop shop.

Elevenia dalam laporan keuangan XL di kuartal pertama 2017 dinyatakan memiliki 63 ribu sellers dan pengunjung rata-rata ke situs ini naik 39% dibandingkan akhir 2016 lalu.

Bahkan Elevenia masih bergairah menghadapi Ramadan 2017. Marketplace ini mencatat bahwa peningkatan transaksi mencapai dua kali lipat ketika memasuki bulan puasa.

Sementara Blanja.com baru saja melakukan revitalisasi dan akan disuntik dana segar oleh Telkom dan eBay sebagai pemiliknya pada tahun ini. (Baca: Modal Blanja.com)

“Kita tetap jalan dengan Blanja.com. Ini bagian dari komitmen Telkom membangun ekosistem ekonomi digital di Indonesia,” tegas SVP Media & Digital Business Telkom Joddy Hernady kepada IndoTelko.

Jangan samaratakan                    
Ketua Umum Asosiasi eCommerce Indonesia Aulia E Marinto meminta penutupan dari Cipika.co.id tak dilihat sebagai ada hal yang salah di industri eCommerce nasional.

“Saya tak mau tanggapi alasan penutupan karena itu sudah  disampaikan oleh pihak Indosat yang tentunya telah melalui pertimbangan tertentu. Namun kejadian ini tidak mencerminkan kondisi pasar eCommerce Indonesia dimana aktifitas dari para pemain terus tumbuh dan berkembang,” tegasnya kepada IndoTelko.

Aulia mengakui untuk berbisnis di eCommerce membutuhkan stamina yang tinggi dalam ini pemodalan. “Bisnis ini memang harus memiliki modal untuk promosi dan kampanye dalam membangun volume traction. Ada kesan bagi orang luar ini bisnis bakar duit, padahal jika mereka biasa berkecimpung di bisnis ritel ini hal biasa. Beda dengan pemain Telco yang semi ritel,” ulasnya.

Dikatakannya,  salah satu penopang bisnis eCommerce juga dari profil investornya. “Tadi kan saya bilang, untuk datangkan trafik saja sudah keluar biaya. Terus biaya (promosi/subsidi) lagi buat orang mau transkasi. Ini kalau investor gak tahan, ya bisa balik badan. Diitung-itung kok biaya terus, margin dikit. Padahal game plan kan beda dengan semi ritel,” tegasnya.

Secara terpisah, Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai Cipika wajar ditutup Indosat jika melihat dari sisi trafik saja kalah jauh dengan Blanja dan Elevenia. “Kalau lihat data iPrice untuk marketplace yang dikelola operator telekomunikasi, elevenia itu punya 34.6 juta pengunjung tiap bulan dan Blanja ada 5 juta pengunjung tiap bulan. Tak ada nama Cipika di daftar itu. Ini kan artinya memang sudah kalah bersaing,” katanya.

Menurut Heru dengan profil pemilik saham adalah Ooredoo yang lebih ingin Indosat fokus ke bisnis seluler, tentunya wajar jika pilihan yang diambil membangun bisnis digital bagi anak usahanya itu berbeda dengan Telkom Group dan XL.

“Telkom kan gandeng eBay, XL gandeng SK Planet. Terus di-split dan jadikan entitas sendiri. Itu sinyalnya, mereka (Telkom dan XL) tahu eCommerce itu beda dengan jualan pulsa. Jadinya, gandeng mitra strategis,” ulasnya.

Ditambahkannya, dari sisi Ooredoo memang terlihat Indosat diperkuat backbone pendapatan di bisnis seluler. “Jadi untuk yang non seluler itu strateginya sepertinya mengandalkan kemitraan. Lihat saja di satelit Palapa N 1, kan gandeng mitra. Bisa jadi ini untuk menjaga biaya juga agar keuangan lebih sehat,” duganya.

Lebih lanjut Heru mengatakan, ditutupnya Cipika juga menjadi sinyal bagi pemain eCommerce lainnya ada sesuatu yang harus dirundingkan kembali oleh semua pelaku usaha jika memang menginginkan sektor ini menjadi penopang ekonomi digital Indonesia.

“Saya lihat memang persaingan di eCommerce ini keras dan terlalu banyak subsidi. Kalau perang diskon terus memang mengkhawtirkan karena yang menguasai sektor ini nantinya juga pemain asing bukan lokal. Ini harus menjadi renungan bagi pemain lokal untuk duduk bersama mencari jalan keluarnya,” sarannya.(id)