JAKARTA (IndoTelko) - Pandemi Covid-19 memberi pukulan keras bagi sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang menyumbangkan 60% bagi (Produk Domestik Bruto) PDB Indonesia.
Hanya dalam waktu kurang dari dua bulan saja, satu per satu UMKM tumbang. Mereka kehilangan pasar akibat melemahnya daya beli masyarakat. Belum lagi menurunnya aktivitas ekonomi saat pembatasan sosial berskala besar di sejumlah daerah, yang akhirnya membuat mereka kehilangan akses terhadap pelanggannya. Di samping itu tidak sedikit pula UMKM yang menghadapi masalah keterbatasan akses terhadap bahan baku.
Tidak mengherankan maka, jika kita perhatikan banyak di antara UMKM yang melakukan perubahan strategi untuk bisa bertahan. Mulai dari mengubah cara jual menyesuaikan perilaku konsumen, inovasi produk dan layanan, hingga membuat usaha baru yang dianggap lebih relevan dengan kondisi dan permintaan pasar. Namun perlu diingat, tidak sedikit juga yang akhirnya tidak mampu menutup biaya operasional dan memutuskan untuk menutup sementara usaha mereka hingga kondisi membaik.
Alan, pemilik usaha susu segar aneka rasa dan kopi susu dengan brand Kedai Sohee mengaku usahanya mengalami penurunan volume penjualan hingga 75% sejak masa pandemi. Kedainya yang berada dalam area kampus di bilangan Ciputat, Tangerang Selatan juga terpaksa harus tutup selama PSBB. Alan yang juga bekerja sebagai kru di sebuah PH saat ini hanya dapat berharap pada usaha yang tadinya adalah sumber penghasilan sampingan ini. “Karena sejak PSBB kan tidak ada aktivitas syuting, jadi saya hanya bisa mengandalkan usaha kecil ini untuk nafkah keluarga,” katanya.
Alan pun mengambil langkah dengan menjual produk lain yang lebih cepat laku dan minim resiko basi, yaitu dimsum frozen dan ayam potong.
Ariesta pemilik Kenyaang Seafood yang berada di wilayah Kebagusan Jakarta Selatan juga mengalami hal yang nyaris serupa. Ia mengalami penurunan penjualan sebanyak 65%. Akhirnya ia memutuskan memodifikasi produk, tak hanya terbatas pada seafood, tapi juga makanan beku siap santap. Kini ia dihadapkan dengan permasalahan bagaimana memasarkan produknya.
Perlu diketahui, hingga saat ini saja, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop) mencatat, terdapat 1.785 koperasi dan 16.313 UKM yang terdampak pandemi Covid-19. Jumlah ini masih bisa bertambah lagi mengingat tidak ada yang tahu kapan kondisi ini akan membaik. Meski banyak studi yang berupaya memprediksi seakurat mungkin menghitung kapan akhir masa pandemik, namun nyatanya data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan kurva penyebaran di Indonesia belum ada tanda-tanda penurunan.
Untuk memberikan perlindungan dan pemulihan ekonomi bagi UMKM, Pemerintah Indonesia pun telah menyiapkan beberapa skema yang di dalamnya juga meliputi program khusus bagi usaha mikro dan ultra mikro yang selama ini tak terjangkau oleh lembaga keuangan maupun perbankan.
“Dukungan dan stimulus yang diberikan untuk UMKM dari Pemerintah juga cukup banyak, namun mengingat cakupan Pemerintah sangatlah luas, belum lagi sistem dan birokrasi berlapis yang tentu saja membutuhkan waktu, membuat stimulus ini masih belum dapat dirasakan secara merata. Sementara, usahawan yang existing sudah sangat membutuhkan bantuan, ditambah lagi usahawan baru, yaitu mantan karyawan yang terkena PHK atau yang dirumahkan. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah baru juga bagi kita semua,” tutur co-founder dan CMO Qasir Rachmat Anggara.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memilih untuk membeli produk lokal dan berbelanja di warung tradisional. Namun masalahnya, banyak konsumen yang kesulitan untuk mengetahui UMKM apa saja yang sebenarnya ada di sekitar mereka, sebab UMKM dan warung tradisional rumahan belum memanfaatkan platform digital secara maksimal. Akhirnya, konsumen kembali berbelanja di toko modern dan memesan produk impor dari toko online maupun eCommerce.
Kondisi ini akhirnya melahirkan gerakan-gerakan untuk memberi dukungan nyata pada para pelaku ekonomi yang memiliki daya serap tenaga kerja lebih dari 90% ini.
Salah satunya #JagaUMKM, sebuah inisiatif kolektif karyawan-karyawan di Qasir.
Sederhananya, webiste JagaUMKM.com ini adalah wadah tempat bertemunya usaha kecil dengan calon pembelinya. Di platform ini, calon pembeli bisa langsung mencari produk atau jasa yang dibutuhkan berdasarkan cakupan area tempat tinggalnya. Calon pembeli juga dapat melakukan pemesanan dengan menghubungi langsung ke nomor telepon yang tercantum, ataupun secara online melalui link yang ada dalam detail usaha.
Di #JagaUMKM, usahawan dari segala tipe usaha bisa mendaftarkan brand/produk mereka di platform ini. Saat ini yang terbanyak adalah usaha makanan dan minuman, sebanyak lebih dari 1.200 usaha. Di urutan ke-2 dengan lebih dari 350 usaha terdaftar adalah usaha jasa. Di urutan ke-3 dan ke-4 ada usaha retail dengan lebih dari 230 usaha terdaftar dan fashion dengan lebih dari 200 usaha terdaftar. Sementara itu, di urutan ke-5 adalah toko elektronik dengan lebih dari 120 usaha terdaftar. Total saat ini sudah ada lebih dari 2.500 UMKM terdaftar di #JagaUMKM. Tak hanya dari Jabodetabek, namun berbagai daerah di Indonesia.
Meski saat ini pembeli baru bisa memesan dengan menghubungi penjual, rencananya #JagaUMKM juga bisa berfungsi untuk melakukan pemesanan langsung. Jika Anda juga usahawan, saat ini Anda bisa memanfaatkan #JagaUMKM dengan cara mendaftarkan usaha dengan memasukkan info seperti nama brand, jenis produk, alamat, nomer kontak, info dan foto produk, rentang harga, dan lain-lain. Tidak harus jadi merchant Qasir, siapa pun bisa ikut mendaftar, apa pun jenis usahanya, sekecil apa pun usahanya. Semakin banyak UMKM yang mendaftar, diharapkan lebih banyak juga calon konsumen yang dapat mengakses produk/jasa yang dijual.
“Kami berharap JagaUMKM.com menjadi solusi untuk para usahawan existing maupun usahawan baru untuk lebih berkembang. Karena penggunaannya sangat mudah, kami harap siapa pun bisa ikut memanfaatkan dan merasakan manfaat dari platform ini. Pada akhirnya kita berharap UMKM dapat lebih kuat melalui pandemi ini,” kata Rachmat Anggara.(ak)