JAKARTA (IndoTelko) — International Data Corporation (IDC) percaya bahwa dengan diluncurkannya JD.ID Virtual telah membuka peluang baru untuk pasar ritel di dalam negeri.
Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan populasi terpadat ke-4 di dunia.
Merujuk pada investasi teknologi yang dilakukan oleh JD.ID store seperti Facial Recognition, NFC tags, dan Mobile Commerce, konsumen lokal saat ini dapat menikmati pengalaman ritel yang baru dan berbeda.
Untuk mendukung perkembangan teknologi ini, IDC memperkirakan bahwa anggaran teknologi informasi ritel mencapai Rp 3,2 triliun di tahun 2018 dan akan tumbuh pada CAGR 17% (2017-2021) dan merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat untuk belanja TI di Indonesia.
Sebagai dampak dari implemetasi teknologi ritel terbaru di Indonesia, industri ritel diharapkan dapat menjadi lebih kompetitif dan responsif terhadap perubahan perilaku dan ekspektasi berbelanja konsumen.
Pertumbuhan belanja TI tidak hanya akan meningkatkan pengalaman berbelanja bagi konsumen tetapi akan memungkinkan retailer untuk mewujudkan potensi penuh dari transformasi digital terhadap bisnisnya. IDC memperkirakan retailer memprioritaskan transformasi digital untuk meningkatkan business operations, customer engagement dan pemahaman yang lebih baik tentang referensi berbelanja konsumen.
“Kami melihat retailer di Indonesia masih menggunakan pendekatan tradisional untuk berinteraksi selagi membangun solusi yang inovatif untuk meningkatkan pengalaman konsumen. Teknologi seperti Augmented/virtual Reality (AR/VR), Artificial Intelligence (AI), dan Big Data Analytics (BDA) memiliki daya tarik tersendiri di pasar ritel lokal,” jelas Sr. Consulting and Head of Operations IDC Indonesia Mevira Munindra dalam keterangan (27/9).
Menurutnya, Customer Experience menjadi lebih penting dari sebelumnya bagi konsumen dan bisnis di dalam negeri.
Bisnis ritel di Indonesia harus mengedepankan inovasi dengan melibatkan konsumen secara langsung serta centricity model untuk memperoleh loyalitas pelanggan karena Indonesia memiliki jumlah konsumen yang besar. Pelanggan adalah stakeholder utama bagi semua industri. Menciptakan omni-channel experience menjadi faktor penting bagi bisnis ritel.
“Salah satu contoh adalah yang dilakukan oleh JD.ID dengan JD.ID X dan JD.ID Virtual yang menggunakan platform online to offline (O2O) untuk memberikan kemampuan digitalisasi yang disertai pengalaman unik melalui pembayaran digital bagi konsumen di Indonesia,” katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah konsumen yang besar pada pasar ritel di Indonesia telah bertransformasi, terutama karena dorongan jumlah konsumen yang relatif dari generasi muda dengan peningkatan pendapatan dan daya beli.
Dengan meningkatnya pelaku digital di Indonesia menyebabkan layanan yang memberikan kemudahan, kecepatan dan user-friendliness lebih atraktif dikalangan konsumen.
IDC percaya dengan keberhasilan strategi O2O oleh JD.ID dengan JD.IDX dan JD.ID Virtual merupakan dampak dari implementasi teknologi yang tepat dan memfokuskan layanan pada minat, kebutuhan pelanggan, produk yang menarik, dan customer journey. Karenanya, sangat penting bagi retailer lokal untuk berinovasi dan memberikan pembaharuan.Omni-channel experience yang akan sangat atraktif bagi pelanggan mereka.
Kendala bisnis bagi pelaku ritel di Indonesia saat ini meliputi kurangnya inovasi, tingginya -biaya eksternal, dan sulitnya mempertahankan pelanggan tetap.
Untuk mengantisipasi kendala tersebut, IDC berharap inovasi dari JD.ID dapat menjadi benchmark bagi bisnis ritel tradisional untuk menyelaraskan pemahaman terhadap konsumen mereka dan berfokus kepada pengalaman ritel yang unik bagi pelanggan sehingga dapat membedakan mereka terhadap kompetitor lain.
"Retailer lokal harus percaya diri dalam mengimplementasikan strategi-strategi transformasi digital yang tepat sehingga memungkinkan hadirnya pengalaman-pengalaman digital baru untuk meningkatkan pengalaman dan loyalitas pelanggan," pungkasnya.(wn)