JAKARTA (IndoTelko)- Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) dan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam mendorong pertumbuhan e-Commerce di Indonesia. Sejumlah studi menunjukkan betapa gaya hidup digital telah terakselerasi dengan cepat akibat pandemi yang terus berlangsung secara global ini, tidak terkecuali dalam hal berbelanja.
Kebutuhan masyarakat yang semakin melek digital untuk bertransaksi dengan aman dan nyaman telah meningkatkan volume transaksi di e-Marketplace Indonesia. Di tengah pandemi, bisnis e-Commerce bahkan diproyeksi tumbuh 33,2 persen dari 2020 yang mencapai Rp253 triliun menjadi Rp337 triliun pada tahun ini.
Di e-Marketplace, pertumbuhan belanja konsumen bisa dipacu dengan kemudahan saat membayar. Konsumen pengguna kartu kredit dan debit saat ini semakin diuntungkan saat berbelanja di e-Marketplace seperti Bukalapak, Blibli, JD.ID, Lazada, Shopee, dan Tokopedia, karena membayar dengan kartu kredit maupun debit tidak dikenakan surcharge, khususnya bagi pembayaran penuh atau bukan cicilan.
Surcharge adalah biaya layanan atas transaksi kartu kredit/debit yang dikenakan kepada konsumen saat menyelesaikan pembayaran, dan dapat ditemui di sejumlah toko atau merchants baik toko fisik maupun dalam jaringan (daring)/online. Biaya layanan yang dikenakan atas transaksi kartu kredit biasanya bervariasi dari nilai tetap sampai dengan persentase harga barang. Hal ini hanya terjadi di beberapa toko tertentu saja. Tidak semua merchant di toko fisik maupun online memberlakukan biaya layanan atas transaksi kartu kredit.
Direktur Eksekutif AKKI, Steve Marta, mengatakan, AKKI menyambut baik dihapusnya biaya layanan, baik atas transaksi kartu kredit maupun debit oleh para pemain besar di sektor e-Marketplace. Sejalan dengan ketentuan dari Bank Indonesia yang melarang adanya biaya layanan pada transaksi belanja dengan kartu kredit, penghapusan biaya layanan ini juga kami harapkan dapat semakin menggairahkan minat belanja masyarakat.
“Penggunaan kartu kredit terus diminati karena kepraktisannya dan bisa menjadi kartu penyelamat di saat darurat seperti misalnya saat perlu membeli obat-obatan atau mendapat perawatan medis di kala kita kesulitan dengan uang tunai. AKKI juga melihat kartu kredit, utamanya yang berteknologi contactless, saling melengkapi dengan metode pembayaran digital lainnya yang mengedepankan keamanan, kenyamanan, dan kecepatan di masa kini,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum idEA, Bima Laga, berkomentar, akselerasi gaya hidup digital telah mengubah lansekap perekonomian global, termasuk di Indonesia. Digitalisasi dari hulu ke hilir, baik industri dan perdagangan, mau tidak mau mendorong pelaku bisnis turut bertransformasi. “Kami melihat penghapusan biaya layanan transaksi pembayaran kartu kredit oleh para pelaku e-commerce di Indonesia menjadi angin segar untuk menumbuhkan minat dan kepercayaan konsumen dalam melakukan transaksi online,” katanya.
Survei dari YouGov mencatat, kondisi “new normal” telah mendorong banyak konsumen Indonesia untuk semakin mempertimbangkan platform e-Commerce sebagai sarana ideal untuk membayar kebutuhan mereka.
Menurut survei tersebut, tiga produk dan layanan terpopuler yang dibeli di platform e-Commerce selama tiga bulan terakhir sampai periode survei adalah top-up dan pembayaran tagihan (49%), belanja ritel (45%), dan pemesanan makanan (34%). Pengiriman gratis (69%) dan voucher diskon (64%) adalah fitur penawaran e-Commerce yang paling dicari konsumen saat melakukan pembelian. (ak)