JAKARTA (IndoTelko) - Aksi Indosat Ooredoo yang mempermanenkan tarif Rp 1 per detik untuk panggilan suara lintas operator ditanggapi dingin oleh para pesaingnya.
"Itu strategi masing-masing operator. Tanya yang netapin dong. Kalau di Telkomsel, kita belum lihat ada dampak tuh ke penjualan dari aksi itu," ungkap Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah usai berbuka bersama media, kemarin.
Ririek pun enggan menanggapi harga jual layanan suara dari Indosat untuk panggilan lintas operator yang dibawah biaya produksi. "Kalau soal aturan dan lainnya, tanyanya ke instansi terkait dong," kilahnya. (Baca: Rp 1 per detik)
Namun, Ririek mengungkapkan, saat ini Telkomsel sedang menggodok sebuah produk yang menjawab dinamika pasar. "Nanti saja tunggu," tukasnya.
Pada kesempatan sama, Direktur Penjualan Telkomsel Sukardi Silalahi mengaku tak gentar ada penawaran Rp 1 per detik karena perseroan memiliki dua senjata andalan. Pertama kualitas layanan, kedua tarif yang kompetitif. "Untuk kualitas layanan kami tetap nomor satu. Untuk tarif, kita juga punya penawaran layanan suara mulai Rp 2 ribuan per hari hingga Rp 50 ribuan per bulan," katanya.
Sukardi pun mengaku di area Rp 1 per detik diterapkan pesaing tak menganggu pasar dari Telkomsel. "Laporan dari bawah tak ada masalah. Malah kami selama Ramadan ini penjualan naik 10%-20%," katanya.
Secara terpisah, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengaku tak ingin terseret dalam perang tarif layanan suara. "Duuh masa hari gini masih bicara layanan suara circuit switched. Orang sekarang panggilan suara banyak dengan Voice over Internet Protocol (VoIP). Kami bangun 4G agresif itu untuk layanan data," tegasnya.
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys juga mengaku sebagai operator yang fokus menawarkan layanan data tak begitu terpengaruh dengan adanya tarif Rp 1 per detik. "Biar saja, kita fokus sama target Smartfren saja," katanya.
Sedangkan Wakil Direktur Utama Tri Indonesia Muhammad Danny Buldansyah meminta masyarakat untuk cermat membaca penawaran Rp 1 per detik. "Itu kan ada syaratnya, berapa kali melakukan panggilan dan masuk ke detik ke berapa, baru dapat Rp 1 per detik. Harus cermatlah," katanya.
Danny juga tak mau banyak komentar terkait aksi banting harga Indosat untuk panggilan lintas operator. "Biarin saja, kok kita yang urusin. Kita urus pelanggan Tri yakni kelompok millenial yang haus layanan data. Kalau ke depan itu tergoda karena ada penawaran Rp 1 per detik, baru kami berbuat sesuatu di pasar," pungkasnya.
Sebelumnya, Indosat mengaku sudah melaporkan ke Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) terkait penetapan tarif Rp 1 per detik. Anak usaha Ooredoo ini mengaku kinerja tarif ini lumayan mengangkat performa perusahaan.(dn)