Fitch kerek peringkat Smartfren ke CCC+

JAKARTA (IndoTelko) - Fitch Ratings Indonesia telah menaikkan Peringkat Nasional Jangka Panjang PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) ke 'CCC+(idn)' dari 'CCC(idn)'.

Analis Utama Fitch Salman Alamsyah dalam keterangan (19/9) menyatakan kenaikan peringkat mencerminkan ekspektasi Fitch bahwa Smartfren akan tetap mempertahankan interest coverage di 1,0-1,5x dalam jangka menengah, didukung oleh peningkatan profitabilitas yang kuat.

Namun, profil kredit Smartfren tetap dibatasi oleh arus kas yang masih lemah, yang menyebabkan ketidakmampuan untuk membiayai operasinya tanpa pendanaan eksternal yang bersifat ekuitas.

Peringkat nasional 'CCC' menunjukkan bahwa resiko gagal bayar yang sangat tinggi relatif terhadap emiten atau surat utang lain di Indonesia.

Faktor
Peningkatan Interest Coverage: Fitch mengekspektasikan Smartfren untuk dapat mempertahankan interest coverage, diukur dengan operating EBITDAR/(Beban bunga yang dibayarkan + beban sewa), sekitar 1,0-1,5x dalam 18 bulan kedepan. Ini akan didukung oleh peningkatan jumlah pelanggan, yang akan mendorong profitabilitas yang lebih baik. Interest coverage Smartfren meningkat ke 1,2x pada akhir 2018 dimana EBITDA tumbuh ke Rp975 miliar dan EBITDA margin meningkat ke 17,8% (2017: 14,2%). Perbaikan ini terjadi menyusul beberapa tahun terakhir dimana coverage masih dibawah 1,0x.

Basis pelanggan tumbuh: Fitch memperkirakan jumlah pelanggan Smartfren akan tetap lebih kecil secara signifikan dibandingkan dengan tiga operator terbesar di Indonesia dalam jangka menengah, meskipun pelanggan Smartfren sedang mengalami pertumbuhan.

Produk Smartfren berupa unlimited 4G LTE data starter pack membantu perusahaan untuk meningkatkan jumlah pelanggannya ke 17,8 juta pada akhir Juni 2019. Namun, penambahan pelanggan secara berkelanjutan akan bergantung terhadap kemampuan Smartfren untuk melanjutkan investasinya yang besar untuk memperkuat infrastruktur 4G.

Fitch memproyeksikan pertumbuhan pelanggan dari Smartfren akan melambat menjadi 2 juta per tahun di 2020-2021 yang disebabkan oleh kompetisi yang tinggi di industri dan cakupan jaringan Smartfren yang masih lebih terbatas dibandingkan dengan operator-operator yang lebih besar.  

Penurunan ARPU: Fitch memperkirakan pendapatan rata-rata per pelanggan (ARPU) dari Smartfren akan turun ke Rp30,000 di 2020-2022 karena perusahaan berencana untuk menawarkan produk dibawah Rp50 ribu/bulan untuk mendapatkan pelanggan dari segmen pendapatan menengah-bawah.  

CFO yang positif: Smartfren mencatat arus kas operasi (CFO) yang positif sebesar Rp456 miliar di semester-I 2019, setelah periode yang berkepanjangan menciptakan CFO negatif, termasuk CFO negatif sebesar Rp480 miliar tahun lalu.  

Belanja modal:Fitch memperkirakan Smartfren akan tetap mengalami arus kas bebas yang negatif dalam jangka menengah karena rencananya melanjutkan investasi yang signifikan untuk memperkuat cakupan jaringan 4G LTEnya, sejalan dengan tren industri dimana investasi tetap tinggi.

Base transceiver station (BTS) 4G LTE milik Smartfren bertambah ke 23.472 di semester-I 2019. Fitch mengekspektasikan penghasilan arus kas Smartfren lemah untuk mendanai belanja modal perusahaan yang diproyeksikan sekitar Rp2 triliun- Rp4 triliun di 2019-2022. Walapun belanja modal bersifat fleksibel, pengurangan investasi dapat berdampak terhadap Smartfren menjadi tertinggal lebih jauh dbandingkan dengan kompetitor-kompetitornya yang lebih besar.

Pendanaan eksternal: Peringkat Smartfren tetap dibatasi oleh ketidakmampuan perusahaan untuk mendanai operasionalnya dalam jangka menengah tanpa pendanaan eksternal. Smartfren bergantung terhadap sisa dari fasilitas dengan komitmen dari Niven Holdings Limited yang belum ditarik sebesar US$146 juta dan pendanaan eksternal tanpa komitmen lainnya untuk membayar utang perusahaan yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat yakni Semester II 2019 (US$22,5 juta), 2020 (US$60 juta) dan mendanai total belanja modal yang diproyeksikan sekitar Rp6 triliun dalam dua tahun kedepan.(wn)