Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 akhirnya menyelesaikan tahapan pencoblosan pada Rabu 17 April 2019.
Usai pencoblosan, para pemilih pun tak sabar ingin mengetahui pemenang dari pesta demokrasi lima tahunan ini, khususnya untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019-2024.
Layaknya Pemilu di era reformasi, hasil hitung cepat (Quick count) menjadi sesuatu yang ditunggu oleh pemilih.
Berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), pengumuman Quick Count baru bisa ditayangkan media massa mulai jam 15.00 WIB usai hari pencoblosan.
Sejumlah lembaga survei yang terakreditasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengeluarkan hasil Quick Count pada 17 April 2019. Rangkumannya dari tayangan sejumlah TV nasional adalah:
CSIS-Cyrus dengan data masuk 99,9% memberikan kemenangan bagi pasangan Calon Presiden (Capres)-Wakil Presiden (Cawapres) Joko Widodo (Jokowi)- Ma'ruf Amin (55,7%) sementara Prabowo Subianto- Sandiaga S Uno (44,3%).
Indobarometer dengan data masuk 99,67% memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf (54,32%), sementara Prabowo-Sandi (45,68%).
Charta Politica dengan data masuk 98,6% memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf (54,32), sementara Prabowo-Sandi (45,68%).
LSI Denny JA dengan data masuk 99,5% memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf (55,7%), sementara Prabowo-Sandi (44,23%).
Kesimpulannya, lembaga survei resmi dominan memberikan kemenangan bagi pasangan No 01 yakni Jokowi-Ma'ruf.
Fenomena Crowd-Source
Hal yang menarik adalah, jika hasil Quick Count sebelumnya menjadi mantra sakti untuk melihat pemenang dalam Pilpres, kali ini tak lagi menjadi pilihan utama publik. (Baca: Perang usai pencoblosan)
Banyaknya hasil Quick Count yang meleset ketika dibandingkan dengan real count atau hitungan manual dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, menjadikan publik menoleh ke Situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menampilkan hasil hitungan berbasis Formulir C1 dan platform crowd-source yang menyajikan agregasi data C1 Plano dari para relawannya.
Sejumlah platform crowd-source untuk agregasi data yang menonjol menghitung suara Pilpres 2019 adalah KawalPemilu.org, Ayo Jaga TPS, KawalPilpres2019, dan Jurdil2019.org. (Baca: Hitung suara)
Bahkan, belakangan muncul situs Realcount.id yang melakukan fetching data berkala dan menampilkan ke dalam bentuk visual komparatif dari semua platform crowd-source, termasuk dari situs KPU.
Mengutip data yang disajikan Realcount.id per 21 April 2019 jam 14.00 WIB, situs KPU menunjukkan perolehan suara masih diungguli pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin dengan 8.556.252 suara (54,1%), Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno dengan 7.247.293 suara (45,9%).
KawalPemilu menunjukkan suara Jokowi sudah mencapai 8.272.768 suara (50,9%), sedangkan Prabowo 7.993.587 suara (49,1%).
KawalPilpres2019 menunjukkan suara Jokowi baru mencapai 369.139 suara (48%), Prabowo 399.979 suara (52%).
Sedangkan Ayo Jaga TPS menunjukkan pasangan Jokowi memperoleh 2.543.465 suara (37,2%) dan Prabowo 4.299.487 suara (62,8%).
Diblokir
Data dari Jurdil2019.org tak tersedia lagi karena situs ini sudah diblokir oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) atas permintaan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Dalam keterangan situsnya, Jurdil 2019 menyatakan memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk berpartisipasi meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas hasil Pilpres menggunakan aplikasi Jurdil 2019 yang merupakan sistem Real Count independen yang dapat memberikan secara cepat hasil perhitungan pemungutan suara yang jujur dan adil. (Baca: Blokir Jurdil2019)
Aplikasi JURDIL2019 juga dapat melayani pelaporan pelanggaran bilamana ditemukan terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaan Pemilihan Umum 2019. Aplikasi JURDIL2019 telah mendapatkan Sertifikasi Akreditasi dari BAWASLU dengan Nomor Akreditasi: 063/BAWASLU/IV/2019.
Tindakan mengejutkan terhadap Jurdil2019.org ini menjadikan pengelola KawalPilpres2019 memilih langkah aman dengan mematikan penayangan dari hasil tabulasi sementaranya per 21 April 2019 walau proses data entri dari relawan tetap dijalankan.
Disayangkan
Aksi Bawaslu dan Kominfo yang mengambil langkah drastis dengan menapis situs Jurdil2019.org yang berdampak dengan langkah dari pengelola KawalPilpres2019 menghentikan penayangan hasil tabulasi datanya disayangkan banyak pihak karena dianggap anti demokrasi di era digital. (Baca: Blokir Crowd-source Pemilu)
Kehadiran platform crowd-source yang marak di Pilpres 2019 dianggap sebagai oase ditengah keraguan terhadap hasil Quick Count dari lembaga survei dan krisis kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara Pemilu.
Konsep corwd-source dimana data C1 diupload langsung oleh relawan, adanya verifikasi manual ke pengupload data, serta proses input data dalam penayangan lebih transparan mampu menyedot perhatian masyarakat.
Apalagi, dokumen C1 Plano bukanlah barang rahasia di Pemilu. Dokumen ini salinannya biasanya dipajang di tempat penghitungan suara agar masyarakat tahu hasil dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) lokasi dia mencoblos.
Sederhananya, aksi yang dilakukan crowd-source tak lebih mendigitalkan data yang tadinya manual, serta menyajikannya ke masyarakat tanpa ada pretensi untuk membuat kesimpulan.
Jika demikian kenapa harus takut? Bukankah pemilu adalah cara untuk mencapai tujuan negara yang demokratis, adil, dan makmur? Bukankah pemilu yang berkualitas menghasilkan pemerintah yang kuat dan dipercaya rakyatnya?
Justru penyelenggara dan pengawas pemilu yang terkesan gagap dengan partisipasi masyarakat menjadikan pesta demokrasi berubah menjadi menakutkan bagi rakyat.
@IndoTelko