JAKARTA (IndoTelko) – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor terdampak pandemi COVID-19. Selain melihat penurunan permintaan untuk produk dan layanan mereka, jutaan UMKM melaporkan bahwa laba yang diraup pun jauh lebih rendah.
Padahal, UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian nasional karena UMKM merupakan salah satu kunci utama dalam pemulihan perekonomian Indonesia melalui kontribusi signifikannya terkait lapangan kerja dan PDB negara. Sebagai perusahaan peer-to-peer (P2P) lending yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), danabijak berdedikasi penuh dalam mendukung pemerintah Indonesia melalui pembiayaan digital bagi UMKM.
Sebelum munculnya layanan fintech dan P2P lending, akses UMKM ke lembaga keuangan masih terbatas. Selama masa pandemi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa 69,02% UMKM mengalami kesulitan memperoleh modal untuk operasional usahanya. Sebagai pemain terkemuka di sektor fintech lokal, danabijak bermaksud untuk terus mendukung UMKM dengan menawarkan solusi teknologi keuangan alternatif, memperluas akses ke layanan keuangan dan meningkatkan literasi keuangan mereka.
Dengan memanfaatkan teknologi guna memberikan layanan keuangan yang adil dan mudah diakses, per Oktober 2021, danabijak telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp 500 miliar, termasuk modal usaha ke sektor UMKM. “Dengan jangka waktu pembiayaan kami yang fleksibel antara 14 - 360 hari, setiap pencairan dapat kami sesuaikan dengan kebutuhan bisnis dan keuangan para pelaku UMKM. Selain itu, kami mencairkan pendanaan tersebut dalam waktu 15-30 menit setelah pengajuan dilakukan secara lengkap oleh pengguna, yang menunjukkan dedikasi danabijak dalam menyediakan layanan keuangan yang cepat dan handal dalam membantu UMKM mengembangkan bisnis mereka,” ujar CEO dan Co-founder danabijak Markus Prommik.
Dampak positif dari model bisnis danabijak ini tercermin melalui salah satu penggunanya bernama Umar, seorang pelaku UMKM yang bergerak di industri makanan lokal. Setelah mendapatkan pinjaman produktif dari danabijak, ia mampu mengembangkan usahanya dengan membeli aset tambahan dan kini mampu menjual 15-20 kg bakso setiap harinya dengan pendapatan bersih sekitar Rp 5-5,5 juta per bulannya.
Dedikasi danabijak terhadap para pengusaha lokal mendapat dukungan penuh dari para investornya, termasuk akselerator dan investor startup terkemuka di Indonesia sejak tahun 2017, yaitu GK Plug and Play Indonesia. “Saya selalu percaya pada kekuatan teknologi dalam membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Ketika saya bertemu danabijak pada tahun 2017, saya sangat tertarik dengan visinya untuk membantu jutaan masyarakat Indonesia mendapatkan akses layanan keuangan, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki rekening bank, serta komitmen danabijak dalam berkontribusi kepada perekonomian Indonesia. Kini, dukungan mereka terhadap UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia benar-benar merupakan bukti dedikasi danabijak dalam mendukung pemulihan ekonomi Indonesia sekaligus meningkatkan inklusi keuangan di tanah air,” kata Managing Director, GK Plug and Play Indonesia dan Komisaris danabijak Wesley Harjono.
Sejauh ini, danabijak telah menyalurkan lebih dari 500,000 pinjaman dan memberikan penilaian kredit ke lebih dari 5 juta aplikasi. Dengan lebih dari US$ 2 juta per bulan yang dicairkan, danabijak merasa bangga dengan dampak yang dihasilkan perusahaan dalam mempercepat akses kredit kepada masyarakat Indonesia secara mudah dan transparan, yang juga sejalan dengan instruksi Presiden Indonesia untuk meningkatkan taraf UMKM Indonesia. “Pada tahun 2022, kami menargetkan pencairan dana hingga Rp 2 - 3 triliun,” tutup Markus.
Menanggapi pasar fintech yang terus berkembang, danabijak terus menyesuaikan model bisnisnya agar lebih sesuai dengan kebutuhan para pengguna dan UMKM, serta memberikan solusi pembiayaan digital yang andal, transparan dan dapat meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. danabijak juga akan terus berkolaborasi dengan lebih banyak pihak, dalam hal layanan teknologi, dengan berbagai lembaga keuangan, bank, perusahaan multifinance, dan perusahaan teknologi, guna membangun ekosistem fintech yang lebih baik dan berkelanjutan untuk Indonesia.(ak)