JAKARTA (IndoTelko) - Riset Neurosensum yang mengambil studi khusus pada penggunaan e-wallet sebagai media transaksi, menempatkan ShopeePay memuncaki dompet digital di Tanah Air.
Survey dilakukan terhadap 1.000 responden pengguna aktif e-commerce berusia produktif (19-45 tahun) secara serentak di 8 kota besar di Indonesia, yaitu kawasan Jabodetabek, kota-kota besar di pulau Jawa, serta kota besar lainnya di Indonesia, selama 3 bulan terakhir (November 2020 – Januari 2021).
Neurosensum sendiri merupakan perusahaan riset yang mengandalkan neuroscience dan AI dengan tujuan untuk memahami respons bawah sadar konsumen dengan inovasi berbasis teknologi mutakhir yang cerdas dan intuitif seperti EEG, Virtual Reality, Eye Tracking, aplikasi Reaction Time, Facial Coding, dan masih banyak lagi.
Managing Director, Neurosensum Indonesia Mahesh Agarwal dalam sambutannya mengatakan, sebagai perusahaan riset konsumen berbasis neuroscience dan AI, analisa menyeluruh dan terpadu berskala nasional merupakan salah satu kunci pembelajaran yang berkesinambungan dan bernilai lebih.
"Kami berkomitmen untuk menghadirkan data bermakna dalam memperdalam studi akan perilaku konsumen. Hasil data riset tersebut bermanfaat untuk kemudian ditelaah dan dipelajari lebih lanjut demi menyempurnakan pengetahuan dalam mengambil langkah merencanakan strategi pemasaran dan bisnis di dalam peta industri yang lebih luas. Terutama ketika pengguna e-wallet sudah mengungguli perbankan, sehingga e-wallet bukanlah sesuatu yang asing lagi,” jelasnya.
Hasil survei ke partisipan riset Neurosensum, tercatat bahwa ShopeePay mendapatkan penetrasi pasar tertinggi (68%), diikuti oleh OVO (62%), DANA (54%), GoPay (53%), dan LinkAja (23%). Salah satunya didapatkan melalui jajaran promosi terbanyak yang ditawarkan oleh ShopeePay menurut responden (42%), OVO (25%), GoPay (16%), DANA (13%), LinkAja (4%). Sehingga lebih dari sepertiga responden (34%) pun menganggap bahwa ShopeePay adalah pemain dompet digital dengan pertumbuhan terpesat selama 3 bulan terakhir, diikuti oleh OVO (25%), DANA (20%), GoPay (17%), dan LinkAja (4%).
Peran pemasaran cerdas dan terpadu, kemudahan bertransaksi digital, dan akselerasi penggunaan dompet digital untuk pembayaran non-fisik, mendorong ShopeePay menduduki tahta juara dengan pangsa pasar jumlah transaksi tertinggi (29% dari total) diikuti oleh OVO (25% dari total), GoPay (21% dari total), DANA (20% dari total), dan LinkAja (6% dari total). Hal ini pun diikuti dengan nilai transaksi tertinggi dari belanja offline dan online menggunakan ShopeePay (33%) yang mengalahkan OVO (24%), GoPay (19%), DANA (18%), LinkAja (6%).
Pun secara frekuensi, ShopeePay berhasil menjadi pilihan dompet digital dengan frekuensi transaksi tertinggi (14,4 kali per bulan). Posisi brand lain terdiri dari OVO (13,5 kali per bulan), GoPay (13,1 kali per bulan), DANA (12,2 kali per bulan), LinkAja (8,2 kali per bulan).
Nampak pula performa pemasaran membuahkan hasil. 26% dari total peserta mengaku menggunakan ShopeePay, mengungguli OVO (24%), DANA (21%), GoPay (20%), dan LinkAja (9%). Kemudian 35% peserta mengaku bahwa ShopeePay merupakan bentuk dompet digital yang paling sering digunakan, disusul oleh OVO (27%), GoPay (20%), DANA (14%), serta LinkAja (5%).
Dalam riset ini juga ditemukan bahwa dalam tiga bulan terakhir, arena persaingan dompet digital semakin dinamis dengan hadirnya pemain baru, yaitu ShopeePay. Meski belum genap setahun hadir di Indonesia, ShopeePay memimpin pembayaran digital untuk belanja online. Hal ini terutama untuk produk yang tidak hanya mengandalkan bantuan pemasaran, tetapi juga berdasarkan ulasan dari pengguna yang telah memesan sebelumnya.
Pembelian produk kecantikan, responden mengaku menggunakan ShopeePay (60%) sebagai medium transaksi, disusul OVO (13%), DANA (10%), GoPay (6%), dan LinkAja (2%). Kemudian untuk membeli produk kategori skin care, 58% responden menggunakan ShopeePay, lalu OVO (17%), DANA (9%), GoPay (6%), serta LinkAja (3%). Tidak hanya itu saja, ShopeePay juga unggul sebagai penggunaan 50% responden untuk belanja berbagai produk personal care, disusul OVO (16), DANA (11%), GoPay (9%), dan LinkAja (4%).
Dikatakan Tika Widyaningtyas, Research Manager, Neurosensum Indonesia, “Riset dompet digital ini tidak hanya mengukur pangsa pasar saja. Kami mencoba untuk mencari tahu dengan menghitung kualitas riset menggunakan metode Q&A guna mendapatkan Why, serta menarik kesimpulan lanskap dompet digital yang aktif di Indonesia selama 3 bulan terakhir”.
ShopeePay berperan dalam menggantikan peran in-person shopping experience dengan segala kemudahan virtual transaction, terutama untuk produk yang dahulu lebih banyak dibeli ketika berkunjung ke pusat perbelanjaan.
Dicatat pula, ShopeePay terbanyak dijadikan sebagai dompet digital untuk pembayaran belanja peralatan rumah tangga, yaitu setinggi 47%, kemudian diikuti oleh OVO (17%), DANA (13%), GoPay (7%), dan LinkAja (3%). Kemudian untuk belanja kategori peralatan elektronik, ShopeePay juga memimpin dengan 37%, disusul OVO (20%), DANA (14%), GoPay (9%), dan LinkAja (3%).
Responden juga menggunakan ShopeePay untuk belanja peralatan olah raga dan/atau aktivitas luar ruang dengan 32%, lalu OVO (18%), DANA (13%), GoPay (7%), dan LinkAja (4%).
Tika menambahkan, “Penggunaan e-wallet di kalangan responden sudah menjadi kebiasaan. Kesederhanaan dan kemudahan e-wallet sebagai medium transaksi masa kini semakin memperkuat peran dan posisi dalam menggantikan uang tunai dan kartu debit atau kredit.”.
Sebagai pemain baru, ShopeePay cepat menjadi alat pembayaran digital favorit di antara masyarakat yang telah terbiasa menggunakan e-wallet sehari-hari karena ShopeePay menawarkan kecerdasan UI/UX, kesederhanaan pengalaman dalam journey pengguna sehingga tidak membingungkan, serta didorong dengan jajaran promo menggiurkan – sehingga ShopeePay menjadi pesaing kuat di antara brand e-wallet lainnya di pasar saat ini. (sg)