JAKARTA (IndoTelko) - Lima perusahaan bersaing memenangkan penyediaan kapasitas satelit telekomunikasi (transponder) berbasis High Throughput Satellite (HTS) untuk Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).
Mengutip situs BAKTI, tadinya ada sekitar 12 perusahaan yang ikut lelang tersebut dimana empat perusahaan dianggap tidak lulus evaluasi administrasi. (Baca: lelang transponder HTS)
Setelah itu pada 2 November 2018, Panitia lelang mengumumkan lima perusahaan yang lolos hasil evaluasi dan negosiasi harga imbal hasil yaitu PT Indo Pratama Teleglobal yang menjanjikan kapasitas satelit 1.338 MHz, PT Pasifik Satelit Nusantara dengan kapasitas 2.272 Mhz, PT. APlikanusa Lintasarta dengan kapasitas 580,50 MHz, Konsorsium Iforte HTS dengan kapasitas 1.939,20, dan Telkom dengan kapasitas 1.081,50 MHz.
Rencananya ruang lingkup kerjasama operasional penyediaan kapasitas satelit telekomunikasi meliputi penyediaan, pengoperasian dan pemeliharaan kapasitas satelit telekomunikasi, kapasitas internet, fasilitas gateway, fasilitas HUB, fasilitas NOC , serta Sumber Daya Manusia berpengalaman dalam integrasi dan pengawasan performa satelit, HUB dan terminal remote.
Nama Perusahaan yang lolos evaluasi (Sumber: BAKTI)
Pemilihan satelit HTS dikabarkan karena lebih murah dan efisien. Transponder satelit HTS hanya US$ 300-US$600 per bulan per Mhz, sementara untuk transponder C-Band US$1.600 per bulan per MHz. Diperkirakan jika kebutuhan dari BAKTI sekitar 20 Gbps maka nilai investasi bisa sekitar US$ 5juta per bulan.
Di Indonesia operator yang memiliki langsung satelit HTS belum ada.Operator masih menyewa transponder milik satelit asing yang dikelola misalnya oleh Apstar atau SES.
Lima perusahaan yang tengah bertarung di lelang BAKTI pun diperkirakan menyewa transponder dari pemain asing. Hanya PSN yang akan memiliki satelit HTS sendiri jika satelit PSN VI meluncur pada 13 Februari 2019.(id)