JAKARTA (IndoTelko) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) telah mengumumkan kinerjanya untuk tiga bulan pertama 2018 (Q1-18).
Operator pelat merah ini meraih pendapatan sebesar Rp32,3 triliun sepanjang kuartal I tahun 2018 atau naik 4,3% dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar Rp31 triliun.
Sementara laba bersih sebesar Rp5,73 triliun di kuartal pertama 2018 turun dibandingkan periode sama 2017 sebesar Rp6,6 triliun.
Anak usaha yang menjadi kontributor terbesar bagi Telkom, Telkomsel, berhasil meraih pendapatan sebesar Rp21,87 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2018 (Q1-18) turun dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar Rp23,69 triliun.
Keuntungan yang diraih Telkomsel sepanjang tiga bulan pertama 2017 sebesar Rp6,41 triliun turun tipis dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar Rp7,09 triliun. (Baca: Kinerja Telkomsel)
Kinerja TelkomGrup biasanya menjadi acuan bagi investor di pasar saham terkait perjalanan industri telekomunikasi mengingat operator ini adalah penguasa terbesar pasar Halo-halo nasional. (Baca: Kinerja Telkom)
Terbatas
Analis dari Binartha Sekuritas Reza Priyambada melihat pertumbuhan single digit yang dialami Telkom di kuartal pertama 2018 karena masih terbatasnya ruang bertumbuh.
"Di pasar yang produk yang dijual sama maka cenderung akan terbatas pertumbuhannya. Apalagi kalau si emiten telah menguasai sebagian besar pangsa pasar maka relatif terbatas," ulasnya kepada IndoTelko, (4/5).
Diprediksinya, Telkom akan menjadikan layanan data sebagai andalan pertumbuhan usaha, terutama melalui Telkomsel. "Tren kan memang di data. Berbagai perangkat yang mendukung peningkatan layanan data pastinya akan dipersiapkan Telkom, terutama melalui Telkomsel," tukasnya.
Sementara CEO Teman Trader Luke Syamlan melihat ada beberapa tantangan yang harus ditaklukkan Telkomgrup di 2018 ini.
"Pertama soal pengelolaan belanja modal yang dominan dalam dollar AS sementara pendapatan di rupiah. Kedua soal registrasi Sim Card versi terbaru untuk akuisisi pelanggan. Ketiga, mempercepat penambahan infrastruktur dan pelanggan bagi IndiHome, terutama untuk kota-kota yang sudha banyak kompetitor," katanya.
Sedangkan analis dari CIMB Choong Chen Foong melihat kinerja TelkomGrup agak terkena dampak dari "cleansing" nomor dari registrasi prabayar terbaru.
"Tetapi dampak registrasi ini baik buat Telkomsel terutama dari turunnya angka pindah layanan (churn). Telkom juga punya lini bisnis lain yang terus tumbuh seperti dari segmen korporasi," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Telkom Harry M. Zen menargetkan pada tahun ini perseroan tetap menargetkan pertumbuhan pendapatan dobel digit.
"Kami tak terpengaruh fluktuasi kurs. Hutang tak dominan dalam dollar AS dan pendapatan 100% dalam rupiah," katanya.
Sedangkan terkait saham Telkom yang tertekan sepanjang kuartal I 2018, Harry melihat fenomena itu tak hanya terjadi di Indonesia tetapi semua pemain telekomunikasi di dunia.
"Di Indonesia ini kan yang dilihat Telkomsel, sekarang kan Telkomsel tumbuh sigle digit setelah lima tahun belakangan dobel digit. Saya lihat investor mengurangi eksposur dari saham Telkom itu saja," pungkasnya.
Asal tahu saja, harga saham Telkom di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (3/5) turun Rp130 alias -3,36% dibandingkan (2/5) yakni menjadi Rp 3.740 per lembar saham. Pada Jumat (4/5), saham Telkom dibuka Rp 3.700 per lembar dan hanya menguat Rp 3.720 per lembar hingga perdagangan sesi pertama.(dn)