Pemain fintech dinilai belum optimal garap inklusi keuangan

Ilustrasi

JAKARTA (IndoTelko) - Pemain startup di sektor layanan inklusi keuangan yang memanfaatkan teknologi digital atau financial technology (fintech) dinilai belum optimal memanfaatkan pasar.

Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, transaksi melalui jasa fintech capaiannya selama ini telah baik. Kendati demikian, gross merchandise value (GMV) masih belum banyak dan besar.

"Perputarannya baru Rp 9 Triliun. Sebetulnya secara teoritis yang bagus adalah di bidang edutech karena 20 persen APBN untuk pendidikan. Kemudian juga healthtech karena 5 persen belanja APBN kita untuk kesehatan," ujarnya, kemarin.

Rudiantara mengatakan, di Indonesia saat ini rata-rata masih bersifat fintech lending saja. Sehingga dirasakan tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh perbankan konvensional.  

Skema fintech lending berperan sebagai penguhubung antara calon pemberi dana dan peminjam. Melalui fintech lending, kedua pihak jika telah sepakat kemudian melakukan proses transaksi bisnis.

"Saya lihat juga pada umumnya yang menggunakan fintech adalah orang-orang ataupun anak muda yang punya rekening di bank. Seharusnya fintech didorong kepada pasar yang baru," ucapnya.

Rudiantara mengungkapkan, diperlukan strategi sehingga dapat mendorong fintech ke arah pasar yang baru yang menyentuh the unbank one. Masyarakat diarahkan kepada produk baru atau yang sudah ada dari fintech.

"Kita ingin menciptakan unicorn yang berbasis fintech. Dengan memiliki unicorn berbasis fintech, akan meningkatkan aliran investasi ke dalam negeri," tuturnya.

Unicorn adalah sebutan atau gelar disematkan kepada perusahaan start up yang telah memiliki nilai valuasi di atas US$ 1 miliar.(wn)