Akhir kisah satelit Nusantara Dua

Kamis 9 April 2020 jam 18.46 WIB menjadi salah satu catatan kelam dalam sejarah peluncuran satelit milik Indonesia.

Pada hari itu Satelit Nusantara Dua (Palapa N1) gagal meluncur dengan sempurna menuju slot orbit 113° Bujur Timur dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang (XSLC) di Provinsi Sichuan, Tiongkok.

Satelit ini rencananya akan dioperasikan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS). PSNS merupakan perusahaan patungan dari PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), Indosat Ooredoo, dan PT Pintar Nusantara Sejahtera (Pintar) yang dibentuk pada 15 Mei 2017.

Sebagai pemilik slot orbit 113° Bujur Timur, Indosat memiliki 35% total saham di perusahaan patungan itu.

Sementara PT Pintar mengambil bagian 10.725 lembar saham yang mewakili 55% dari total saham. Sedangkan PSN hanya menguasai 10% saham di perusahaan patungan itu.

Adapun struktur pemodalan perusahaan patungan ini dibekali modal dasar sekitar Rp 10,405 miliar, modal ditempatkan Rp 2,601 miliar, dan modal disetor Rp2,601 miliar.

Nusantara Dua menelan investasi sekitar US$ 220 juta dan rencananya melanjutkan tugas dari satelit Palapa-D milik Indosat di 113 Bujur Timur (BT) yang akan purna tugas pada Juni 2020.

China Great Wall Industry Corporation (CGWIC) dipercaya sebagai manufaktur untuk Nusantara Dua yang bernaung di bawah China Aerospace Science and Technology Corp.

Palapa-N1 dibangun sesuai platform satelit komunikasi Dongfanghong-4 yang dikembangkan oleh China Academy of Space Technology. Roket Long March-3B yang dikembangkan oleh China Academy Launch Vehicle Technology menjadi launcher.

Bagi Indosat, roket Long March 3B tidaklah asing. Roket ini juga yang membawa satelit Palapa D ke slot orbitnya pada 2009. Biaya sekali peluncuran roket Long March 3B/E  disebut-sebut lebih dari US$70 juta.

Di 2009, roket Long March-3B berhasil di tahap pertama dan kedua, tapi pada tahap ketiga terjadi kegagalan. Untunglah saat itu manufaktur dari Palapa D, ThalesAlenia Space, mampu menangkap satelit dan berhasil menarik Palapa D ke orbitnya. Konsekuensinya, usia satelit Palapa D lebih pendek dari normalnya 15 tahun untuk sebuah satelit.

Kronologis
Sepertinya nasib Nusantara Dua berbeda dengan Palapa D pada Kamis (9/4) lalu. Pada hari apes itu, setelah proses lift off yang berjalan dengan baik, terjadi anomali ketika memasuki tahap pelepasan roket tingkat tiga, sehingga satelit tidak bisa mencapai orbit yang ditetapkan.

Bedanya dengan peristiwa pada 2009, kali ini kargo alias Nusantara Dua ikut jatuh ke laut sehingga tak bisa terselamatkan sama sekali.

Ini akhirnya menjadi sejarah hitam juga bagi roket Long March 3B dan 3B/E dimana hingga April 2020, telah sukses melaksanakan 63 peluncuran, ditambah dua kegagalan dan dua kegagalan parsial. Pihak otoritas antariksa Tiongkok menyebut tingkat keberhasilan yang diraih dari roket Long March 3B mencapai 94%.

Kontijensi
Secara finansial, Nusantara Dua telah dilindungi oleh asuransi yang sepenuhnya memberikan perlindungan atas risiko peluncuran dan operasional satelit.

Namun, secara bisnis tentu ini merugikan bagi Indosat dan PSN. Hal yang pasti rugi dari sisi waktu dimana dibutuhkan dua tahun untuk membuat satelit baru.

"Kerugian" lainnya, Indosat harus mencari satelit "pengganti" agar tetap bisa memberikan layanan bagi pengguna Palapa D yang akan purna tugas. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 23 lembaga penyiaran televisi dan 8 stasiun radio terancam terganggu, karena satelit Nusantara Dua gagal orbit.

Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengaku siap memfasilitasi Indosat untuk mencari satelit "Pengganti" dengan menghubungi Kementrian Badan Usaha Negara (BUMN) agar satelit yang dikelola oleh perusahaan pelat merah yakni Telkom dan BRI bisa digunakan.

Selain itu, Kominfo juga tengah menunggu laporan dari operator satelit Nusantara Dua tentang peristiwa gagal luncur tersebut sebagai bahan ke International Telecommunication Union (ITU) agar bisa menyelematkan slot orbit dan filling-nya yang terdaftar atas nama Pemerintah Indonesia.

Sejumlah Pekerjaan Rumah yang menumpuk bagi semuanya. Memang benar pameo yang selama ini berlaku, Space is risky business.

@IndoTelko