Hadapi COVID-19, AP 2 lakukan 3 fase Business Continuity Management

Proses pemeriksaan di bandara (dok)

JAKARTA (IndoTelko) - Dalam menghadapi pandemi COVID-19, PT Angkasa Pura II melakukan berbagai cara untuk membatasi ruang gerak Corona di lingkungan kerjanya.

AP II menjalankan berbagai protokol guna memastikan kesehatan personel di tengah pandemi gobal COVID-19.  Salah satunya dengan menjalani Business Survival.  dengan memprioritaskan Perlindungan Tenaga Kerja Lewat Trace & Tracking Management System dan Dashboard Real Time.

Angkasa Pura II menetapkan strategi mitigasi resiko dalam menghadapi COVID-19 yakni Business Continuity Management, yang terdiri dari 3 fase: Business Survival, Business Recovery dan Business Sustainability.

Dikatakan President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, fase yang tengah dijalankan perseroan saat ini adalah Business Survival yang didalamnya memiliki program Perlindungan Tenaga Kerja (Workforce Protection) dari COVID-19.

“Salah satu prioritas PT Angkasa Pura II saat ini adalah Workforce Protection, agar kami mampu menjalani fase Business Survival sehingga survive dalam menghadapi tantangan COVID-19. Setelah survive, maka PT Angkasa Pura II akan menuju ke Business Recovery dan kemudian masuk ke tahapan Business Sustainability,” ujarnya.

Dijelaskannya, program Workforce Protection juga bertujuan untuk menghadirkan operasional bandara yang nyaman dan sehat serta melindungi kesehatan seluruh pekerja, traveler, dan pengunjung bandara.

Awal menambahkan, operasional bandara sendiri sangat erat terkait dengan keberadaan personel operasional yang turun langsung memastikan bekerjanya bandara.

Ada dua kategori personel operasional yang berada di bawah operator bandara. Pertama, personel wajib (mandatory operation) untuk mendukung aspek keamanan dan keselamatan. Kedua, personel yang bertugas menjaga aspek pelayanan dan pendukung operasi bandara (non mandatory operation).

Selanjutnya, personel yang termasuk dalam kategori operasi mandatory adalah personel Aviation Security (Avsec), lalu Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) dan Apron Movement Control (AMC). Operator bandara tidak dapat mengoperasikan bandara jika tidak terdapat personel operasi mandatory yang mencukupi.

Sedangkan personel yang bertugas menjaga aspek pelayanan antara lain Customer Service; Terminal Inspection Service (TIS); Electrical, Mechanical & Engineering dan lain sebagainya.

Ditambahkan Awal, jumlah personel operasional di 19 bandara di bawah naungan AP II mencapai sekitar 3.500 orang atau sekitar 60% dari total karyawan organik PT Angkasa Pura II yang berjumlah 5.900 orang.  Sejumlah protokol sudah dijalankan dalam rangka program Workforce Protection.

“Kami berupaya untuk tetap membuat bandara sebagai tempat yang nyaman, aman dan sehat serta melindungi kesehatan pekerja, traveler dan pengunjung bandara. Oleh karena itu, PT Angkasa Pura II sudah menjalankan berbagai protokol di tengah penyebaran COVID-19,” jelasnya.

Protokol pencegahan sudah dijalankan perseroan antara lain melakukan penyesuaian pola dan jam operasional bandara sehingga personel operasional dapat menerapkan konsep kerja dari rumah (work from home/WFH).

Protokol Kewaspadaan
Selain itu, AP II juga memiliki protokol kewaspadaan dan pengendalian COVID-19, yaitu Tracing & Tracking Management System berbasis teknologi informasi dan merupakan salah satu fitur di dalam aplikasi internal PT Angkasa Pura II yakni iPerform.

“Tracing & Tracking Management System sebagai bentuk antisipatif, kewaspadaan dan pengendalian perseroan di tengah pandemi COVID-19 supaya bandara-bandara dapat tetap beroperasi melayani akses transportasi udara nasional,” ujar Muhammad Awaluddin.

Dijelaskan Awal, Tracing Management system dilakukan untuk melakukan identifikasi dan pelacakan personil yang memiliki gejala terinfeksi COVID-19, lalu melakukan proses rapid test sebagai deteksi dini, kemudian melakukan penanganan lanjutan setelah dilakukan rapid test.

Menurutnya, rapid test ini secara berkelanjutan dilakukan di bandara-bandara AP II, dan hingga saat ini sudah dilakukan di Soekarno-Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta) dan Husein Sastranegara (Bandung).

Awal menambahkan, Tracking Management System dilakukan untuk memantau apabila terdapat karyawan atau keluarga karyawan yang tengah menjalani isolasi/karantina mandiri, atau perawatan oleh rumah sakit melalui mekanisme self reporting (pelaporan mandiri) oleh karyawan.

Tracking Management System sendiri menerapkan konsep self reporting atau laporan mandiri yang dilakukan personel karyawan secara berkala. Misalnya apabila terdapat personel dengan status ODP atau PDP maka yang bersangkutan akan melapor melalui aplikasi iPerform mengenai mengenai kondisi kesehatan setiap harinya.

Dijelaskannya, hasil dari proses Tracing dan Tracking System Management tersebut selalu di-update secara real time di Dashboard COVID-19 yang khusus kami gunakan untuk memantau status atau kondisi terkini karyawan PT Angkasa Pura II saat pandemi masih terjadi.

“Tracing dan Tracking Management System dan Dashboard COVID-19 ini sangat membantu PT Angkasa Pura II untuk menghadirkan operasional bandara yang sehat, nyaman dan aman saat ini dan seterusnya,” jtambah Awal. (sg)