JAKARTA (IndoTelko) - Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan saat ini Pemerintah Indonesia memprioritaskan penerapan teknologi 4G dalam layanan telekomunikasi.
“Saat ini teknologi 5G belum menjadi prioritas, karena dengan teknologi yang ada Indonesia sudah menempati urutan ke-4 jaringan internet tercepat di Asia Tenggara," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, seperti dikutip dari laman Kominfo belum lama ini.
Menurut Menteri Rudiantara, kecepatan besar 5G belum diperlukan pengguna telekomunikasi perorangan. "Teknologi ini lebih tepat untuk komunikasi M2M (Machine to Machine). Untuk saat ini, teknologi 4G sudah cukup untuk streaming video, data dan seterusnya. Sehingga 5G belum ekonomis untuk dipasarkan," paparnya.
Menteri Kominfo menjelaskan kebijakan pemerintah Indonesia dalam membangun ekosistem untuk pertumbuhan ekonomi digital dengan pendekatan DNA. "Device, Network dan Application. Pada sisi device, pemerintah telah menentukan 30% kandungan dalam negeri untuk perangkat 4G," jelasnya.
Sementara untuk aspek jaringan atau network, Pemerintah berusaha meningkatkan kecepatan jaringan di Indonesia sehingga menjadi nomor dua di wilayah Asia Tenggara.
"Hal ini dilakukan dengan pembangunan Palapa Ring, yaitu pembangunan jaringan serat optik di tempat yang dinilai tidak layak bangun oleh operator," tambahnya.
Menurut Menteri Rudiantara, Pemerintah juga menyiapkan kepemilikan Satelit HTS (High Throughput Satellite) yang mampu memberikan layanan pita lebar menggunakan satelit. "Dengan demikian, wilayah yang tidak dapat diakses melalui jaringan serat optik dapat pula terlayani," imbuhnya.
Mengenai aspek aplikasi, Menteri Kominfo menjelaskan saat ini Pemerintah terus mendorong kelahiran unicorn agar mampu mengembangkan ekonomi digital.
“Pada sisi aplikasi, pemerintah terus mendorong lahirnya unicorn di Indonesia. Sebuah startup yang nilainya mencapai US$ 1 miliar . Saat ini sudah ada 6 Unicorn di Asia Tenggara, termasuk Traveloka dari Indonesia,” jelasnya.
Lebih lanjut Rudiantara mengingatkan di tengah tsunami digital agar tetap memahami teknologi sebagai enabler.
"Kita mau mengubah atau tidak atau kita mau diubah atau tidak, tanpa itu ya teknologi tinggal teknologi. Teknologi itu hanya sebagai enabler. Jangan mendewakan teknologi,” katanya.
Menurutnya dinamika teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan organisasi tak bisa mengelak untuk menghadapi inovasi. Tak cukup hanya dengan adaptasi meskipun bertahap atau sekadar inovasi kecil atau rekayasa.
"Perlu adanya suatu tindakan yang signifikan, untuk melakukannya supaya namanya organisasi tersebut melakukan transformasi. Kalo kita bicara transfomasi sebetulnya yang kita hadapi adalah perubahan. Kuncinya cuma dua kita berubah atau kita akan diubah," jelasnya.
Salah satu kunci penentu perubahan menurut Menteri Kominfo adalah mindset. "Faktor yang mengubah pun macam–macam, tadi disampaikan perkembangan teknologi yang cepat, sebetulnya yang mengubah itu bukan teknologinya. Sekarang ada namanya tsunami digital. Nah, yang mengubah itu bukan tsunami digitalnya tapi pikiran kita, mindset," tandasnya.(ak)