Satelit Merah Putih dibekali teknologi broadband mumpuni

Satelit Merah Putih sebelum diluncurkan dari SLC 40 Cape Canaveral Air Force Station.(dok)

JAKARTA (IndoTelko) - Space System Loral (SSL) sebagai manufaktur dari satelit Merah Putih mengungkapkan telah membekali satelit yang diluncurkan dari SLC 40 Cape Canaveral Air Force Station Selasa (7/8) dini hari, waktu Florida oleh roket Falcon 9 milik SpaceX dengan teknologi broadband terbaru.

"Satelit Merah Putih adalah satelit komunikasi dengan fitur-fitur canggih terbaru yang akan meningkatkan kecepatan data di lokasi-lokasi dengan kepadatan tinggi tanpa mengorbankan cakupan luas yang disediakan oleh satelit," ungkap SSL’s acting CTO Rob Schwarz seperti dikutip dari spectrum.ieee.org (10/8).

Merah Putih adalah satelit kedua dari tiga satelit komunikasi yang diluncurkan musim panas ini oleh SSL. Setiap satelit menampilkan kemajuan dalam desain, konstruksi, dan, mungkin yang paling penting, teknologi komunikasi. Itu tidak berarti bahwa satelit itu identik, namun masing-masing komponen akan membantu menyelesaikan tujuan tertentu.

Tiga satelit yang diluncurkan musim panas ini semuanya didasarkan pada model SSL 1300 yang terbukti perusahaan, masing-masing akan sedikit berbeda karena jenis cakupan yang akan disediakan, lokasi tempat beroperasi, dan faktor lainnya.

“Sangat jarang bagi kami untuk membangun satelit yang sama dua kali, bahkan untuk pelanggan yang sama,” katanya.

Merah Putih mengikuti satelit Telstar 19 VANTAGE yang dibangun untuk operator Kanada Telesat, ke ruang angkasa, dan mereka akan segera bergabung dalam orbit geosynchronous bersama Telstar 18 VANTAGE milik Telesat, pada akhir Agustus mendatang.

Dijelaskannya, biasanya satelit komunikasi menggunakan "beam" yang luas untuk memberikan cakupan ke belahan bumi. Sementara SSL mengkombinasikan dengan menggunakan "spot beam".

"Pemanfaatan spot beam akan mengoptimalkan frekuensi sehingga kecepatan data yang diberikan lebih kencang," katanya.

Ditambahkannya, frekeunsi C-Band dengan metode spot beam bisa lebih optimal apalagi untuk untuk sinyal jarak jauh.

Selain memanfaatkan teknologi "spot beam", SSL mengungkapkan satelit Merah Putih juga  menggunakan pencetakan 3D untuk memproduksinya. (Baca: Mengenal Satelit Merah Putih)

Di masa lalu, desain antena dan konstruksi adalah hambatan nyata, karena setiap satelit memerlukan konfigurasi yang berbeda berdasarkan pada kebutuhannya. Sekarang, dengan pencetakan 3D   mempercepat proses, dan memungkinkan membuat satelit yang lebih ramping. Ini akan berdampak ke beratnya, dimana setiap pengurangan berat menghemat banyak bahan bakar.

Secara terpisah, Kepala Proyek Satelit Telkom Tonda Priyanto mengakui teknologi broadband yang digunakan satelit merah putih tergolong "gres". "SSL berhasil memanfaatkan reuse C-Band dan adopsi Gyro untuk fiber. Satu lagi yang menguntungkan adalah dari sisi bahan bakar satelit, selain desainnya, roket yang membawa kan cuma satu satelit, jadi bahan bakar lebih hemat sehingga usianya bisa 21 tahun," katanya.

Asal tahu saja, SSL membangun satelit merah putih sejak awal 2016. Satelit senilai US$165 juta itu memiliki kapasitas 60 active transponders, terdiri dari 24 Standard C-Band dan 12 Extended C-Band yang menjangkau Asia Tenggara serta 24 Standard C-band yang menjangkau Asia Selatan.

Satelit ini akan menempati slot orbit 108 derajat Bujur Timur (BT) atau di atas wilayah sekitar Selat Karimata pada 18 Agustus mendatang dan beroperasi penuh di minggu ketiga September 2018.

Kehadiran Satelit Merah Putih akan melengkapi dua satelit Telkom lainnya yang masih aktif beroperasi, yaitu Telkom 2 dan Telkom 3S.(dn)