JAKARTA (IndoTelko) - Kinerja saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) sepanjang 2018 kurang menggembirakan.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp371,48 triliun dengan harga saham ditutup pada 28 Desember 2018 Rp3.750 per lembar. (Baca: Saham Telco)
Nilai ini mengalami penurunan karena pada penutupan perdagangan 2017, kapitalisasi pasar Telkom sebesar Rp 447,55 triliun.
Saham Telkom pada perdagangan (2/1) ditutup Rp 3.730 per lembar dan pada pembukaan (3/1) diperdagangkan di Rp 3.740 per lembar.
Bagaimana perjalanan saham Telkom di tahun politik 2019?
Jika merujuk kepada beberapa emiten yang bisnisnya terkait dengan dukungan atas suksesnya Pemilihan Umum (Pemilu) seperti sektor kertas, PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) sudah mencatatkan kenaikan 110% untuk harga sahamnya. Begitu juga dengan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) yang mencatatkan kenaikan hingga 273% dalam 1 tahun. Performa ini cukup luar biasa mengingat akan adanya banyak permintaan kertas di tahun politik 2019.
Startup TemanTrader memprediksi seharusnya Telkom yang menjadi penguasa pasar telekomunikasi pun akan terkerek sahamnya di tahun politik ini.
Pasalnya, komunikasi sudah menjadi kebutuhan utama dalam mendukungnya sukses Pemilu baik bagi penyelenggara atau peserta.
TemanTrader mencatat di tahun politik, saham Telkom rata-rata mencatatkan kenaikan lebih dari 30%.
Pada Pemilu 2009, saham Telkom mencatat kenaikan 30,8% dan 2014 saham Telkom mencatatkan kenaikan 31.5%.
Berikut ulasan yang dikeluarkan pada (2/1) dari startup yang menjadi peserta IDX Incubator itu
Di periode Juni 2018 secara performa Telkom di banding tahun sebelumnya tidak mengalami banyak perubahaan performa, bisa di lihat pertumbuhan sales yg hanya tercatat Rp0.35 triliun dan menurunnya performa net income yg mengakibatkan pertumbuhan harga saham pun menurun, dapat disimpulkan dari segi laporan keuangan performa Telkom kurang baik.
Dari sisi lain performa Telkom terbilang menjanjikan untuk berinvestasi mengingat para pesaing dalam kondisi minus nampak jelas dari performa EPS (Earning Per Share) dimana Telkom mencatatkan 172 EPS di banding 27 industrinya dan 69 sektoralnya, jika di banding pesaingnya dalam kondisi minus dapat di bilang performa Telkom lebih baik dibanding para pesaing di sector telco.
Dapat di lihat juga chart di atas menunjukkan performa TLKM sedikit lebih baik dari sectornya, dengan kondisi leading ketimbang para pesaing yang mengalami kondisi lagging dan weakning dari sectornya. YTD (Year To Date) TLKM mencatatkan penurunan hingga 10.71%, dari sisi daily chart Telkom memang belum memiliki arah trend karena sedang mengalami sideways di area 3610-3840
Secara weekly pun Trend Telkom masih mengalami sideways setelah gagal break double bottom pattern dengan area neckline di 4045 atau area fibo 50%.
Secara Monthly walau major Trend Telkom masih dalam kondisi Uptrend, Telkom sudah break intermediate Trend dan gagal kembali memasuki area tersebut di bulan July, di sini TLKM Nampak tertahan di area Fibo 38.2 dengan harga 3500, akan tetapi jika area tersebut break akan ada kemungkinan besar skenarionya turun hingga menyentuh harga 26XX.
Bila di musim politik berdasarkan pengalaman dua Pemilu sebelumnya secara rerata saham Telkom tumbuh 30% maka tahun ini pun hal yang sama bisa terjadi.
Mengacu harga saham penutupan 2018 Rp 3750 dengan kenaikan 30% maka saham ini berpotensi hingga Rp 4875 sedikit dibawah level psikologis Rp 5000.
Namun pencapaian ini dengan catatan bahwa secara fundamental terjadi peningkatan performansi dari emiten dan secara teknikal mampu breakout dari area key resisten 4000 – 4150 untuk mendekati level 4800-nya.(ak)