Slot orbit Telkom 1 akan disuspensi

KIKA: Rudiantara, Alex J Sinaga, Direktur WBIS Telkom Abdus Somad Arief, dan Direktur NITS Telkom Zulhelfi Abidin kala memberikan paparan soal anomali Telkom 1 (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Slot orbit 108 bujur timur akan diusahakan disuspensi pasca anomali yang terjadi pada satelit Telkom 1 pekan lalu.S

“Kementerian Kominfo akan membantu  Telkom untuk menjaga terjaminnya slot orbit yang diduduki Satelit Telkom-1, karena ada proses administrasi yang dilakukan dengan International Telecomunication Union (ITU), agar slot tersebut tersebut aman untuk digunakan Indonesia," papar Menkominfo Rudiantara dalam keterangannya, kemarin.

Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga menegaskan secara administratif, slot orbit 108 bujur timur masih milik Telkom. Telkom bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang mengupayakan slot tersebut di-suspend agar tak diklaim negara lain. (Baca: Satelit Telkom 4)

“Kami akan kirim surat ke Kominfo, setelah itu Kominfo ke ITU. prosesnya gitu,” katanya.

Rudiantara pun mengapresiasi langkah-langkah mitigasi yang diambil Telkom. “Kita tahu PT. Telkom telah melakukan upaya maksimum (all out) dalam menangani kejadian gangguan satelit Telkom-1,” katanya.

Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) Ahmad Ramli menambahkan  satelit berada dalam ruang angkasa yang memiliki kelemahan lebih tinggi dibandingkan sistem telekomunikasi teresterial.

“Salah satu kejadian yang hampir tidak pernah terjadi dan kebetulan dialami oleh Satelit Telkom-1  memang sebagai sesuatu anomali,” katanya.

Satelit Telkom 1 diluncurkan pada 13 Agustus 1999 dan memiliki usia desain 15 tahun. Namun berdasarkan hasil asessment bekerjasama dengan Lockheed Martin pada tahun 2014 dan 2016, satelit Telkom 1 dinyatakan dalam kondisi baik dan dapat beroperasi normal dengan kecukupan bahan bakar hingga beberapa tahun kedepan, sekurang kurangnya sampai dengan tahun 2019.

Sejak tahun 2016, Telkom telah memutuskan untuk meluncurkan satelit Telkom 4 di pertengahan tahun 2018 yang memang telah direncanakan pada saat itu untuk menggantikan satelit Telkom 1 di slot orbit 108 BT.

Jumlah kapasitas Telkom 4 lebih besar dari kapasitas satelit Telkom 1 sebagai upaya memenuhi kebutuhan transponder yang kian meningkat. Dengan tidak berfungsinya Satelit Telkom 1, Telkom akan mengawal ketat agar peluncuran satelit Telkom 4 dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

Dalam catatan, peristiwa anomali terhadap satelit milik Indonesia pernah terjadi pada Satelit Palapa D yang melenceng dari orbitnya pada 2009, namun berhasil ditarik kembali. Kemudian Satelit Garuda mengalami masalah pada 2015.

Mengoperasikan satelit memang tak mudah karena gangguan bisa datang faktor eksternal hingga  internal. Di angkasa ada aktivitas matahari menyebabkan bombardir lahan elektromagnetik. Meteor juga bisa menyebabkan gangguan satelit. Dari sisi internal, pemicunya bisa masalah listrik, mekanis, dan bahan bakar.

Ketua Asosisasi Satelit Seluruh Indonesia (ASSI) Dani Indra Widjanariko mengatakan kerusakan tak selalu karena usia satelit. "Satelit yang muda seperti Amos bisa terkendala anomali juga yang masih design life sama halnya dengan satelit AMC 9 yang terkena anomali," terangnya.

Menurutnya, ada bermacam-macam penyebab terjadinya anomali satelit seperti solar flare dan radiasi sinar cosmic. Penyebab anomali sebenarnya bisa diteliti dari data-data telemetri yang rutin diterima dari satelit.

"Penyebab anomali bisa bermacam-macam, biasanya bahan bakar habis, baterai rusak, solar array (kumpulan panel, modul, dan sel solar) yang tidak bisa berputar, sistem thruster tidak bekerja, sistem guidance tidak bekerja dan lain sebagainya," ungkapnya.

Terkait dengan usia satelit Telkom 1, diungkapkannya ada banyak satelit yang usianya sama dengan Telkom 1 masih dalam kondisi layak orbit.

Satelit tua yang sebagian masih digunakan antara lain adalah ABS 6 (1999), Apstar 9A (1998), AMC 1 (2001) dan AMC 3 (1997). Beberapa satelit ini juga menjangkau Indonesia. (Baca: Anomali Telkom 1)

Serpihan
Sementara laman Arstechnica pada (31/8) menginformasikan terekamnya sebagian serpihan dari satelit Telkom 1 terekam oleh solusi ExoAnalytic.

CEO ExoAnalytic Doug Hendrix dalam laman itu mengatakan Telkom 1 sudah terpisah-pisah bagiannya di geo orbit (ketinggian 36 ribu Km) salah satunya terlihat di sebelah timur angkasa timur Australia. "Anda bisa lihat kalau material berserakan, itu bisa solar panel, baterai atau serpihan lainnya,” katanya.

Dalam kalkulasi  ExoAnalytic, posisi Telkom-1 sekarang drifting, sehingga tak bisa diprediksi kemampuan untuk kembali ke orbitnya.(id)