JAKARTA (IndoTelko) – Ancaman pemblokiran terhadap aplikasi perpesanan Telegram yang dilontarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada tanggal 14 Juli 2017 ternyata membuat gonjang-ganjing para pebisnis digital.
Kenapa? Ternyata banyak pebisnis digital memanfaatkan Bot atau channel dari Telegram untuk melakukan usahanya. Mulai dari edukasi, hingga transaksi banyak memanfaatkan platform Telegram. Aplikasi ini memang dikenal aman dari sisi security dan Application Programming Interface (API) dibuka untuk umum dikembangkan serta gratis.
CEO Teman Trader, startup di bidang saham, Lukman Elhakiem Syamlan mengaku sedih mendengar kabar akan adanya pemblokiran terhadap aplikasi Telegram. (Baca: Bisnis Telegram)
“Kalau Anda tanya saya, harusnya yang diblokir bukan Telegram-nya. Kan bermasalah ada beberapa channel katanya terindikasi radikal. Komunikasi dong dengan Telegram buat blokir, mereka kan punya prosedur untuk blokir itu (channel). Kalau yang diblokir aplikasinya, harusnya PLN dipadamkan saja, teroris kan pakai listrik juga,” geramnya.
Menurutnya, Telegram selama ini telah membantu Teman Trader menggerakkan trading dan investasi retail di Bursa saham dengan memberikan informasi faktual soal bursa.
“Jadi mereka merasa ada guidance dalam bertransaksi Ada 1703 orang yang terbantu dengan analisa dan ulasan tiap hari yang independen Ada 3553 orang yang membaca informasi saham dan analisa yang transparan setiap harinya,” katanya.
Dikatakannya, butuh perjuangan besar membangun basis massa sebesar itu di dunia maya. “Pemerintah harus melihat semua ekosistem. Kita sudah berjuang mengembangkan group dan channel ini dari NOL. Masih banyak sahabat sahabat saya penggiat edukasi pasar modal yang akan kesulitan karena sudah memiliki lebih dari 4000 member di group-nya juga,” tukasnya.
Diungkapkannya, pasca berita akan diblokirnya Telegram marak pada Jumat (14/7) lalu pemilik group lain sudah mulai resah bahkan sudah membuat pengumuman pemindahan platform untuk antisipasi. “Jadi, terlepas jadi atau tidak pemblokiran, pemerintah sudah sukses membuat pebisnis digital yang menggunakan platform Telegram gundah gulana,” sungutnya.
Sebelumnya, Indonesia melalui Kominfo pada tanggal 14 Juli 2017 telah meminta Internet Service Provider (ISP) untuk melakukan pemutusan akses (pemblokiran) terhadap sebelas Domain Name System (DNS) milik aplikasi Telegram.
Klarifikasi Telegram
Pendiri Aplikasi Telegram Pavel Durov melalui channel-nya di aplikasi itu mengungkapkan ada surat dari Kominfo yang meminta konten terkait dengan terorisme diblokir dari platform itu. “Sayangnya tim kami tak bisa memprosesnya dengan cepat. Saya pun tak menyadari adanya surat ini sehingga ada miss komunikasi dengan Menkominfo dari Indonesia. Untuk memperbaiki hal ini kita sudah siapkan tiga solusi,” tulis Durov.
Pertama, Telegram telah memblokir semua konten berbau terorisme yang diminta oleh Kominfo. Kedua, mengirimkan email ke Kominfo untuk membangun saluran komunikasi langsung agar koordinasi menjadi lebih mudah dalam pemblokiran konten. Ketiga membentuk tim khusus untuk mengkurasi konten berbahasa Indonesia agar bisa mengetahui isu-isu berbau terorisme yang diposting pengguna. (Baca: Indonesia blokir Telegram)
“Telegram memang sangat terenkripsi, tetapi kami bukan pendukung teroris. Kita sudah blokir ribuan channel berbau ISIS. Saya sudah kirim email ke Kominfo terkait solusi yang ditawarkan dan menunggu responsnya,” tutupnya.(id)