Keras ke radikalisme, Aksi Kominfo ditunggu untuk konten LGBT

Aplikasi Blued, salah satu yang dijanjikan diblokir Kominfo sejak 2016(dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Sikap tegas dan keras yang dipertontonkan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terhadap konten berbau radikalisme dan terorisme di dunia maya diharapkan banyak pihak menjalar juga ke  konten lainnya yang melanggar Undang-undang.

“Harapannya sih gak sesuai selera atau bahasa anak muda sekarang “Kekinian”. Lagi heboh terorisme, itu aja dipelototin. Janji-janji dulu mau memblokir aplikasi berbau pornografi dong dituntaskan. Saya pantau di playstore aplikasi berbau konten Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) masih anteng aja tuh. Padahal sejak 2016 lalu Kominfo koar-koar mau blokir, dan itu di media ada loh permintaan resmi dari penegak hukum pasca terbongkarnya prostitusi Paedofil Gay,” sindir Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi kepada IndoTelko, kemarin.

Dalam catatan, Menkominfo Rudiantara memang beberapa kali menebar ancaman terhadap aplikasi berbau LGBT pada tahun lalu. Rudiantara pada tahun lalu mengaku telah mengirimkan surat permintaan ke Google untuk menurunkan sejumlah aplikasi berbau konten yang tak sesuai norma di masyarakat itu di Playstore.(Baca: Marak aplikasi LGBT)

Namun, ketika IndoTelko memantau Playstore, beberapa aplikasi yang pernah disorot Kominfo ternyata masih “anteng” ditawarkan seperti Blued atau Grindr, dan lainnya. (Baca: Blokir Blued)

Ketika hal ini dikonfirmasi ke Dirjen Aplikasi Informatika Semuel A. Pangerapan, berkilah Kominfo tak bisa melakukan pemblokiran terkait preferensi seks. (Baca: Soal aplikasi Gay)

“Tak ada aturan negara melarang preferensi seks. Tetapi jika di website atau aplikasi itu ada pornografi pasti kita tutup,” kilahnya usai konferensi pers soal pemblokiran akses Telegram, Senin (17/7).

Baiklah, kita tunggu janji Kominfo kali ini.(id)