PARIS (IndoTelko) — The International Telecommunication Union (ITU) dikabarkan menolak proposal dari pemerintah Indonesia yang meminta perpanjangan waktu peluncuran Satelit Indonesia Raya (Satria).
Dikutip dari SpaceIntel Report (16/10), proposal pemerintah Indonesia yang meminta perpanjangan 14 bulan untuk dari jadwal regulasi ditolak ITU.
Pemerintah Indonesia dianggap tak memberikan bukti yang menyakinkan perihal Covid-19 sebagai pemicu dari penundaan peluncuran.
Pemerintah Indonesia diminta untuk memberikan dokumen pendukung susulan atau bisa berhadapan dengan penolakan dari ITU.
Tadinya dalam rencana satelit multifungsi Satelit Republik Indonesia atau Satria akan diluncurkan ke slot orbit pada tahun 2022. Tahapan satelit itu sudah mulai dibangun yang dikerjakan sejak akhir 2019 lalu. Adanya kabar Indonesia meminta mundur jadwal menjadi 14 bulan menjadikan Satria diluncurkan pada 2023.
Satria ini dibangun oleh PT. Satelit Nusantara 3 dengan pembiayaan sebesar Rp6,4 triliun dan menempati slot orbit 146 bujur timur.
Proyek satelit SATRIA dikerjakan dalam skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Kementerian Kominfo bertindak selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).
Pabrikan Proyek KPBU SATRIA adalah Thales Alenia Space (TAS) yang bermarkas di Perancis. Sedangkan peluncuran akan dilakukan dengan menggunakan roket Falcon 9-5500 yang diproduksi oleh Space-X, perusahaan asal Amerika Serikat. TAS merupakan perusahaan pembuat satelit ternama yang ditunjuk oleh SNT sebagai kontraktor pembuat satelit untuk proyek SATRIA.
Skema pendanaan proyek tertuang dalam sindikasi pembiayaan yang didukung dengan tersedianya equity portion.
Capital expenditure untuk space segment proyek ini bernilai sekitar US$550 juta, dimana 20% nilai tersebut akan dibiayai dengan equity oleh satellite project sponsor. Sedangkan sisanya didanai melalui sindikasi pembiayaan internasional.(ak)