JAKARTA (IndoTelko) - Krisis air sudah di depan mata. Tahun 2030 diproyeksikan masyarakat dunia akan menghadapi defisit air mencapai 40% dalam kondisi iklim yang sama - atau bahkan lebih buruk - daripada yang kita hadapi sekarang. Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari tiga (3) faktor - pertumbuhan populasi & perubahan demografis, urbanisasi, dan perubahan iklim.
Sektor air memiliki tantangan ganda dalam menghadapi perubahan iklim. Di satu sisi, dituntut untuk lebih hemat dengan mengurangi konsumsi energi dan mengutamakan penggunaan energi bersih. Di sisi lain, harus mendorong penggunaan air yang lebih efisien baik di sektor pertanian maupun perkotaan melalui kampanye kesadaran masyarakat dan perbaikan teknik pengelolaan termasuk pencegahan kebocoran.
Dikatakan Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, Hedi Santoso, industri, dan khususnya sektor air dan air limbah, perlu mencari solusi berkelanjutan dalam pengelolaan siklus air yang memfokuskan pada optimalisasi efisiensi energi, peningkatan sirkularitas dengan membangun kolaborasi dengan sektor lain dan memberikan insentif untuk dekarbonisasi, serta terlibat secara mendalam dengan komunitas masyarakat sekitar.
World Economic Forum di Davos sejak 2015 telah menegaskan krisis air sebagai risiko utama dunia, sektor ini dinilai strategis. Berada pada naungan peraturan yang ketat, perusahaan yang berdedikasi pada pengelolaan dan pasokan air dituntut untuk terus berinvestasi dalam teknologi dan proses pengolahan terbaru, tanpa melalaikan kewajiban untuk menjaga kesinambungan layanan dan keamanan - serta keamanan siber - dari sistem dan fasilitas mereka.
Menurut Hedi, sektor air dan air limbah menjadi garda terdepan dalam pengolahan dan penyediaan air bersih dengan pemanfaatan teknologi yang dapat mengurangi biaya operasional, menyediakan kemampuan analisis prediktif, dan mendukung pengambilan keputusan secara real time. "Di sinilah Smart Water berperan. Ini bukan lah hal baru, namun dalam beberapa tahun terakhir konsep ini telah menjadi fokus global. Bagaimana teknologi digital dan otomasi berfokus pada pengumpulan dan interpretasi data untuk melakukan semua proses yang membentuk siklus air,” tambahnya.
Sustainability merupakan strategi dan misi utama Schneider Electric. Sebagai perusahaan global dalam transformasi digital di pengelolaan energi dan otomasi, kami mengadopsi pendekatan kolaboratif untuk solusi pengelolaan berbasis lingkungan, mengembangkan produk, solusi, dan layanan yang dapat digunakan oleh perusahaan di berbagai sektor dalam setiap fase perjalanan mereka menuju keberlanjutan.
Schneider Electric juga menjawab seruan untuk melakukan aksi yang dikampanyekan pada peringatan Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret dengan terus mengembangkan arsitektur EcoStruxureTM for Water and Wastewater, untuk membantu klien kami di lebih dari 150 negara agar dapat menghasilkan air berkualitas tinggi, melakukan purifikasi air limbah yang berkelanjutan, dan efisiensi operasional.
Adapun arsitektur EcoStruxureTM for Water and Wastewater ini antara lain mencakup:
Ø EcoStruxureTM Asset Advisor dan EcoStruxure Power Advisor – Layanan monitoring proaktif 24/7 berbasis analitik untuk kinerja perangkat-perangkat kritikal dan pengelolaan energi. Menyediakan data real-time untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat dan cepat, mengoptimalkan kinerja operasional, mengurangi downtime dan meningkatkan efisiensi operasional.
Ø EcoStruxureTM Maintenance Advisor - memungkinkan pengoptimalan pemeliharaan sistem untuk mengontrol pasokan dan distribusi air dengan memonitor kesehatan perangkat/aset secara real-time, memberikan peringatan dini atas kemungkinan terjadinya kerusakan / kebocoran dan memberikan rekomendasi tindakan korektif.
Ø EcoStruxureTM Resource Advisor – menyediakan visibilitas secara real-time terhadap konsumsi sumber daya seperti air, energi, limbah, rantai suplai , dan lainnya di dalam kegiatan operasional.
Ø EcoStruxure Augmented Operator Advisor – Augmented reality untuk diagnosis performa perangkat secara instan dan melakukan perawatan tanpa adanya kontak fisik, untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi downtime dan mengurangi biaya operasional.
Ø EcoStruxure Secure Connect Advisor – memungkinkan facility manager melakukan kontrol jarak jauh terhadap peralatan dan mesin dengan tetap menjaga keamanan sibernya - untuk menjaga kecepatan respon tim maintenance dan quality control melakukan trouble shooting terhadap masalah yang terjadi di lapangan / di pabrik, dan memantau parameter kinerja di sistem pengolahan dan distribusi air.
Hedi menjelaskan, Arsitektur EcoStruxureTM for Water and Wastewater telah banyak dimanfaatkan pada proyek-proyek pengelolaan air dan air limbah di seluruh dunia antara lain Anglian Water di Inggris, Shuqaiq 3 di Arab Saudi, pabrik pengolahan air limbah di California, dan Herning Water di Denmark.
Solusi ini telah terbukti dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30%, meningkatkan efisiensi operasional pada instalasi pengolahan air dan jaringan distribusi air hingga 25%, dan mengurangi total biaya kepemilikan (TCO) asset hingga 20%. (sg)