Operator harus bisa optimalkan era transformasi digital

VP Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal.(dok)

JAKARTA (IndoTelko) - Operator harus bisa memanfaatkan era transformasi digital yang tengah melanda Indonesia sebagai salah satu katalis pendapatan di masa depan.

"Kami melihat ada potensi pendapatan pada 2026 sebesar US$ 6 miliar yang bisa didapat operator dengan catatan tidak hanya jadi connectivity provider dalam era banyaknya pelaku industri melakukan transformasi digital," prediksi VP Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal dalam diskusi HUT Ke-7 IndoTelko belum lama ini.

Menurutnya, beberapa sektor yang potensial digarap operator diantaranya layanan transportasi publik, industri kesehatan dan sebagainya. "Selama itu bisa meningkatkan revenue, dan operator bisa menyediakan beragam layanan yang tak hanya konektifitas, misal Internet of Things (IoT) pasti akan diterima oleh pelaku industri," jelasnya.

Ericsson Indonesia meramalkan akan ada 3,5 miliar perangkat terkoneksi Internet pada 2023 di Indonesia. Di mana industri akan manfaatkan IoT untuk melakukan efisiensi, mengurangi biaya, dan resiko, serta meningkatkan pendapatan.

Untuk bisa mencapai 3,5 miliar perangkat terkoneksi ada beberapa yang dibutuhkan. Mulai dari kapabilitas dengan memanfaatkan aplikasi yang sudah ada. "Jadi kita bisa cepat masuk ke market karena sudah digunakan di belahan dunia lain. Diantaranya smart wireless manufacturing, connected fleet, smart building, dan lainnya," katanya.

Diingatkannya, untuk go to market dan penerimaan di Indonesia berbeda di 10 industri besar.

"Manufacturing sangat bisa, banyak industri yang memahami benefit dari implementasi IoT. Potensinya ada di industri yang bersinggungan dengan teknologi karena akan lebih mudah diterima," katanya.

Lebih lanjut diyakininya, IoT perannya untuk Indonesia lumayan penting meningkatkan daya saing. "Negara lain sudah jadikan itu program nasional untuk memanfaatkan teknologi untuk produksi sehingga bisa menjual dengan harga yang lebih kompetitif lagi. Saya setuju dengan pemerintah kalau tidak kita akan ketinggalan. Risikonya banyak produk yang masuk ke Indonesia dan kita tidak bisa menyaingi harganya yang lebih kompetitif," pungkasnya.(dn)