PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo telah selesai menggelar Rapat Umum Pememgang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 28 Desember 2021.
Salah satu agenda dari RUPSLB itu adalah meminta persetujuan penggabungan usaha Indosat dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I/Tri). RUSPLB juga meminta persetujuan pemegang saham untuk perubahan susunan dewan komisaris dan direksi Indosat.
Merger antara Indosat dan H3I akan membentuk perusahaan penerima penggabungan usaha. Indosat akan menjadi perusahan penerima penggabungan usaha. Perusahaan hasil merger akan diberi nama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison/IOH). Pada 4 Januari 2022 PT Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH) secara resmi akan mulai beroperasi.
Sinyal konsolidasi yang dilakukan Indosat dan Tri berjalan sesuai rencana terasa ketika isu kepemilikan frekuensi pasca merger diberikan kepastian oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Hasil evaluasi dari Kominfo pada November 2021 adalah hanya 5 MHz frekuensi 2,1 GHz yang akan ditarik hasil penggabungan kedua entitas.
Alhasil, pasca konsolidasi kedunya, pemain seluler di Indonesia pada 2022 tersisa adalah Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren.
Empat pemain ini akan bertarung di tengah pandemi yang belum menunjukkan tanda-tanda akan usai.
Namun, konsolidasi Indosat dan Tri diyakini dapat menggerakkan tarif yang diberlakukan operator. Ini akan menstabilkan kompetisi dan meningkatkan kesehatan industri telekomunikasi di Indonesia.
Memang, dari sisi teknis akibat pandemi terjadi demand aksesibilitas yang tinggi, pendudukan kanal meningkat dan lalu-lintas konektivtas padat, yang ujungnya pendapatan mulai pulih di 2021.
Syarat mutlak agar sektor seluler bisa berlari kencang di 2022 adalah penanganan pandemi kian terkendali agar secara bertahap masyarakat menuju era endemi.
Pandemi memang belum selesai, tetapi jangan menghentikan semangat kompetisi yang dibangun untuk melayani pelanggan.
@IndoTelko