JAKARTA (IndoTelko) – Makin meningkatnya penggunaan cloud di kalangan masyarakat dan industri Tanah Air mendominasi teknologi jaringan dalam satu dekade terakhir. Hal ini telah mentransformasi dunia IT, dari era mobility ke era cloud dan membawa kita ke fase berikutnya yakni pengadopsian Intelligent Edge tahun ini.
Saat pandemi melanda dan dampaknya dirasakan, kemampuan Intelligent Edge dibutuhkan agar perusahaan dari berbagai industri dapat memberlakukan sistem bekerja jarak jauh sepenuhnya.
Intelligent Edge memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mendukung agar para karyawan dapat kembali ke tempat kerja secara aman, dan perusahaan pun dapat menjalankan berbagai inisiatif business continuity.
Hasil riset Gartner memprediksikan bahwa pada tahun 2025, tiga perempat data yang berasal dari perusahaan akan tercipta dan diproses di edge – di mana saja orang dan perangkat terhubung ke Internet – atau di luar data center tradisional atau cloud. Tenaga kerja yang semakin tersebar, bekerja dari mana saja, sebagai akibat dari pandemi COVID-19, telah mengakselerasi desentralisasi jaringan bisnis, mengubah workflow dan proses bisnis, di mana 70% pemimpin IT di Asia Pasifik telah menggunakan teknologi Edge secara aktif untuk menghadirkan hasil-hasil bisnis yang baru pada 2020 dan sebanyak 6% lagi berencana melakukannya pada tahun ini.
Menurut Country Manager Indonesia Aruba, Perusahaan Hewlett-Packard Robert Suryakusuma, regulasi terbaru pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi peningkatan penularan COVID-19 adalah hanya mengizinkan 25% pekerja di 75 kabupaten/kota bekerja di kantor, sementara 75% lainnya harus bekerja dari rumah.
“Intelligent Edge akan menjadi fokus utama perusahaan-perusahaan di Indonesia yang ingin mengelola infrastruktur IT mereka supaya dapat mendukung aktivitas bekerja dari rumah, kembali ke kantor dengan aman, dan mendukung berbagai inisiatif agar bisnis tetap berjalan (business continuity),” tambahnya.
Aruba memprediksi akan ada 4 tren yang terjadi tahun ini, sehingga membuat pengadopsian Intelligent Edge menjadi kian penting.
Sistem kerja ‘hybrid’ terus berlanjut
Pandemi membuat kita mulai terbiasa bekerja di luar kantor dan hanya sesekali saja bekerja di kantor. Ini mengakibatkan perubahan besar terhadap ruang kerja di kantor, budaya perusahaan, konektivitas, dan jaringan.
Berawal dari sementara untuk menghindari penularan virus, justru telah berubah menjadi sebuah sistem kerja hybrid, di mana para pekerja bisa bekerja di rumah, kantor, atau di tempat lain di mana ada koneksi yang aman dan dapat diandalkan.
Para pengelola perusahaan, CEO maupun dewan direksi makin menyadari pentingnya IT bagi bisnis, termasuk tentang seberapa cepat perubahan bisa diimplementasikan dalam situasi yang penuh tekanan.
Mereka menyadari bahwa jaringan, keamanan dan keseluruhan program IT haruslah fleksibel dan dinamis. Sehingga IT mampu mendorong transformasi digital, bahkan dapat mengakselerasi transisi yang direncanakan, diperkuat oleh kemampuan tenaga kerja yang mampu beradaptasi dengan ‘kenormalan baru’ (new normal).
Masalah Keamanan Harus Dipandang Secara Dinamis
Makin matangnya cloud dan tumbuhnya jaringan edge dengan berbagai jenis endpoint yang dipercepat pula oleh ledakan IoT, cara pandang mengenai keamanan dan implementasinya menjadi bagian penting dalam arsitektur jaringan, bukan sekadar komponen yang terpasang dalam lingkungan IT enterprise.
Trend ini membuat para pemimpin IT makin serius dalam pendekatan connected security. Ketika melihat prinsip-prinsip desain jaringan di masa lalu, para ahli keamanan pada dasarnya memulai dengan sebuah policy kemudian merancang topologi jaringan untuk memenuhi policy tersebut. Artinya, topologi dan policy adalah dua hal yang terkait sangat erat. Dinamika ini sedang berubah secara drastis. Solusi jaringan telah berevolusi dengan menawarkan pemisahan yang signifikan, di mana policy diprogram kapan dan di mana pun dibutuhkan.
Dengan implementasi 5G, arsitektur jaringan harus menghadapi workload multi-access edge compute (MEC) - baik private maupun public - yang lebih membutuhkan pendekatan dinamis terhadap security policy yang berkembang melampaui user-centric workflow yang dioptimalkan untuk Zero Trust.
Pengguna adalah ‘Raja’
Kepuasan pengguna juga menjadi tolok ukur yang penting. Dari sudut pandang pemimpin IT, kepuasan pengguna itu terkait dengan produktivitas pekerja dan pada akhirnya akan memengaruhi profitabilitas bisnis.
Tim jaringan dan keamanan sekarang fokus pada pengalaman dinamis yang diinginkan dan diharapkan oleh pengguna melalui layanan dan aplikasi yang mereka pilih. Pengalaman ini juga menentukan produktivitas. Dengan menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat, para pemimpin IT dapat memfasilitasi lingkungan TI yang semakin dinamis ini dengan lebih baik.
Para pemimpin IT menginginkan insight di luar jaringan, yaitu yang berkaitan dengan ketersediaan dan kinerja aplikasi. Kedua hal inilah yang menjadi perhatian pengguna dan pemimpin bisnis. Mereka tidak begitu tertarik dengan performa aspek esoterik di dalam jaringan. Mereka lebih khawatir bila pengguna kecewa karena jaringannya bermasalah saat menggunakan aplikasi video conference Zoom.
Automasi di Operasional Jaringan
Terkait dengan kebutuhan dan pengalaman pengguna adalah automasi jaringan yang kian matang. Tetapi progress automasi tidak sama di seluruh paradigma jaringan. Di data center, yang merupakan lingkungan yang lebih terkontrol jika dibandingkan dengan WAN atau LAN, pengadopsian automasi lebih mendalam. Perubahan di data center sebagian besar dipengaruhi oleh struktur hierarki alami sehingga lebih mudah dipahami dan dikelola melalui skrip automasi.
Adapun Edge (baik LAN dan WAN), di sisi lain, adalah lingkungan yang lebih chaotic sebab perubahannya dipicu oleh berbagai faktor yang tak bisa dikontrol sepenuhnya oleh IT. Faktor-faktor itu antara lain pola perilaku manusia dan perangkat mereka, yang berubah secara konstan. Ada kebutuhan untuk memanfaatkan AI dan machine learning untuk mendeteksi perubahan segera setelah terjadi, serta merespons perubahan secara terus menerus sesingkat apapun.
Kematangan solusi yang memiliki komponen pembelajaran automasi ini di Edge akan meningkat secara signifikan pada 2021. Juga akan ada kemajuan yang signifikan dalam menggabungkan komponen ini dengan API dan alat automasi lainnya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan efisiensi dan insight yang diinginkan oleh para pemimpin IT. (sg)