YOGYAKARTA (IndoTelko) - Manajemen PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo mengungkapkan sejak tahun lalu sebenarnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah berupaya merealisasikan janji kampanyenya pada 2014 untuk membeli kembali (buyback) Indosat dari Ooredoo.
"Sejak 2018 beliau (Jokowi) sudah mau buyback, tapi waktu ketemu dengan beliau itu saya bilang, it's impossible," ungkap President Director & CEO Indosat Ooredoo Chris Kanter, pada acara Kumpul Media di Yogyakarta, Senin (28/1).
Dijelaskannya, saat itu kondisi Indosat secara valuasi tak begitu bagus. Ditambah dengan kondisi pemilik tidak dalam posisi terdesak keuangan sehingga harus menjual, maka jika pun dilepas, dipastikan nominalnya di atas harga pasar. (Baca: Valuasi Indosat)
"Kalau langkah itu (buyback) dilakukan Pak Jokowi, bisa dihajar sama oposisi karena merugikan negara. Saya bicara ini bukan dalam konteks dukung-mendukung Pilpres, tetapi supaya selesai ini isu (buyback), tak ditarik kesana-sini. Saya sarankan waktu itu ketimbang uang beli untuk buyback, mending digunakan untuk bangun infrastruktur," katanya.
Dalam catatan, Chris Kanter memang melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo didampingi Mensesneg Pratikno di Istana, Kamis (29/11/18) siang. (Baca: Indosat dan Jokowi)
Pada tahun 2002, pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham Indosat kepada Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT) dengan harga US$ 627 juta. Setelah itu STT melepas kepemilikannya ke ke Qatar Telecom (sekarang Ooredoo).
Nilai transaksi antara STT dan Qatar Telecom di 2008 dimana 40,81% saham Indosat dikempit dengan membayar tunai US$ 1,8 miliar. Kemudian pada tahun 2009, membeli 24,19% saham dari masyarakat (tender offer) sehingga total kepemilikan menjadi 65%. (Baca: Janji Buyback Indosat)
Presiden Jokowi dalam debat Pilpres 2014 sempat melontarkan janji akan melakukan buyback saham Indosat.(dn)