Operator telekomunikasi telah mengeluarkan laporan keuangannya untuk sembilan bulan pertama tahun 2019.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) berhasil meraih pendapatan sebesar Rp102,6 triliun hingga kuartal III-2019 atau meningkat 3,5% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp99,203 triliun.
Laba bersih yang diraih hingga sembilan bulan pertama 2019 mencapai Rp16,5 triliun atau naik 15,6% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp14,232 triliun.
Penopang kinerja Telkom masih Telkomsel yang berhasil meraih laba bersih sebesar Rp19,2 triliun hingga kuartal III-2019 naik 5% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp18,2 triliun.
Telkomsel berhasil meraih pendapatan sebesar Rp68,3 triliun hingga kuartal III-2019 atau naik 3,9% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp65,7 triliun.
Sementara PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) berhasil meraih pendapatan sebesar Rp18,73 triliun hingga kuartal III-2019 atau naik 11% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp16,94 triliun.
Laba bersih yang dibukukan hingga kuartal III-2019 sebesar Rp498 miliar berbanding terbalik dengan posisi rugi di periode sama tahun lalu Rp145 miliar.
PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo berhasil memangkas kerugian yang dideritanya hingga kuartal III-2019.
Indosat hanya menderita kerugian sebesar Rp284,6 miliar sepanjang sembilan bulan pertama 2019 menurun dibandingkan periode sama tahun lalu Rp1.539 triliun.
Total pendapatan pada 9 Bulan 2019 mencapai Rp18,9 triliun, atau bertumbuh sebesar 12,4% dibanding 9 Bulan 2018 sebesar Rp16,769,8 triliun.
Indosat Ooredoo membukukan pendapatan selular yang sangat kuat yaitu sebesar Rp15,1 triliun atau tumbuh sebesar 14,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp13,1 triliun.
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) juga berhasil memangkas kerugian hingga kuartal III-2019.
Operator yang identik dengan warna merah ini hanya menderita kerugian sebesar Rp1,63 triliun hingga sembilan bulan pertama 2019 turun dibandingkan periode sama tahun lalu Rp2,5 triliun.
Smartfren sepanjang sembilan bulan pertama 2019 berhasil meraih pendapatan Rp4,97 triliun naik dibandingkan periode sama tahun lalu Rp3,94 triliun.
Kembali Berdering
Kinclongnya kinerja operator menunjukkan kembali berdering kencangnya bisnis Halo-halo pasca tsunami registrasi prabayar berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Kartu Keluarga (KK) sejak tahun lalu.
Sebelumnya, studi Moody’s Investor Service memperkirakan bisnis seluler di Indonesia akan tumbuh 5%-6% di tahun 2019 – 2020.
Bisnis seluler dianggap mulai pulih juga ditunjukkan dengan kembali agresifnya operator mengembangkan jaringan 4G dan persaingan harga layanan data yang masih marak.
Namun, sinyal menguatnya kinerja dari operator bisa saja kembali melemah jika penerapan peraturan baru tentang pendaftaran identifikasi International Mobile Equipment Identity (IMEI) ponsel dijalankan di tahun 2020.
Pemerintah harus bisa membaca situasi ini dengan cermat karena sektor telekomunikasi adalah salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi.
Jika memaksakan penerapan validasi IMEI ponsel tanpa melihat kondisi di pasar, bisa saja aturan ini menjadi disinsentif di tengah situasi makro ekonomi yang tak menentu di tahun 2020.
@IndoTelko