YOGYAKARTA (IndoTelko) – LinkAja menggelar Free Fire LinkAja City Series kedua, pada tanggal 28 September 2019 di Gandroeng Coffee, Yogyakarta.
Ini adalah kegiatan kedua, setelah pertama kali diadakan di Jakarta pada 6 Agustus 2019.
Dengan konsep serupa seperti sebelumnya, ajang kumpul komunitas pecinta game Free Fire ini bertujuan untuk merangkul para komunitas pencinta game online sekaligus memperkenalkan kemudahan transaksi nontunai dalam pembelian voucher elektronik di aplikasi LinkAja.
“Hadirnya LinkAja untuk kedua kalinya di pertandingan Game Free Fire di Yogyakarta ini membuktikan keseriusan kami dalam menggarap ekosistem digital di Indonesia pada berbagai komunitas yang ada. Komunitas game online Free Fire yang berjumlah puluhan ribu orang merupakan pasar strategis bagi LinkAja untuk mempermudah akses para gamer dalam pembelian voucher game online melalui aplikasi LinkAja. Harapan ke depannya, kemudahan transaksi nontunai ini dapat diikuti oleh berbagai komunitas pecinta game online lainnya di seluruh Indonesia, sehingga agenda kami dalam mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dapat tercapai,” kata Direktur Pemasaran LinkAja Edward Kilian Suwignyo dalam keterangan kemarin.
Sebanyak 288 tim turut berkompetisi di Jogja, dengan masing-masing tim beranggotakan 4 orang, yang berkompetisi secara online dan menghasilkan 144 tim terpilih yang selanjutnya bertarung secara offline. Setelah sukses diadakan di Jakarta dan Yogyakarta, Bandung akan menjadi tempai selanjutnya bagi rangkaian acara ini.
Selain kompetisi game, terdapat forum group discussion (FGD) dan kopi darat yang menjadi kesempatan bagi para anggota untuk bertukar cerita, serta tips & trik dalam permainan Free Fire.
Asal tahu saja, data Newzoo, Games and Esports Analyticals and Market Research menunjukan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-17 dari 50 negara di seluruh dunia dari segi transaksi industri gaming. Walaupun berada di peringkat ke-17, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar akan pertumbuhan industri gaming, mengingat pertumbuhan industri tersebut yang mencapai 40% pada tahun 2018.
Penetrasi jaringan internet di seluruh Indonesia yang semakin meningkat dengan pesat juga membuat potensi industri ini semakin potensial untuk digarap.(ad)