HUT ke-20, Lintas Teknologi Gelar 20lutions Day 2021

JAKARTA (IndoTelko) – PT Lintas Teknologi Indonesia menggelar event ‘Lintas Teknologi 20lutions Day 2021’ untuk merayakan 20 tahun perusahaan tersebut beroperasi. Kegiatan virtual bertema ‘How Digital Ecosystem Will Shape The Future of Business’ tersebut dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate dan menghadirkan pembicara petinggi perusahaan telekomunikasi raksasa di Indonesia.

President Director Lintas Teknologi Indonesia, Muhamad Paisol, menjelaskan industri telekomunikasi memegang peranan penting dalam proses transformasi digitalisasi. Terlebih setelah layanan 5G diizinkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun ini, hal itu diyakini Paisol bisa mempercepat proses tersebut.

“Regulasi pemerintah memegang peranan penting dalam proses transformasi digital, sekaligus dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk melaksanakannya,” kata Paisol, Selasa (23/11)

Mengutip riset World Economic Forum (WEF), Paisol menyebut industri telekomunikasi memegang kontribusi besar terhadap potensi perputaran bisnis senilai US$ 10 triliun sejak 2016 sampai 2025 mendatang.

“Selama pandemi COVID-19 ini bisa terlihat di Indonesia ada lima sektor yang mengandalkan jaringan telekomunikasi untuk memberikan layanan kepada customer-nya, yaitu media and entertainment, electricity, logistics, automotive, dan tentu saja e-Commerce,” ujarnya.

Sebagai perusahaan service provider pendukung industri telekomunikasi, Paisol menyebut Lintas Teknologi Indonesia terus berinovasi dengan menambah layanan yang bisa dimanfaatkan oleh para mitranya tersebut.

“Lintas berdiri pada tahun 2001 dan terus fokus sebagai service provider di Indonesia. Pada 2004 kami mendirikan anak usaha LT International untuk melayani customer regional. Kemudian pada 2013 kami mendirikan Integra yang menyediakan layanan beyond Telco. Lalu Paques kami operasikan di 2018 sebagai perusahaan data analytics untuk membantu bisnis customer kami. Terakhir untuk meningkatkan keamanan digital, kami mendirikan SecurXcess pada tahun ini," ujar Paisol.

Sebagai eksekutif perusahaan yang telah berkecimpung puluhan tahun di industri telekomunikasi, Paisol meyakini bahwa teknologi diciptakan untuk mempermudah hidup manusia. Sebaliknya, kebutuhan manusia yang beraneka macam mendorong terciptanya berbagai inovasi teknologi.

Kolaborasi
Sementara Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate dalam kata sambutannya menyebutkan lanskap pengembangan 5G di Indonesia akan menciptakan beragam peluang bagi perusahaan-perusahaan yang melek teknologi digital.

"Adopsi digital terbukti telah menjadi jawaban tantangan disrupsi yang ada. Hal tersebut terlihat selama pandemi COVID-19, bagaimana kita semua melakukan adaptasi dan mengadopsi teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan hidup," kata Johnny.

Indonesia menurutnya berada pada momentum yang tepat saat menggelar layanan 5G, yang diyakini bisa memperlancar proses digitalisasi demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ia menyebut tahun 2021 ini, valuasi ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai Rp 1.000 triliun dan pada 2025 mendatang nilai valuasinya bisa setara Rp 2.100 triliun berkat pemanfaatan teknologi.

"Beragam asumsi tersebut menjadi momentum efektif bagi gerak perekonomian Indonesia. Industri telekomunikasi harus bergerak cepat dengan layanan 5G, yang sejak Juni 2021 lalu kami mengupayakan komersialisasi 5G di aglomerasi Jabodetabek, Solo, Medan, Balikpapan, Surabaya, Makassar, Bandung, Batam, dan Denpasar. Pengembangan jaringan 5G di Indonesia bisa memberi kontribusi sekitar Rp 2.800 triliun hingga 2030," jelasnya.

Terkait kesiapan SDM digital yang mumpuni, Kementerian Komunikasi dan Informatika memperkirakan diperlukan sekitar 9 juta orang pekerja yang bisa mendukung proses transformasi digital Indonesia dalam 15 tahun mendatang.

"Pengembangan talenta digital dari tingkat dasar menengah dan lanjutan diperlukan untuk mengakselerasi upaya mewujudkan Indonesia sebagai digital nation yang resilien, tangkas, dan adaptif. Sekaligus untuk melahirkan pemimpin digital yang siap berkontribusi bagi perjalanan transformasi digital nasional," katanya.

Johnny menegaskan negara digital Indonesia hanya bisa diwujudkan melalui kerja kolaboratif, akseleratif dan berkelanjutan.

"Diperlukan sinergi yang kuat dan konstruktif dari seluruh komponen, sehingga para pelakunya bisa menciptakan transformasi digital yang tangguh dan optimal," ujar Johnny.

Direktur Utama Telkomsel, Hendri Mulya Syam menambahkan, pandemi COVID-19 telah mengubah seluruh tatanan kehidupan masyarakat. Kondisi tersebut juga turut mendorong pemanfaatan teknologi untuk mendukung hidup keseharian masyarakat,

"Mau tidak mau industri telekomunikasi harus bertransformasi agar layanannya relevan dengan kebutuhan masyarakat. Sekarang masyarakat semakin beralih mencari hiburan, layanan kesehatan sampai pendidikan melalui teknologi digital. Oleh karena itu industri telekomunikasi harus semakin gencar mengembangkan device, apps, dan platform yang dibutuhkan masyarakat.

Hendri menegaskan, meskipun memiliki banyak menciptakan potensi bisnis namun adopsi digital di Indonesia memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi bersama. Pertama, geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang membutuhkan pemerataan akses digitalisasi di Indonesia melalui pembangunan infrastruktur di 17.000 pulau.

"Kemudian digital maturity perlu literasi yang memadai dan ini harus terus menerus diberikan. Kemudian tantangan keamanan dan terakhir penguatan regulasi," kata Hendri.

Senada dengan koleganya tersebut, CEO XL Axiata, Dian Siswarini menyebutkan tantangan utama untuk mengakselerasi transformasi digital di Indonesia adalah dari sisi pembangunan infrastruktur.

"Walaupun seluruh operator dan pemerintah sudah melakukan beragam upaya, tentu masih ada keterbatasan seperti akses jalan dan ketersediaan listrik dasar sehingga untuk menjadikan backbone di suatu daerah butuh investasi sangat tinggi. Prosedur perizinan juga masih rumit. Salah satu cara transformasi digital bisa dilakukan adalah dengan melakukan kolaborasi berbagai stakeholder agar kita bisa menciptakan value yang lebih besar untuk menumbuhkan ekonomi agar Indonesia bisa pulih dari pandemi," ujar Dian.

Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang juga Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir menilai Indonesia sudah memiliki iklim digital yang kondusif. Hal tersebut bisa dilihat dari sisi pertumbuhan pengguna internet yang besar dan pasar yang jelas.

Pandu mencatat ada setidaknya 202,6 juta orang pengguna internet di Indonesia. Di mana 195 juta orang mengaksesnya secara mobile, dan 170 juta orang pengguna media sosial.

"Penggunaan internet di Indonesia itu rata-rata 8 jam 52 menit per orang. Artinya kita tidak membuka internet saat tidur saja. Selain itu semua perusahaan telekomunikasi di Indonesia sudah IPO, jadi membuat antusiasme investor untuk masuk sangat bagus. Kita harus berkiblat ke China dan Amerika Serikat yang 20% PDB nya berasal dari teknologi. Jadi iklim investasi digital semakin besar dan akan menambah kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia secara keseluruhan," jelas Pandu.(ak)