JAKARTA (IndoTelko) - Sepanjang tahun 2017 lalu tercatat cukup banyak penjual ritel konvensional yang gulung tikar usahanya, hal ini berimbas pada banyaknya gerai ritel yang terpaksa ditutup.
Sebuah pertanyaan pun mencuat dengan kejadian ini, apakah sebagai pelaku bisnis kita harus ketakutan? Tentu saja tidak.
Karena salah satu cara untuk menjawab kekhawatiran ini dengan menerapkan Omni Channel. Sebuah model bisnis yang akan menjadi solusi bagi pelaku bisnis, khususnya ritel untuk bisa eksis dan bahkan kembali mampu meningkatkan omzet bisnisnya.
Praktisi Omni Channel yang juga merupakan pendiri dan Chief Technology Officer ( CTO) ICUBE Muliadi W Jeo menjelaskan Omni Channel adalah model bisnis lintas channel yang mengutamakan pengalaman pelanggan mereka. Pelanggan dari perusahaan yang mempraktekkan Omni Channel dapat berbelanja dengan menggunakan berbagai channel sekaligus baik online maupun offline.
“Prosesnya seperti ini, misalnya pelanggan mem-browsing barang pada website di pagi hari, berhenti sebentar untuk bekerja, lalu melakukan pembelanjaan melalui aplikasi di ponsel mereka saat makan siang, dan kemudian ia bisa mengambil barang belanjaannya di toko sepulang kantor. Pelanggan juga bisa mengembalikan barang yang dibelinya secara online dan menukarnya dengan ukuran atau kondisi barang yang lebih pas di toko. Pada Omni Channel, seluruh media pemasaran dan sales terintegrasi menjadi satu tanpa terputus sama sekali. Itu menariknya,” ungkap Muliadi di sebuah seminar, kemarin.
Lalu bagaimana cara agar kita bisa memulai Omni Channel dalam bisnis kita? Berikut tips dari Muliadi agar perusahaan bisa memulai pelaksanaan Omni Channel dalam bisnis mereka:
1. Pahami consumer journey atau pengalaman pelanggan sebelum memulai Omni Channel. Pahami kebiasaan belanja mereka dari awal sampai akhir termasuk kebiasaan berbelanja online dan offline mereka
2. Memilih teknologi yang paling pas sesuai dengan pilihan belanja pelanggan, misalnya banyak yang sekedar membuat facebook page hanya karena bisnis lain menggunakan facebook, sebuah bisnis harus memilih teknologi yang paling pas dengan kebutuhan belanja para pelanggannya.
3. Mengintegrasikan semua pilihan teknologi baik online maupun offline menjadi satu data tunggal yang tidak terpisahkan, sehingga pelanggan mendapatkan pengalaman belanja yang tidak terputus-putus baik secara online ataupun offline.
Dalam kesempatan tersebut Muliadi yang telah bekerja dengan beberapa brand internasional terkenal seperti TOMS Shoes, RelaxTheBack, Rayban, Oprah Store dan Footlocker, membagi pengalamannya dalam melayani brand lokal di Indonesia seperti Kawan Lama Group, The Body Shop, Electronic Solutions dan lainnya.
“Omni Channel itu bukan suatu proyek yang bisa dilakukan sekali dan selesai. The idea of doing business with Omni Channel in mind itu seperti seorang memasang lego. Setiap teknologi komponen yang dilakukan harus "berkelanjutan" dan "sinergi" membentuk ekosistem yang mendukung Omni Channel. Di ICUBE, kita mempunyai program SWIFT untuk langkah awal pemula yang ingin masuk digital. Investasi awal bisa dimulai dari harga Rp50 hingga Rp75 juta plus Rp5 juta perbulannya,” ungkap Muliadi.
Muliadi yang juga pernah menjadi CTO untuk beberapa startup di Indonesia seperti Bobobobo, Shopdeca dan VIP Plaza, dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di industri e-commerce terutama di bidang Omnichannel dan inovasi Retail, merasa optimis Omni Channel akan bisa diterapkan secara menyeluruh untuk membantu usaha pebisnis ritel di Indonesia di era digital teknologi seperti saat ini.
“Omni Channel berfokus pada customer journey yang menyeluruh , dan ini sudah sangat tepat untuk diadaptasi oleh pelanggan jaman now, karena semua channel seperti mobile, web, tablet, smartwatch, ERP, AI serta komponen online dan offline dalam bisnis akan terintegrasi secara menyeluruh, sehingga pelanggan akan mendapatkan kepuasan belanja secara maksimal. Dan satu lagi saya tekankan bahwa Omni Channel bukan hanya untuk ritel semata . Semua industri yang mempunyai "customer" akan membutuhkan Omni Channel solution,” jelasnya.(sg)