JAKARTA (IndoTelko) - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mulai terbuka terkait kerjasamanya dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam penyediaan konektifitas di armadanya.
Dalam keterbukaan informasi, Senin (6/5), Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Fuad Riza menjawab beberapa pertanyaan tertulis yang dilontarkan otoritas bursa ke maskapai itu.
Dalam informasi itu dinyatakan Mahata adalah startup yang menjanjikan dimana telah mengantongi sejumlah kontrak kerja sama di antaranya dengan Lufthansa system, Lufthansa Tecnic dan Inmarsat.
Ketiga mitra dari Mahata adalah perusahaan internasional yang memiliki Know Your Customer (KYC) dan due diligence dalam menentukam partner kerjasamanya.
Mahata merupakan perusahaan startup yang didukung oleh induk usaha Global Mahata Group yang memiliki 10 ribu karyawan dengan cakupan bisnis, pertambangan timah, inflight connectivity dan tenaga keamanan. Nilai bisnis Global Mahata Group secara total adalah US$ 640,5 juta.
Mahata Aero Teknologi sendiri didirikan berdasarkan Akta No. 3 tanggal 03 November 2017 yang dibuat oleh Yeldi Anwar, SH, notaris di Jakarta.
Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-0140899.AH.01.11.TAHUN 2017 pada tanggal 08 November 2018. Bila dihitung dari tanggal pegesahan itu, maka saat ini mahata baru berusia 11 bulan.
Susunan pengurus dari Mahata adalah:
Komisaris : Hendro Prasetyo
Direktur Utama : Muhammad Fitriansyah
Direktur : Yugo Irwan Budiyanto
Direktur : Junirzan Murdian
Direktur : Edward Sidharta Jayasubrata
Sementara komposisi saham dari Mahata adalah dimiliki Hendro Prasetyo (32%), Wicell Technologies (33,5%), Muhammad Fitriansyah (32%), Edward Sidharta Jayasubrata (2,5%) dengan modal awal Rp10 miliar.
Mahata sendiri dalam penyediaan layanan konektifitas bekerjasama dengan PT Karya Lentera Angkasa (KLA) dan Aeria Grup.
KLA dan Mahata sepakat memperjualbelikan produk berupa kuota internet dan menyediakan sistem serta aplikasi untuk content advertising di pesawat.
Sementara kerjasama dengan Aeria adalah menyediakan layanan penjualan iklan dan memesan konten video untuk In-Flight Entertainment.
Alasan
Garuda pun menjelaskan alasannya menggandeng Mahata sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dimana ingin meningkatkan ancillary revenue yang salah satunya melalui kerja sama dengan investor yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam Layanan In-Flight Connectivity dan In-Flight Entertainment.
"Dengan market share Garuda Group mencapai 51% atau dengan jumlah pelanggan sebesar 30 juta pelanggan per tahun, maka Garuda Grup merupakan market place yang potensial untuk sarana dan/atau media iklan," tulis keterangan itu.(Baca: Garuda-Mahata)
Garuda mengharapkan dari kerjasama itu memperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan service level kepada penumpang Garuda Indonesia dengan menyediakan layanan konektivitas pada seluruh pesawat Garuda Indonesia.
2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja Perusahaan dengan men-generate ancillary revenue.
3. Perseroan dapat melakukan efisiensi beban usaha dengan mengurangi biaya pengelolaan layanan In-Flight Entertainment yang akan menjadi beban PT Mahata yang akan meningkatkan laba Perseroan secara konsolidasi.
4. Perseroan akan memperoleh pendapatan yang berasal dari biaya kompensasi hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hak pengelolaan layanan In-Flight Entertainment dari PT Mahata yang akan meningkatkan laba Perseroan secara konsolidasi.
5. Perseroan akan memperoleh pendapatan yang berasal dari alokasi slot dari PT Mahata yang akan meningkatkan laba Perseroan secara konsolidasi.
6. Meningkatkan kinerja keuangan Perseroan secara konsolidasi yang dapat meningkatkan nilai saham Perseroan dan memberikan nilai tambah bagi Pemegang Saham.
Bahkan, manajemen Garuda telah mengestimasi pendapatan yang diterimanya dari bisnis iklan dari inflight connectivity dan inflight entertainment untuk 9 tahun mendatang.
Kalkulasi Garuda atas pendapatan dari bisnis inflight connectivity.(Sumber:Keterbukaan informasi BEI)
Sejauh ini Garuda telah menikmati layanan dari Mahata dengan terpasangnya perangkat di 1 pesawat milik Citilink. Jumlah armada yang masuk dalam perjanjian ini 203 unit.
Tahapan pemasangan sampai dengan pengoperasian connectivity dan WiFi pada satu pesawat pertama untuk satu tipe pesawat memerlukan waktu sekitar enam bulan karena ada proses data teknis pesawat, persiapan software, sertifikasi, dan lainnya.
"Dari semua penawaran yang masuk, hanya Mahata yang menawarkan zero investment dan revenue sharing. Ini berbeda dengan lainnya yang meminta ada investasi dari maskapai," jelas manajemen Garuda.
Percaya Diri
Secara terpisah, Direktur Mahata Aero Teknologi, Thomas Widodo menyatakan, Mahata berani menandatangani kerja sama dengan Garuda dengan konsekuensi mencatat utang sebesar US$239 juta kepada Garuda dalam periode 15 tahun ke depan. Alasannya, dalam hitung-hitungan konservatif Mahata, model bisnis ini dalam 15 tahun ke depan akan menghasilkan pendapatan tidak kurang dari US$1,5 miliar.
“Dari perhitungan konservatif, kami sebetulnya cukup pede dengan angka yang di Laporan Keuangan Garuda (2018), dengan konsep-konsep yang sudah kita perhitungkan, tentu saja. Secara pembukuan accounting juga sudah diperkenankan,” kata Thomas, Rabu (8/5).
Ditegaskannya, di belakang startup ini ada beberapa mother vessel yang siap men-support Mahata. Salah satunya dari Uni Emirat Arab yang siap mengucurkan dana sebesar US$21 juta pada tahun pertama, 2019. Dana itu akan dialokasikan untuk pengadaan infrastruktur digital di 10 pesawat Citilink.
“Kita harus meyakinkan publik bahwa ini bisnis yang make sense dengan cara kita harus membuktikannya, karena di belakang kami ada beberapa investor besar, tapi kita gak bisa sebutkan. Seberapa yakin kita bisa make money? Cuma satu cara, prove it. Kita percaya ini bisa, walaupun kendalanya banyak,” tegasnya.
Menurutnya, di Eropa model bisnis ini sudah diterapkan dalam kerja sama antara IMMFLY dengan beberapa maskapai penerbangan Eropa. Begitu juga di Amerika Serikat, dilakukan oleh Hulu (anak perusahaan Amazon) dengan maskapai Jetblue.
Lalu, bagaimana dengan pemasang iklan di inflight digital services dalam penerbangan pesawat-pesawat Garuda Group? Staf Marketing Mahata Group, Rosinsko mengatakan hingga kini sudah ada beberapa perusahaan yang sudah menyatakan berminat untuk beriklan. Dalam hal ini, Garuda masih memiliki peluang untuk meraih pendapatan tambahan melalui sharing revenue.
“Kami optimistis, model bisnis ini akan menguntungkan dan menjadi trend dalam industri penerbangan di masa depan," katanya.
Ditegaskannya, melalui kerjasama antara Mahata dengan Garuda, ada tiga poin yang bisa dicatat. Pertama, Mahata mengambilalih cost dari Garuda. Kedua, Garuda mendapat income tambahan dari pembayaran dari Mahata. Ketiga, dari segi konsep penerbangan ber-Wifi yang sudah semakin umum, akan meningkatkan load factor penerbangan Garuda. “Kita membantu Garuda secara financial dan promosi dari segala sisi,” katanya.
Di tahun pertama, Mahata menargetkan pemasangan system di 10 pesawat Citilink. Sementara untuk seluruh pesawat Garuda, Citilink, dan Sriwijaya, secara teknis akan rampung pada tahun 2020. Namun hal itu disesuaikan dengan service buletin yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat (Boeing dan Airbus).(id)