Kanal Narasi.TV pada 28 Oktober 2020 mengunggah video yang membuat geger media sosial.
Video berjudul "62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah" itu menyajikan hasil investigasi berbasis Big Data diperkuat Machine Learning menggunakan Tensorflow untuk mencari pelaku-pelaku yang diduga kuat pelaku pembakaran Halte
TransJakarta saat demonstrasi menolak UU Omnibus Law pada 8 Oktober 2020.
Tim Buka Mata Narasi.TV berhasil menggabungkan video dari sumber terbuka seperti rekaman CCTV dan media sosial diantaranya Twitter serta TikTok untuk merangkai kembali secara rinci, menit demi menit pembakaran Halte TransJakarta Sarinah pada 8 Oktober 2020.
Hasil analisis Tim Narasi.TV menemukan bahwa para pelaku memang datang untuk membakar Halte TransJakarta dan memperburuk situasi aksi demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja.
Dalam video tersebut disajikan menit demi menit dimana para terduga pelaku mula-mula datang dari arah Jalan Sunda secara berkelompok saat aksi mulai panas di perempatan Sarinah. Mereka sempat berfoto-foto dan melakukan pengamatan. Secara terencana, para pelaku kemudian berpencar untuk membakar Halte TransJakarta.
Saat mahasiswa terlibat bentrokan dengan Polisi di perempatan Sarinah, para pelaku sibuk melakukan pengrusakan halte. Mereka lantas memanfaatkan momen itu untuk melakukan pengrusakan lebih masif dengan sengaja menyulut api di dalam halte.
Hanya butuh waktu satu jam bagi para pelaku untuk menyulut api dan membuat bara di Jalan MH Thamrin. Dan para pelaku bukan bagian dari mahasiswa atau buruh yang menjadi motor penggerak aksi demonstrasi penolakan Undang-Undang Cipta Kerja yang baru disetujui DPR dan Pemerintah dalam rapat paripurna pada 5 Oktober 2020.
Berkat Teknologi
Jika dilihat yang dilakukan oleh Tim Narasi.TV seperti mengingatkan kita kepada film seri CSI: Crime Scene Investigation yang fenomenal di TV berlangganan.
Dalam seri CSI, mampu disajikan penyelidikan yang lebih berbasis kepada ilmu pengetahuan untuk mencari fakta dan data dari sebuah kejahatan untuk menemukan pelaku utama.
Kembali kepada hal yang dilakukan Narasi.TV, secara teknologi Tim Buka Mata Narasi berhasil menyajikan sebuah fakta dan data yang layak diuji kebenarannya.
Secara forensik dengan memanfaatkan data dari sumber publik seperti media sosial dan rekaman CCTV, hal yang dilakukan oleh Tim investigasi ini sudah hal yang luar biasa. Secara jurnalistik, kaidah dan etika juga telah dilakukan dengan berusaha mengkonfirmasi hasil temuan ke pihak aparat penegak hukum. Sehingga, keberanian Tim Buka Mata Narasi.TV untuk menampilkan foto-foto para terduga pelaku dalam videonya tentu dapat dipertanggungjawabkan.
Sayang sekali, Tim Buka Mata Narasi tidak memiliki kekuatan hukum untuk mengakses data administrasi publik milik Direktorat Jenderal (Ditjen) Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil). Jika akses ini mereka miliki, dengan menggunakan machine learning tentu berbasis data KTP elektronik bisa ditemukan nama-nama dari para terduga pelaku.
Namun, sepertinya tugas menemukan para pelaku sekarang tentu ada di tangan kepolisian. Kita harapkan pihak kepolisian mau meneruskan temuan dari Tim Buka Mata Narasi dengan menemukan nama-nama pelaku untuk dilanjutkan dengan penyelidikan mendalam, seperti soal motif dan lainnya.
Melihat foto-foto pelaku versi Tim Narasi.TV, bisa dipastikan para pelaku memiliki salah satu kartu identitas yang umum dimiliki penduduk seperti KTP elektronik atau Surat Izin Mengemudi.
Tentu ini pekerjaan mudah bagi pihak kepolisian karena hukum memang mengijinkan mereka untuk melakukan penelusuran mendalam dan seperangkat alat canggih juga dimiliki.
Pelajaran berharga dalam kasus ini adalah "Justice maybe blind, but it can see in the dark". Di era teknologi makin maju, pelaku kejahatan boleh saja lari dari kebenaran, tetapi suatu saat kebenaran hakiki itu akan muncul dan tak bisa ditolak.
@IndoTelko