JAKARTA (IndoTelko) - Lembaga survei PolMark Indonesia baru saja melansir survei nasional dengan judul "Jokowi dan Masa Depan Kita"
Survei nasional yg dilakukan PolMark menggunakan 2.600 responden, dengan margin of error plus minus 1,9%. Survei dilakukan dengan turun ke lapangan tanggal 13 hingga 25 Desember 2017 di seluruh 34 provinsi di Indinesia.
Survei menggunakan metodologi multistage random sampling, dan dilakukan wawancara secara langsung face to face kepada responden.
Di dalam survei nasional ini, salah satu pertanyaannya adalah soal kinerja menteri di kabinet Presiden Jokowi saat ini.
Responden diminta memilih salah satu menteri yang mereka anggap kinerjanya paling menonjol.
Hasilnya adalah 33% responden menjawab Susi Pudjiastuti di peringkat 1 (Menteri Kelautan dan Perikanan), disusul 6,6% menjawab Sri Mulyani (Menteri Keuangan), 5,8% Khofifah Indar Parawansa (Menteri Sosial), 2% Imam Nahrawi dan menteri-menteri lainnya di bawah 2%.
Hal yang mengejutkan dari hasil survei ini adalah posisi Menkominfo Rudiantara yang dianggap publik tidak berprestasi. Pria yang akrab disapa Chief RA ini berada di posisi nomor dua buncit terbawah (Nomor 32).
Pemasaran
Direktur Operasional PolMark Indonesia Maikal Febriant menduga Susi sangat menonjol sekali dibanding menteri lainnya karena selama ini memang sangat aktif memasarkan aktivitas yang dilakukan di berbagai media.
"Saat ini anak-anak kecil saja tahu persis “tag line” yang dibangun oleh Ibu Susi dengan istilah “TENGGELAMKAN”. Kalau Sri Mulyani juga cukup populer di masyarakat karena pemberitaan yang cukup intens saat beliau menjadi menteri keuangan di masa Pak SBY sebagai presiden. Dan saat beliau berhenti jadi menteri saat itu yang dikaitkan dengan kasus Bank Century," ulasnya dalam pesan singkat ke IndoTelko (21/12).
Hal yang sama juga dengan Khofifah yang saat ini sedang giat-giatnya dalam pencalonan kepala daerah di provinsi Jawa Timur. Belum lagi, Imam Nahrowi juga sedang aktif di media dalam persiapan Asian Games.
"Jadi, nama-nama seperti Susi, Sri Mulyani, Khofifah dan Imam Nahrowi sedang melekat di kepala masyarakat. Sehingga masyarakat menganggap kinerja mereka yang lebih baik," kata jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti itu.
Evaluasi
Sementara Pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Peneliti senior pada Lembaga Riset Inspect, Ahmad Ma'ruf mencatat kinerja Rudiantara dianggap bagus namun tim kerja dan sistem dinilai lamban dalam mengeksekusi tugasnya.
Disarankannya, Jokowi melakukan evaluasi atas kinerja semua menteri terkhusus yang gagal mencapai kinerja. "Presiden sudah punya instrumen," pungkasnya.
Sorotan tajam dikeluarkan Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi Indonesia (LPPMII) Kamilov Sagala yang menyatakan tak ada keistimewaan dilakukan Rudiantara selama tiga tahun menjabat Menkominfo.
"Tahun pertama euforia, tahun kedua eror-ria, tahun ketiga parah nian," satir Kamilov.
Menurut Kamilov, jika dilihat dari Information Communication Technology (ICT) atau biasa disebut dengan ICT Development Index 2017 (IDI), posisi Indonesia tak bergerak keatas selama Rudiantara menjadi Menkominfo.
"Posisi Indonesia memang naik dari peringkat 114 di 2016 ke 111 dunia di 2017. Jika merujuk ke 2015 alias setahun pertama Rudiantara menjadi Menkominfo, posisi Indonesia justru lebih baik karena berada di peringkat 108 dunia. Kita bicara statistik saja," katanya. (Baca: ICT Index Indonesia)
Masih menurut Kamilov, dari sisi pembuatan regulasi pun cenderung banyak muncul kegaduhan sehingga industri seluler menjadi tak kondusif. "Lihat saja rencana revisi PP No 52 dan 53 Tahun 2000, registrasi prabayar, revisi PP PSTE, hingga terakhir soal Rancangan Peraturan Menteri soal Jasa telekomunikasi. Banyak heboh ketimbang solusi," tukasnya.(id)