Melawan ancaman phishing pasca Lockdown

JAKARTA (IndoTelko) - Pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berakhir, sementara kewajiban untuk tetap berada di rumah secara bertahap berakhir. 

Mulai bulan ini, banyak negara di Asia Tenggara secara bertahap  mengurangi berbagai bentuk penguncian mereka. 

Beberapa perusahaan siap untuk membuka bisnis mereka dengan rencana kesinambungan yang dirancang dengan baik, namun sepertinya hanya sedikit persentasi seperti itu bagi sektor UKM. Dengan kembali berlangsungnya aktivitas setelah pembatasan fisik, UKM menghadapi berbagai tantangan termasuk ancaman keamanan siber.

Seperti pada statistik terbaru dari Kaspersky, Anti-Phishing System perusahaan keamanan siber global mencegah 834.993 upaya phishing terhadap perusahaan dengan 50-250 karyawan dalam tiga bulan pertama tahun 2020. 

Ini adalah peningkatan 56% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu hanya dengan lebih dari 500 ribu upaya penipuan diblokir. Dalam hal statistik per negara, keenam negara di Asia Tenggara mengalami peningkatan dalam jumlah email palsu yang diblokir oleh Kaspersky pada Q1 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

“Tidak dapat dipungkiri dan sepenuhnya dapat dipahami bahwa pemulihan ekonomi dan kesehatan karyawan sangat penting bagi bisnis pasca kewajiban lockdown. Namun, penting untuk tidak mengabaikan keamanan siber karena UKM bersiap untuk kembali ke bisnis seperti biasa. Pada abad ke-21, serangan phishing sejauh ini merupakan salah satu bentuk kejahatan siber yang paling populer, yang bahkan terus meningkat dalam kualitas dan kuantitasnya setiap hari. Bahayanya dapat berupa virus sederhana yang mampu dipindai dengan cepat hingga mengakibatkan pencurian jutaan dolar, seperti kasus Bank Central Bangladesh pada tahun 2016, yang di prediksi disebabkan oleh email phising yang ditargetkan,” kata  General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky Yeo Siang Tiong.

Ada beberapa tanda umum di antara email phishing yang harus diwaspadai oleh pengguna, seperti lampiran atau tautan yang mencurigakan, tata bahasa yang buruk, kesalahan pengejaan, gambar tidak profesional, urgensi yang tidak perlu untuk memverifikasi alamat email Anda atau informasi pribadi lainnya yang ditanyakan secara segera.

Pelaku kejahatan siber juga mendukung apa pun yang terkait dengan COVID-19! Maka untuk melindungi organisasi dari serangan phishing, UKM harus memperhatikan dalam keamanan sistem email dan titik akhir serta memberdayakan karyawan mereka tentang kebiasaan online dasar namun sangat penting.(wn)