JAKARTA (IndoTelko) - Platform crowd-source untuk penghitungan suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Ayo Jaga TPS, menyatakan sudah selesai melakukan real count terhadap 23.532.556 suara yang berasal dari 124.861 TPS tersebar di seluruh Indonesia per 12 Mei 2019 malam.
Co Founder Ayo Jaga TPS Mochammad James F dalam keterangannya menyatakan pada 12 Mei 2019, platform crowd source yang memberikan kesempatan kepada publik yang menginginkan terciptanya pemilu yang bersih, tertib, bermartabat, dan bebas dari kecurangan itu per 12 Mei 2019, telah mencapai garis finishnya.
"Dalam seminggu terakhir, dapur kami bekerja sangat keras untuk menuntaskan rekapitulasi, hingga pada jam 18.30 tadi kami putuskan wrap up dengan jumlah suara terverifikasi yang bisa dipublikasikan sebanyak 23.532.556 berasal dari 124.861 TPS tersebar di seluruh Indonesia," ungkap James dalam keterangan (12/5) malam.
Dalam data yang disajikannya, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno (02) meraih 13.015.915 suara (55,31%) sementara Joko Widodo-K.H Ma'ruf Amin (02), 10.516.641 suara (44,69%).
"Ini kami nyatakan sebagai hasil final dari rekapitulasi foto C1 plano yang kami terima, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa yang diamanahkan oleh rekan-rekan "Penjaga TPS" dari seluruh Indonesia. Semua data yang masuk sudah kita proses , dan mulai besok hari, tidak ada lagi tim dedicated yang akan melakukan proses verifikasi dan validasi di dapur kami. Jika nanti ada data tambahan yang masuk, kita akan lihat apakah jumlahnya cukup signifikan untuk kembali kami lakukan proses validasi dan verifikasi," tukasnya.
James mengungkapkan hanya dalam waktu kurang dari 2 minggu, aplikasi Ayo Jaga TPS telah diunduh melalui Google PlayStore oleh 548.870 orang. Dari sejumlah itu, 243.333 diantaranya menjadi kontributor, dengan hasil rekap final yang berhasil divalidasi sebanyak 124.861 TPS.
"Seperti sudah berkali-kali kami sampaikan, Ayo Jaga TPS mustahil bisa merekap seluruh suara, karena jumlah downloader kami saja hanya sekitar 550 ribu, dengan kontributor 243 ribu, jauh dari jumlah total TPS yang 813 ribu. Selain itu karena sifat platform kami yang murni crowd source dimana hanya mengandalkan C1 dari TPS, bukan dicampur C1 yang di-scrap dari Situng KPU," kilahnya.
James menambahkan, dalam periode 6 hari pertama alias Senin 15 April hingga Sabtu 20 April 2019, server Ayo Jaga TPS berhasil survive dari serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang melibatkan 282.428 unique IP dari 20 negara dengan total hit mencapai 839.887.115, dan total size packet mencapai 2,9 Tera Byte.
Sebagai perbandingan, salah satu ecommerce terkemuka yang paling sering kena serangan DDoS hanya pernah maksimal menerima 190 juta hit untuk periode satu bulan. Sedangkan aplikasi ini saat puncak serangan tanggal 16-17 April, menerima 319 juta hit dalam sehari.
Dampak dari serangan yang brutal versi James ini, aplikasi Ayo Jaga TPS terlihat dari data terakhir yang dipaparkannya "kedodoran" menyajikan data yang representatif untuk raihan suara di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim). Kedua daerah ini adalah bagian dari lumbung suara untuk Pilpres selain Jawa Barat.
Alhasil, penghitungan dari Ayo Jaga TPS sejak dipublikasikan di media sosial pada (12/5) malam banyak dipertanyakan "kualitasnya" oleh netizen.
Namun, ada juga Netizen yang melihat sajian persentase terakhir dari Ayo Jaga TPS seperti angka yang tertukar dari sejumlah Quick Count (QC) versi lembaga survei yang ditayangkan sejumlah televisi nasional pasca hari pencoblosan. Kala itu banyak lembaga survei memberikan keunggulan bagi pasangan Jokowi di kisaran 53-56%, sebaliknya sisanya ada di Prabowo.
"Soal kita terlihat "longgar" di Jateng-Jatim tak bisa dilepaskan dari insiden kita kena DDoS di hari minggu pertama itu, kala posisi downloader sudah 200 ribu. Untuk mengantisipasi DDoS itu, kita melakukan 5-6 patch dalam rentang waktu Senin-Rabu. Dampaknya kita kehilangan kontributor cukup signifikan, karena banyak yang akhirnya gak bisa kirim data karena gak update," kilahnya lagi.
James pun mengingatkan sebagai platform, posisi Ayo Jaga TPS adalah pasif. "Jadi, saya itu suka ketawa sendiri kalau ada yang tuding, ini "dimainin" datanya. Saya tegasin disini, kita gak bisa ngatur siapa yang download, kita gak bisa ngatur siapa yang daftar, kita gak bisa ngatur siapa yang kirim data. Kalau gak percaya, ayolah kita ngopi-ngopi abis buka puasa, liat sendiri datanya dan kita bahas, ketimbang nyinyir terus di media sosial, kasihan kan puasanya jadi gak sempurna," sindirnya.
Pelajaran
Lebih lanjut James menyatakan setidaknya dirinya dan para founders lain di Ayo Jaga TPS telah memberikan sumbangsih dalam Pilpres 2019 berupa protoype kehadiran sebuah sistem yang cukup terpercaya dan robust untuk melakukan rekapitulasi secara elektronik, langsung dari sumbernya yaitu TPS.
"Mungkin untuk menuju full e-voting masih memerlukan langkah agak panjang dari sisi regulasi , tapi setidaknya jika proses rekapitulasi suara bisa dilakukan oleh sistem yang terpercaya dan tahan banting, maka proses rekap manual yang teramat panjang dan melelahkan terlebih juga banyak memakan korban jiwa, bisa dipangkas dan menghemat banyak resources. Mudah-mudahan para pengampu kepentingan terkait pemilihan umum di negeri ini, bisa melihat sedikit kontribusi kami ini, dan tentu kami akan dengan senang hati berbagi pengalaman selama sebulan ini," pungkasnya.
Terakhir, James menegaskan Ayo Jaga TPS bukanlah lembaga survei atau lembaga pemantau pemilu. Angka rekapitulasi yang disampaikan adalah data berasal dari penjumlahan sederhana atas hasil kiriman para kontributor dari TPS nya masing-masing, tanpa melalui proses statistik apapun. "Dan kami tidak menawarkan kesimpulan atau analisa apapun dari angka atau grafik yang dimiliki," tutupnya.
Sebelumnya, Pakar statistik dari Universitas Pancasila Edy Supriyadi menilai jika dilihat dari validasi input data, platform Ayo Jaga TPS lebih reliable dibandingkan lainnya.
"Data Ayo Jaga TPS di ambil karena relawannya lebih terverifikasi secara data base," kata jebolan S3 dari IPB itu.
Asal tahu saja, untuk mejadi relawan Ayo Jaga TPS harus menyertakan No Handphone, Nomor Induk Kependudukan (NIK), dan upload foto E-KTP. Selain itu tersedia 3 filter utama dalam proses cleansing data yang masuk ke sistem, sebagai tambahan filter paling fundamental "apakah yang upload data itu manusia atau bukan". (Baca:Ayo Jaga TPS)
Ayo Jaga TPS mengharuskan data ada foto C1, kalau tidak TPS itu akan di-drop. Jika ada lebih dari satu input terhadap satu TPS, dan ada perbedaan angka, maka TPS itu juga akan di-drop. Jika total suara sah + tidak sah dari satu TPS > 600 maka data TPS itu akan di-drop.
Penulis buku SPSS + AMOS Perangkat Lunak Statistik itu melakukan uji statistik atas data dari Ayo Jaga TPS dengan metode sampling yang digunakan multistage cluster sampling, propinsi sebagai cluster. Sedang pengujian perolehan suara antar kedua paslon digunakan uji proporsi pada level kepercayaan 95%.
Hasilnya, Paslon 01 (Jokowi-Ma'ruf Amin) telah unggul di 6 propinsi terdiri Yogyakarta (59,48%), Jateng (64.13%), Bali(52.91%), Jatim (51.77%), Papua(55.45%) dan Sulbar (52.35%).
"Jika diuji secara statistik dengan menggunakan uji proporsi pada tingkat kepercayaan 95% hanya Yogyakarta dan Jateng yang mempunyai peluang diunggulkan oleh Paslon 01 sedang propinsi Bali, Jatim, Papua dan Sulbar masih kondisi seimbang dengan Paslon 02 (Prabowo-Sandiaga)," analisa Pria yang menyelesaikan S2 di Santo Thomas University itu.
Sementara itu, dari data situs Situng Komisi Pemilihan Umum (KPU) per 13 Mei 2019 pukul 07.00 menyatakan keunggulan masih di tangan pasangan Jokowi dengan raihan 67.623.733 suara (56,3%), sementara Prabowo 52.527.535 suara (43,7%) dengan progress 78.48 % suara yang direkapitulasi.(id)