JAKARTA (IndoTelko) - Pengguna internet (Warganet) di Indonesia terbelah dalam menyikapi tanda pagar (Tagar) #UninstallGojek yang memuncaki Trending Topic twitter sejak Sabtu (13/10) malam.
Saat artikel ini ditulis pada Minggu (14/10) pagi, sebanyak 31.200 kicauan telah membawa #UninstallGojek ke tangga teratas dalam perbincangan warganet di Twitter. (Baca: Kontroversi GO-JEK)
Dalam pantauan, warganet terbelah dalam kelompok mendukung atau tidak mendukung aksi #UninstallGojek.
Kelompok yang tidak mendukung #UninstallGojek dalam berbagai kicauannya mengingatkan tentang manfaat GO-JEK bagi perekonomian atau melihat pernyataan dari petinggi aplikasi itu sebagai sikap pribadi.
Tak hanya itu, kelompok ini pun mengingatkan bahwa banyak brand global yang menjadi pendukung Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender atau LGBT.
Suara warganet yang tak mendukung #UninstallGojek
Sementara kelompok yang mendukung #UninstallGojek menyatakan dengan keluarnya pernyataan dari manajemen GO-JEK seperti mengonfirmasi dukungan dari perusahaan tersebut kepada LGBT.
"Urusan orientasi itu pribadi dan tanggung jawab masing-masing. Tapi kalau sudah menggunakan kekuatan bisnis untuk mendukung LGBT.... baiklah, seperti anda/Gojek yang merasa berhak bersuara, saya juga berhak bersuara," tulis seorang warganet dalam akun media sosialnya.
Suara warganet yang dukung #UninstallGojek
Sebelumnya, layanan ridehailing GO-JEK menjadi pembicaraan hangat Warganet pada Jumat (12/10) malam.
Pemicunya bukan karena Babang GO-JEK (Panggilan akrab mitra pengemudi) yang tak ramah atau maksimal layanan ke penumpang, tetapi postingan dari status Facebook dengan nama akun Brata Santoso yang beredar di media sosial (Medsos).
Dalam penelusuran di LinkedIN, nama Brata Santoso adalah VP of Operations and Business Development GO-JEK.
Dari tangkapan postingan di akun medsos yang tersebar di Twitter dan Facebook terlihat pernyataan tentang dukungan pada LGBT yang dibuat Brata.
Brata dalam catatannya menceritakan tentang kampanye internal yang dilakukan GO-JEK dengan tema #GoingALLin yang menerima perbedaan dalam perusahaan termasuk soal preferensi seksual.
Dalam tangkapan layar tersebut, dituliskan ada 30 lebih karyawan Gojek yang merupakan LGBT dan gerakan #GoingALLin itu mendapat dukungan banyak pihak.
Postingan petinggi GO-JEK yang tersebar di medsos
Tangkapan layar yang bernada dukungan ke LGBT itu sontak membuat pengguna medsos di Tanah Air beraksi, dalam bentuk munculnya kekecewaan pada Gojek dan menyertakan tagar #uninstallgojek.
Manajemen GO-JEK dalam pernyataannya menyatakan sangat menghargai keberagaman (diversity).
"Kami percaya bahwa ide dan kreatifitas, yang menjadi kunci untuk melahirkan inovasi bermanfaat bagi masyarakat, merupakan buah dari hasil kerjasama berbagai latar belakang, pendidikan, budaya, dan keyakinan. Keberagaman juga menjadi elemen dalam dinamika karyawan kami," tulis pernyataan GO-JEK.
Terkait postingan yang beredar di media sosial, GO-JEK menegaskan bahwa post tersebut merupakan pendapat dan intepretasi pribadi dari salah satu karyawan GO-JEK, terhadap salah satu event internal dengan tema keberagaman.
Pernyataan resmi GO-JEK
Dewan Pembina Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Mochamad James Falahuddin menegaskan jika yang melakukan kampanye internal perusahaan dari luar negeri, mungkin masih bisa dipahami jika mereka harus mengadopsi tata nilai dari negara mereka berasal.
"Tapi sangat tidak bisa dimengerti kalau perusahaan yang asli Indonesia, punya kebijakan meng-endorse secara terbuka LGBT di negeri ini. Apalagi mereka ini menjadikan cucuran peluh dari para driver-nya , yang tentu saja asli indonesia , dan dalam beberapa hal terlihat sebagai bentuk digital slavery, sebagai underlying untuk memikat investasi puluhan trilyun rupiah," sesalnya.
Diakuinya, Apple, Google, Facebook dan lainnya mendukung LGBT secara global. "Tapi Anda ada lihat gak pejabatnya bicara soal itu di negeri ini? Itu bottom line-nya yang diprotes makanya muncul tagar #UninstallGojek. Jangan malah dipolitisasi kemana-mana,"tegasnya.(dn)