BANYUWANGI (IndoTelko) - Sharing economy di era digital sepertinya terus mendisrupsi sektor transportasi.
Sharing Economy bisa didefinisikan sebagai konsep bisnis yang dapat memberikan akses kepada sumber daya yang dimiliki orang atau perusahaan untuk dikonsumsi atau dimanfaatkan bersama dengan pengguna atau orang lain.
Sharing Economy memiliki semangat untuk melakukan tindakan efisiensi sumber daya dengan cara melakukan konsumsi bersama-sama
Jika selama ini kita kenal kehadiran aplikasi Ride-Hailing Gojek dan Grab yang berhasil mendisrupsi bisnis transportasi darat, pelan tapi pasti sepertinya konsep sharing economy akan terjadi untuk monetisasi bisnis bandar udara (bandara).
“Perusahaan-perusahaan yang tumbuh besar sekarang ini adalah yang mampu mengkapitalisasi excess capacity yang dimilikinya dengan konsep sharing economy. Saya mendukung upaya Angkasa Pura II (AP 2) menjadi pionir pengelolaan bandara untuk General Aviation,” ungkap Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam Seminar General Aviation for Tourism: Jurus Jitu General Aviation Mendukung Pariwisata Indonesia, yang diselenggarakan di éL Royale Hotel & Resort Banyuwangi, Jumat (26/7).
Pria yang akrab disapa AY ini menyatakan secara natural, kelebihan kapasitas di bandara tak bisa ditolak. "Kita jangan bicaranya Cengkareng (Soekarno-Hatta), Indonesia ini ada sekitar 600 bandara dimana banyak yang aktif sunrise-sunset, slot kosongnya banyak sekali, ini bisa dimaksimalkan dengan sharing economy jika General Aviation dibuka, salah satunya untuk atraksi pariwisata," sarannya.
Secara terminologi General Aviation memiliki arti pemanfaatan bandara-bandara untuk keperluan apapun yang berkaitan dengan sektor kedirgantaraan, kecuali militer.
Jika diterjemahkan, General Aviation adalah layanan penerbangan umum yang mencakup berbagai jenis aktivitas komersial dan non-komersial, termasuk penerbangan pribadi, pelatihan penerbangan, ambulan udara, pemadaman kebakaran udara, penyewaan udara, penerbangan terpencil, dan gliding.
Jenis pesawat yang digunakan dalam General Aviation meliputi pesawat eksperimen, pesawat sport ringan, dan jet sangat ringan yang tidak digunakan oleh maskapai penerbangan.
“Perubahan dan pembaruan adalah sebuah keniscayaan. Kita yang tidak mengikuti pembaruan berarti melawan keniscayaan itu. Prinsipnya, jika tidak melakukannya, maka orang lain yang akan melakukan pembaruan itu. Saat perubahan atau pembaruan terjadi, pasti ada konfrontasi dan penolakan. Itu hal yang sangat biasa. Karena nantinya akan ada kolaborasi. Dan itu bagian yang penting,” paparnya.
Staf Khusus Menpar Bidang Infrastruktur Judi Rifajantoro mengatakan, jika General Aviation digenjot banyak bisnis baru yang bisa hadir.
"Potensinya besar karena dari sisi infrastruktur sudah ada dari sisi bandara dan pesawat. Ini bisa mendukung Nomadic Tourism dan mendatangkan wisatawan dengan valuasi tinggi, karena tak sembarang orang bisa akses transportasi udara atau membawa pesawat masuk Indonesia. Bisa saja nanti ada "Gojek Udara" dan lainnya kalau peluang dibuka," katanya.
Bupati Banyuwangi Azwar Anas juga mengaku tertarik dengan konsep General Aviation yang dicetuskan Angkasa Pura II.
Menurut Azwar, pengelolaan Bandara Internasional Banyuwangi oleh AP 2 secara profesional telah membantu daerah yang dipimpinnya menjadi lebih mudah untuk dikunjungi wisatawan lokal maupun asing.
“General Aviation ini sesuatu yang baru bagi Pemda. Karena Banyuwangi diapit oleh tiga taman nasional yang sangat indah jika dilihat dari atas oleh wisatawan,” kata Azwar Anas.
President Director Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh para pejabat Pemerintah Pusat dan Daerah bagi perusahaannya untuk mengembangkan konsep General Aviation di Indonesia.
Menurut Awaluddin, ide awal pengembangan konsep tersebut adalah agar perusahaan yang dipimpinnya bisa membantu pemerintah menumbuhkan industri pariwisata nasional.
“Presiden Jokowi sendiri telah mencanangkan industri pariwisata sebagai core economy baru negara ini, dengan bantuan dari sektor lain. Untuk itu kami ingin menjadikan Bandara Banyuwangi sebagi pilot project General Aviation ini," katanya.
Director of Engineering & Operation AP II Djoko Murjatmodjo menambahkan, perusahaannya sangat siap menjadikan General Aviation sebagai daya tarik baru wisatawan.
“Selain Banyuwangi, ada beberapa bandara yang dikelola AP 2 sangat cocok untuk digunakan untuk General Aviation. Seperti di Silangit, kalau ada wisatawan yang punya waktu pendek tapi mau melihat keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir, bisa terbang dengan pesawat kecil kesana lalu kembali lagi ke bandara. Bandara Tanjung Pinang, Aceh, dan Nias pun demikian. Adanya permintaan seperti ini yang mendorong kami meningkatkan utilisasi bandara untuk mendukung pariwisata” kata Djoko.
Dalam dua tahun terakhir, AP II menurutnya sudah menanamkan investasi Rp250 miliar untuk meningkatkan kapasitas runway demi bisa melayani penerbangan pesawat berbadan besar. Dalam waktu dekat, perseroan akan menambah investasi Rp300 miliar untuk pengembangan terminal.
“Kami ingin Banyuwangi ini jadi bandara khusus untuk wisata. Rencana itu akan lebih lengkap kalau ada daya tarik wisata dari General Aviation,” jelasnya.
Kendala
Namun, untuk bisa menjadikan General Aviation sebagai daya tarik wisata, Direktur Keselamatan, Keamanan dan Standarisasi AirNav Indonesia Yurlis Hasibuan mengingatkan ada beberapa standar keselamatan yang harus dipenuhi pelakunya.
Suasana Seminar General Aviation for Tourism: Jurus Jitu General Aviation Mendukung Pariwisata Indonesia
“Misal, untuk yang ingin melakukan penerbangan malam baik untuk latihan atau wisata harus melengkapi standard kelengkapan pesawat demi menjamin keamanan. AirNav mendukung General Aviation, namun regulasinya harus menyesuaikan,” kata Yurlis.
Sementara Marsekal Madya TNI (Purn) Eris Heriyanto, seorang pilot yang menggeluti dunia General Aviation mengakui ada banyak destinasi wisata yang bisa dijangkau dengan pesawat kecil. Sehingga rencana AP 2 untuk mengembangkannya perlu didukung semua pihak.
“Termasuk dari sisi pajak PPNBM yang kalau ditotal dengan biaya lainnya, untuk membeli satu pesawat kecil itu biayanya bisa kena pajak 100% alias dua kali lipat dari harga aslinya. Selain itu operator bandara juga harus memastikan berbagai jenis BBM untuk pesawat kecil tersedia di bandara,” jelas Eris.
Serap Tenaga Kerja
Direktur Utama FlyBest Flight Academy Capt. Dharmadi memiliki catatan tersendiri sendiri setuju konsep General Aviationsegera dimulai di Indonesia. Ia mengacu pada Amerika Serikat (AS) yang sudah sangat lama merasakan manfaat ekonomi dariGeneral Aviation.
“Di AS itu ada 4.000 bandara yang melayani General Aviation. Anda tahu berapa jumlah penumpangnya? 166 juta orang!" kata mantan Presiden Direktur AirAsia Indonesia tersebut.
Dharmadi menyebut penerapan General Aviation juga bisa jadi solusi penyerapan tenaga kerja, karena akan banyak dibutuhkan pilot, tenaga ground handling, mekanik, sampai menumbuh kembangkan sekolah-sekolah pilot.
Chairman Aircraft Owners and Pilots Association of Indonesia (AOPA-ID) Imron Siregar mengatakan, gagasan AP 2 untuk menjadikan General Aviation pendorong pariwisata merupakan yang pertama di Indonesia. Ia menyebut, ada 2 juta pekerja terserap General Aviation di AS sehingga jika diterapkan di Indonesia bisa lebih tinggi dari itu jumlah pekerja yang dilibatkan.
“Semoga tahun depan Indonesia bisa bikin event air rally dengan gagasan awal ini,” kata Imron.
Ketua Bidang Organisasi DPD ASITA Jawa Timur Agus Rejeki Wartonomenambahkan, penandatanganan komitmen General Aviation oleh parastakeholder di industri aviasi merupakan sebuah pintu awal yang memudahkan para anggota ASITA dalam menawarkan paket wisata ke wisatawan asing.
“Semakin banyak event atraksi pesawat, yang juga bisa menjangkau destinasi wisata yang tidak bisa ditembus oleh moda transportasi lain maka kami bisa berjualan lebih banyak paket wisata lagi,” kata Agus.
Kasubdit Kerja Sama Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Ade Kusmana, sebagai regulator industri penerbangan di Indonesia menyebut instansinya siap diajak berkomunikasi untuk menyediakan regulasi penerbangan yang lebih fleksibel untuk mendukung General Aviation di Indonesia.
Muhammad Awaluddin menyatakan dalam waktu dekat akan membentuk taskforce khusus untuk mengembangkan General Aviation.
“Kalau kita lihat yang dilakukan Gojek adalah membangun ekosistem untuk keberhasilan sharing economy. Kami juga ingin meniru itu dimana bandara dijadikan penggerak ekosistemnya agar nanti potensi-potensi yang ada bisa diwujudkan. Kuncinya adalah kolaborasi, tidak mungkin kita bisa mendorong industri pariwisata nasional tanpa Indonesia Incorporation,” pungkas Awaluddin.(id)