JAKARTA (IndoTelko) - Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Perindustrian menggelar Program IoT Makers Creation 2019 untuk mencari pembuat solusi Internet of Things (IoT) yang dapat dikembangkan untuk dikomersialisasikan dalam waktu dekat melalui berbagai program pembinaan lanjutan.
"Kompetisi IoT Makers Creation 2019 terbuka untuk umum, tanpa batasan usia guna mencari solusi IoT karya anak bangsa yang memiliki solusi unik sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia," kata Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya dalam keterangan kemarin.
Dikatakannya, seluruh karya akan dikerucutkan menjadi 10 besar yang akan dibawa ke Jakarta untuk pameran dan penjurian final," katanya.
Pemenang dari kompetisi ini akan masuk dalam inkubasi Lembaga pemerintahan maupun lab IoT swasta yang ada, serta pelatihan di luar negeri selama sepekan.
Kompetisi IoT Makers Creation 2019 dimulai dari pengumpulan karya berupa video dan paper sejak 1 Agustus hingga 7 September 2019. Dewan juri akan melakukan penjurian berdasarkan video dan paper untuk menentukan 10 besar finalis yang diumumkan sebelum 15 September 2019. 10 tim finalis diundang ke Jakarta untuk memamerkan karya mereka sekaligus penjurian final di pameran E2ecommerce Indonesia in collaboration with IoT Makers Creation di Balai Kartini pada tanggal 25 – 26 September 2019. Pemenang akan diumumkan pada 26 September 2019.
Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail dalam kesempatan terpisah mengatakan pihaknya juga siap memjembatani pemasaran solusi lokal IoT ini salah satunya ke BUMN.
“Ada berbagai skema program pendampingan yang sedang kami siapkan. Para makers nanti akan memperoleh opsi yang dapat mereka pilih. Kominfo di sini berperan tidak hanya sebagai regulator, namun juga fasilitator,” ujarnya.
Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kementerian Perindustrian, R. Janu Suryanto menambahkan solusi IoT, khususnya bagi industri merupakan solusi yang customized harus bisa menghadirkan efisiensi bagi bisnis atau nilai tambah tertentu yang kebutuhannya bisa berbeda bagi setiap industri, bahkan perusahaan.
Kementerian Perindustrian menilai para penyedia lokal yang siap melayani kebutuhan industri masih jauh dari cukup, sehingga pihaknya menilai program pengembangan ekosistem khususnya SDM lokal menjadi tanggungjawab bersama, termasuk pemerintah. “Tentu saja kami tidak bisa jalan sendirian. Kolaborasi akan membuat proses ini menjadi lebih cepat,” katanya.
Total hadiah dari kompetisi ini lebih dari Rp800 juta yang meliputi program inkubasi BPPT, Lab swasta di Indonesia, pelatihan di luar negeri, dan dibantu pemasaran selama setahun.(sg)