JAKARTA (IndoTelko) – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) melalui PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin) tengah mengintip peluang yang bisa dimonetisasi dengan kehadiran inisiatif One Belt, One Road” (OBOR) atau dikenal “Belt and Road Initiative dari Tiongkok bagi perseroan di masa depan.
“Belt and Road Initiative yang diluncurkan Tiongkok itu juga berdampak di sektor telekomunikasi regional dan global. Sebagai salah satu perusahaan yang beroperasi di Hong Kong dan menjadi andalan untuk memperkuat posisi Telkom Group dan Indonesia sebagai penghubung serta hub internet dunia, kami ingin kita mendapatkan manfaat dari inisiatif itu,” ungkap CEO Telin Hong Kong Indarto Nata kepada IndoTelko usai menjadi pembicara di ajang Data Centre Open Stage di Hong Kong, kemarin.
Telin Hong Kong merupakan anak usaha dari PT Telekomunikasi Indonesia Internasional atau Telin. (Baca: Telin Hong Kong)
Entitas ini memiliki fasilitas data center di Hong Kong dengan merek dagang Neutral Cloud and Internet Exchange (neuCentrIX) HK-1. (Baca: neuCentrIX)
Telin Hong Kong juga mengoperasikan lisensi full Mobile Virtual Network Operator (MVNO) hasil kerjasama dengan operator setempat, CSL. Bisnis lainnya adalah platform, managed network & security, connectivity, dan lainnya.
Menurutnya, posisi Indonesia jika dilihat dari “Belt and Road Initiative” lumayan strategis.
OBOR terdiri dari enam koridor ekonomi yang berdasar negara yang telah diusulkan, secara kolektif disebut Economic Silk Road (Jalan Sutra Ekonomi), yang memancar keluar dari Tiongkok ke Asia tengah, selatan, dan tenggara, serta Siberia. Ini juga mencakup Maritime Silk Road (Jalan Sutra Maritim) yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan Tiongkok dengan tujuan di pantai Samudra Hindia sejauh Afrika bagian timur.
“Indonesia sebagai poros maritim itu sangat strategis. Kalau di telekomunikasi bisa diibaratkan kita ini masuk dalam “jalur sutra digital”, apalagi dengan infrastruktur Telkom yang posisinya sudah world digital hub. Jadi, rasanya wajar kita ingin dapat manfaat maksimal dari “jalur sutra digital” itu,” ulasnya.
Saat ini Telkom melalui Telin bermain di 20 kabel laut internasional dengan panjang hingga 169.5 ribu kilometer atau empat kali keliling khatulistiwa, memiliki 57 Point of Presence (PoP) di 27 negara, dan mengelola 4 data center di luar negeri.
Sementara untuk infrastruktur dalam negeri memiliki kabel optik sepanjang 91.4 ribu kilometer, 19,2 juta home passed, 363,2 ribu titik WiFi, dan 167,6 ribu BTS. Telkom Grup memiliki 5,74 juta pelanggan fixed broadband dan 108,73 juta pelanggan mobile broadband. (Baca: Bisnis internasional Telkom)
“Jadi, kita punya infrastruktur dan kekuatan pasar yang kuat. Kita ingin jembatani pemain global yang mau masuk ke Indonesia, sementara Telkom sendiri ingin memperkuat posisinya di luar negeri,” katanya.
Menurutnya, saat ini salah satu potensi yang bisa digarap bagi Telin Hong Kong adalah pasar dari pemain teknologi Tiongkok yang ingin melakukan ekspansi pasar ke Asia Tenggara atau Indonesia.
Delta Partner dalam risetnya menyatakan pertumbuhan tahunan bisnis data center untuk periode 2014-2022 di SIngapura sebesar 17,79% sementara di Hong Kong 20,21%. Tahun ini nilai bisnis data center di Singapura sekitar US$456 juta dan Hong Kong US$ 2,088 miliar.
“Saat ini pasar data center di Singapura dan Hong Kong tumbuh karena ekspansifnya pemain teknologi asal Tiongkok melakukan ekspansi. Alibaba, Huawei, dan Tencent tengah semangat lakukan ekspansi. Bagi kami ini peluang menawarkan neuCentrIX HK-1,” katanya.
Dijanjikannya, neuCentrIX menghadirkan Data Center yang terkoneksi secara seamless baik domestik maupun global.
"Content provider cukup mengunakan layanan neuCentrIX di kota terdekatnya dan dapat merasakan manfaat akses global. Disamping itu juga neuCentrIX merupakan Data Center netral yang memiliki koneksi ke berbagai service dan network provider dari seluruh dunia. Jadi content provider, service provider maupun network provider semua dimudahkan. Ibaratnya, kalau mau masuk atau keluar Indonesia itu melalui neuCentrIX saja," promosinya.
Diharapkannya, dengan segala kemudahan yang ditawarkan neuCentrIX bisa membuat tingkat kapasitas data center itu langsung terisi tahun ini.
“Kita sedang ada negosiasi dengan satu calon pelanggan besar, semoga bisa “deal”. Tahun ini kita pasang target 40% kapasitas neuCentrIX HK-1 terisi,” pungkasnya.(dn)