IPO Kioson alami oversubscribed lebih dari 10 kali

Suasana pencatatan saham Kioson di Bursa Efek Indonesia. Emiten ritel ini mendapat kode saham KIOS.(ist)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Kioson Komersial Indonesia Tbk. (Kioson) berhasil mencatat aksi fenomenal sebagai perusahaan teknologi penyedia jasa Online-to-Offline (O2O) eCommerce pertama di Indonesia, yang melakukan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten KIOS.

Pada masa penawaran awal yang berlangsung pada 26-28 September 2017, saham Kioson ditetapkan di harga Rp300 per lembar saham. Jumlah saham yang dilepas sebesar 150 juta lembar saham atau setara 23,07% dari total saham perusahaan.

Melalui Initial Public Offering (IPO), Kioson berhasil memperoleh dana sebesar Rp 45 Miliar. Selama proses penawaran saham, pemesanan atas saham Perseroan mengalami oversubscribed lebih dari 10 kali dari jumlah saham yang ditawarkan.

Kioson akan menempati sektor Trade, Service & Investment dan subsektor Retail Trade di daftar emiten Bursa Efek Indonesia.

“Momen IPO Kioson merupakan milestone penting bagi dunia pasar modal Indonesia karena untuk pertama kalinya, investor retail bisa berinvestasi di startup teknologi. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu Kioson selama proses menuju IPO. Kesuksesan IPO ini menjadi angin segar untuk startup di Indonesia, bahwa sumber pendanaan melalui IPO layak menjadi pertimbangan,” ujar Direktur Utama Kioson Komersial Indonesia Jasin Halim, dalam keterangan, kemarin.

Jasin menyebutkan bahwa IPO ini akan memperkuat komitmen Kioson dalam menjembatani underserved market dengan dunia digital.

“Strategi dengan misi inklusi digital ini kami yakini memegang peranan penting untuk meningkatkan penetrasi layanan digital di kota-kota lapis kedua di Indonesia, sehingga bisa memudahkan berbagai lapisan masyarakat memenuhi kebutuhan hariannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan dampak bisnis yang baik bagi Kioson serta investor,” jelas Jasin.

Strategi inklusi digital ini juga sejalan dengan visi pemerintah Indonesia sesuai yang diutarakan Presiden Joko Widodo yaitu untuk menjadikan Indonesia sebagai digital economy powerhouse terbesar di Asia Tenggara pada 2020.

Dari seluruh dana yang dihimpun melalui IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi, sebanyak 78,95% akan digunakan Kioson untuk mengakuisisi PT Narindo Solusi Komunikasi (Narindo). Selebihnya, akan digunakan untuk modal kerja.

“Akuisisi ini berperan strategis untuk memperkuat infrastruktur kami di daerah melalui aset yang sudah dimiliki oleh Narindo. Dengan keberadaan Narindo yang fokus di bisnis aggregator e-voucher, artinya Kioson telah menjaga bisnis perusahaan sejak dari hulu, sehingga kami harapkan dapat mendukung bottom line Kioson. Hal ini sekaligus dapat memenuhi ekspektasi investor di Indonesia yang masih melihat bottom line untuk menilai perusahaan, namun tanpa menomorduakan inovasi khas perusahaan startup teknologi,” ujar Direktur Keuangan Kioson Komersial Indonesia Setiawan Parikesit.

Dari segi inovasi, Kioson juga memproyeksikan akan meluncurkan beberapa layanan baru di dalam aplikasinya agar dapat terus memberikan kemudahan kepada pelanggan dengan produk-produk inovatif.

“Saat ini, fokus layanan kami terdiri dari tiga kategori, yakni layanan digital dan Payment Point Online Bank (PPOB), layanan Keuangan, serta layanan eCommerce. Kioson juga bermitra dengan perusahaan terkemuka antara lain perusahaan gadget, perbankan, asuransi, dan e-commerce. Ke depannya, kami akan membuka peluang lebih luas kepada berbagai produk dan jasa yang bisa ditawarkan melalui mitra kios kami,” jelas Jasin.

Sejak beroperasi pada 2015, Kioson menunjukkan kinerja perusahaan yang sangat baik. Per 30 April 2017, Perseroan mencatat kenaikan omset Rp 25,9 miliar, meningkat sebanyak 445% dari Rp 4,7 miliar (YoY).

Kinerja tersebut merupakan bentuk dukungan dari setidaknya 19.000 mitra kios yang tersebar di 384 kota di Indonesia (per September 2017). Kioson menargetkan untuk menambah jumlah mitra kios menjadi sebesar 30.000 sampai akhir tahun 2017 atau meningkat 400 persen dibandingkan periode yang sama pada 2016.(wn)