Paruh tahun, Smartfren merugi Rp 1,64 triliun

JAKARTA (IndoTelko) – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) mengalami kerugian sebesar Rp1,64 triliun sepanjang semester pertama 2018 atau turun tipis dibandingkan periode sama 2017 sebesar Rp1,66 triliun.

Dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), operator yang identik dengan warna merah ini memiliki pendapatan usaha sebesar Rp2,54 triliun sepanjang semester pertama 2018 atau naik dibandingkan periode sama 2017 sebesar Rp2,142 triliun.

Rugi usaha yang dialami sepanjang semester pertama 2018 sebesar Rp1,36 triliun atau naik dibandingkann periode sama tahun lalu sebesar Rp925,56 miliar.

Pendapatan dari Smartfren sepanjang semester pertama 2018 berasal dari layanan data sebesar Rp2,41 triliun, suara (Rp 59 miliar), SMS (Rp18,3 miliar), dan lainnya.

Hingga akhir semester pertama 2018, Smartfren telah menyerap belanja modal mencapai 50 atau sekitar US$ 100 juta. Sepanjang tahun 2018, belanja modal yang dianggarkan perseroan mencapai US$ 200 juta.   

Dana tersebut sudah digunakan untuk berbagai ekspansi baik untuk pembangunan base transceiver station (BTS) maupun pengembangan paket data. Sisa belanja modal sebesar US$ 100 juta akan digunakan untuk membangun sebanyak 1000 BTS hingga 2000 BTS. Tahun ini FREN menargetkan membangun 6.000 BTS.   

Smartfren tengah mencari  pendanaan dengan menggelar  penawaran umum terbatas III dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target  dana Rp 6,74 triliun dari penjualan 67,41 miliar saham baru.

FREN mematok harga penawaran sesuai dengan harga nominal, yakni Rp 100 per saham. Selain menerbitkan saham baru, FREN juga akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 36,30 miliar waran II.

Setiap pemegang 20 saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada 14 November berhak atas 13 HMETD. Satu HMETD memberikan hak kepada pemegang saham untuk membeli saham baru.

Pada setiap 13 saham hasil pelaksanaan HMETD melekat tujuh waran seri II yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif. Waran ini memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham biasa dengan harga pelaksanaan Rp 100 per saham mulai 16 Mei 2019 hingga 22 November 2021.

PT Bali Media Telekomunikasi yang merupakan pemegang 31,13% saham FREN menyatakan tidak akan melaksanakan HMETD. PT Global Nusa Data yang memiliki 27,40% saham FREN dan PT Wahana Inti Nusantara yang memiliki 29,65% menyatakan akan melaksanakan HMETD. Pemegang saham yang tidak melaksakan haknya akan terdilusi hingga 25%.

Operator  ini akan menggunakan 84% dana hasil rights issue untuk membayar utang dan sisanya 16% untuk modal kerja.

Tak hanya berencana meningkatkan modal dasar melalui mekanisme penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) juga akan menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK).(ak)