JAKARTA (IndoTelko) – Penggunaan low-code platform untuk mengembangkan aplikasi mobile, aplikasi web, dan aplikasi lainnya semakin masif di masa mendatang.
Dari total 500 juta aplikasi global yang dikembangkan dalam lima tahun ke depan, 65% di antaranya dikembangkan mengunakan low-code platform. Bahkan, berdasarkan prediksi Gartner, sebanyak 75% perusahaan besar di dunia mengadopsi minimal 4 low-code platform untuk pengembangan aplikasi yang dilakukan oleh departemen IT dan citizen developer perusahaan.
“Low-code platform adalah teknologi masa depan perusahaan. Low-code adalah cara cepat mendesain dan mengembangkan aplikasi dengan sedikit coding manual karena sudah tersedia interface berbasis grafik dalam menghimpun dan mengkonfigurasi aplikasi. Sedangkan low-code platform merupakan serangkaian piranti lunak untuk membantu mengembangkan aplikasi web dan aplikasi mobile tanpa harus menulis ribuan baris code dan syntax yang kompleks,” kata VP Product Management NEXTPLATFORM Umar Darmaji.
Perkembangan low-code platform yang masif tidak lepas dari kebutuhan perusahaan dalam melakukan automasi proses bisnisnya sebagai pondasi dalam melakukan transformasi digital. Bagi instansi pemerintah, low-code platform sangat relevan dengan program Government 4.0 karena mempermudah proses transformasi. Sedangkan bagi startup, low-code platform adalah jawaban atas sulitnya menemukan programmer/developer berkualitas untuk mengembangkan aplikasi secara cepat dan tepat.
Selain menawarkan efisiensi dan kecepatan masuk pasar, low-code platform juga meningkatkan produktivitas serta membuat perusahaan lebih agile dan kolaborasi yang lebih efektif. Dengan mengadopsi low-code platform, kebutuhan terhadap teknologi untuk pengembangan aplikasi lebih mudah terpenuhi. Tidak heran jika market size-nya membesar. Jika di tahun 2019, global market size low-code platform masih USD 11,45 milyar, maka pada tahun 2022 diperkirakan senilai USD 21,2 milyar. Pertumbuhan akumulatif hingga tahun 2027 mencapai 44,49%.
Penyedia low-code platform juga terus berkembang dengan beragam produknya antara lain NEXTPLATFORM, OutSystems, Mendix, Appian, Zoho Creator, PowerApps, App Maker, Quick Base, dan lain-lainnya. NEXTPLATFORM misalnya, diadopsi oleh lebih dari 50 perusahaan yang bergerak di bidang migas, perbankan, penerbangan, fast moving consumer good (FMCG), dan industri yang lainnya.
Salah satu proyek pengembangan aplikasi berbasis NEXTPLATFORM adalah aplikasi vendor management system CIVD yang digagas oleh konsorsium migas seperti Medco, Chevron, PertamintaEP, ConocoPhillips, Premier Oil, dan lain-lain yang beroperasi sejak 2016 untuk melayani ribuan vendor dan kontraktor migas di seluruh Indonesia.
Selain itu, adopsi NEXTPLATFORM dalam mempercepat penerapan transformasi digital telah dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Barat dalam pilot project digitalisasi pengelolaan pendapatan daerah. Hal ini sejalan dengan program Government 4.0 yang dilakukan pemerintah.
Low-code platform diprediksi menjadi teknologi mainstream dan teknologi masa depan untuk pengembangan aplikasi mobile maupun aplikasi web. Kemudahan, kecepatan, dan biaya yang lebih efisien untuk membangun dan mengembangkan aplikasi merupakan keunggulan low-code platform yang dibutuhkan perusahaan, startup, dan organisasi pemerintah. “Low-code platform adalah jawaban untuk menjadi perusahaan masa depan,” kata Umar Darmaji.
Perusahaan yang mengadopsi low-code platform lebih cepat melakukan inovasi secara agile sehingga lebih mudah beradaptasi dengan perubahan pasar. Di sisi lain, perusahaan juga bisa memberikan kesempatan kepada karyawan di luar departemen IT membangun aplikasi yang sesuai dengan tugasnya yang spesifik. Karyawan dengan kompetensi ini biasa dikenal dengan citizen developer yang dapat mengembangkan aplikasi di bawah supervisi departemen IT. “Hal ini jadi faktor pendorong transformasi digital perusahaan menjadi lebih cepat,” katanya.(ak)