Gawat, Indonesia bisa kehilangan slot orbit 123 Bujur Timur

Roy Suryo.(Foto:DPR.go.id)

JAKARTA (IndoTelko) - Indonesia terancam bisa kehilangan slot orbit 123 Bujur Timur (BT) karena hingga sekarang belum ada satelit yang menempati slot tersebut karena sengketa antara Avanti Communications dan Kementrian Pertahanan (Kemenhan).

Anggota Komisi I DPR RI Roy Suryo menjelaskan bahwa Indonesia saat ini sedang menghadapi gugatan yang diajukan Avanti Communications. Indonesia kabarnya bisa merugi hingga ratusan miliar rupiah atas tuntutan tersebut.

Tuntutan yang dilakukan oleh perusahaan yang berbasis di London ini terkait pemanfaatan orbit satelit yang terbentang pada kordinat 123 derajat bujur timur (BT). Indonesia dianggap tidak memenuhi pembayaran peminjaman satelit sesuai perjanjian yang telah disepakati.

“Awalnya kita ingin memanfaatkan orbit satelit yang ada persis di atas Indonesia ini agar tidak dimanfaatkan oleh negara lain. Namun dalam prosesnya ternyata banyak menemui hambatan sehingga kita digugat oleh Avanti. Semua ini terkait masalah pembayaran sewa,” ujarnya seperti dikutip dari laman DPR.go.id (12/4).

Menurutnya, pemerintah dianggap wajib mengisi slot tersebut karena tepat berada di atas Indonesia. Jika tidak segera diisi, Indonesia bisa saja mengalami kerugian secara bisnis dan bahkan pencurian data oleh negara lain.

Tuntutan ini kabarnya telah masuk ke Arbitrase Internasional. Kementerian Pertahanan dikabarkan harus melayani gugatan ini, supaya kerugian tidak bertambah karena biaya akan makin membengkak, belum lagi ada tuntutan tambahan dari perusahaan Hungaria.

Roy mengingatkan, harus ada kerja sama dari seluruh pihak agar masalah ini cepat terselesaikan. Untuk itu, Roy mengatakan Komisi I akan membentuk panitia kerja dengan kementerian terkait, dalam rangka pemanfaatan orbit satelit di atas Indonesia.

Dalam catatan, Indonesia akan meluncurkan satelit komunikasi militer buatan konsorsium Eropa Airbus Defence and Space pada 2019. Airbus ditunjuk Kementerian Pertahanan Republik Indonesia menggarap satelit militer itu setelah memenangi tender yang juga diikuti oleh Orbital Sciences Corporation asal Amerika Serikat, Loral Space & Communications asal AS, serta satu perusahaan satelit asal Rusia.

Anggaran yang diajukan untuk proyek satelit ini senilai US$849,3 juta. Anggaran itu telah disetujui oleh Komisi Pertahanan DPR, dengan pembiayaan berskema tahun jamak selama lima tahun.

Satelit tersebut seharga lebih dari US$500 juta, masih ditambah dengan biaya peluncuran dan asuransi yang berjumlah sekitar US$300 juta. Total anggaran yang dibutuhkan untuk satelit militer ini diperkirakan bisa mencapai US$1 miliar atau Rp13 triliun.

Satelit militer RI akan beroperasi pada frekuensi rendah L-Band, sedangkan spesifikasi dan karakteristiknya bakal disesuaikan dengan kebutuhan operator Indonesia. (Baca: Satelit L-Band)

Jika telah diluncurkan pada 2019, satelit militer itu akan ditempatkan pada koordinat 123 Bujur Timur. (Baca: Slot 123)

Sebelumnya, koordinat itu ditempati satelit komunikasi Garuda-1 milik Asia Cellular Satellite buatan Lockheed Martin AS. Namun satelit Garuda-1 kini telah digeser dengan alasan ada sistemnya yang tidak beres.(ak)