DUBAI (IndoTelko) - Dalam rangka mengenalkan potensi bisnis digital Indonesia sekaligus untuk menggaet para investor agar mau berinvestasi di Indonesia, para pakar Transformasi Digital Indonesia memaparkan berbagai kemajuan Industri Digital Indonesia.
Di antara para pakar dan praktisi yang mempromosikan bisnis digital Indonesia, terdapat para alumni Universitas Telkom. Mereka adalah Sri Safitri, Deputy EVP President of Customer Experience (CX) & Digitization Telkom Indonesia yang juga Presiden Forum Alumni Universitas Telkom, CEO Melon Indonesia Dedi Suherman, COO/Portfolio Director MDI Ventures Sandhy Widyasthana, Deputy EVP Digital Business Builder Telkom Indonesia Komang Budi Aryasa, VP Marketing & Business Intelligence Telkom Indonesia Internasional Dewantoro Bimo, dan VP Carrier Enterprise Sales Region I (Indonesia & Timor-Leste) Telkom Indonesia Internasional I Ketut Alit Atmaja.
Para Alumni Universitas Telkom ini memberikan pandangannya sesuai keahliannya mewakili Expo 2020 Dubai pada 5-6 Januari 2022.
“Dalam hal potensi pendapatan Video Gaming untuk Indonesia, kita dapat melihat bahwa pertumbuhannya menunjukkan angka double digit indikasi pasar yang sangat menguntungkan, terutama di pengguna ponsel dan komputer. Dan market size dari tipe gamers di Indonesia per Januari 2021 didominasi oleh lifestyle dan high-roller gamers yang bersedia mengeluarkan uang banyak. Empat alasan utama penyedia Game Indonesia lebih memilih game mobile daripada game PC atau konsol. Pertama-tama, Indonesia adalah negara mobile-first (96% populasi online Indonesia mengakses internet melalui perangkat seluler), jadi itulah alasan utama para Gamer Indonesia untuk bermain game di ponsel mereka,” ungkap Sri Safitri.
Ditambahkannya, yang kedua adalah fleksibilitas untuk bermain di mana saja/kapan saja. Generasi Muda atau Milenial yang bermain game lebih suka bermain game di mana saja/kapan saja, sehingga mereka lebih banyak menggunakan perangkat mobile gaming daripada PC. Alasan ketiga adalah perangkat game seperti PC atau konsol terlalu mahal sementara game mobile dapat dimainkan dari ponsel kelas menengah ke bawah.
“Jadi ini juga yang menjadi alasan utama kenapa Milenial memilih bermain game mobile. Dan yang terakhir, game PC/konsol terlalu mahal. Oleh karena itu, cloud gaming memiliki masa depan pertumbuhan yang sangat bagus karena lebih inklusif dan setiap pengembang game mobile dapat memperkaya experience bermain game tersebut melalui cloud gaming,” kata Sri Safitri.
Dedi Suherman dalam satu diskusi yang sama juga turut memaparkan tentang kemajuan perusahaan yang dia pimpin dalam mengaggregasi dan mendistribusikan mobile game.
Dedi dalam paparannya mengungkapkan besarnya ukuran pasar mobile gaming Indonesia dalam hal revenue dan subscriber, di mana mobile gaming menguasai hampir 45% pasar game, lalu disusul oleh PC, PlayStation dan Xbox.
“Jika kita juga melihat potensi ukuran pasar dalam hal pendapatan dan pengguna, kita berbicara tentang 105,7 juta pelanggan pada tahun 2021. Dan jumlahnya diproyeksikan mencapai 127,8 juta pengguna pada tahun 2025. Jadi hal besar lainnya itu kita berbicara tentang pendapatan yang diperkirakan pada akhir tahun 2021 adalah US$1,8 miliar dan menargetkan sekitar US$2,5 miliar pada tahun 2025. Jumlah tersebut merupakan pasar Indonesia yang sangat luas untuk sektor/industri game. Namun saat ini, semua pasar game sebagian besar berasal dari game global dan versi game global juga memiliki peringkat teratas di belahan dunia lain,” tambah Dedi.
Sementara Komang mengungkapkan rencana Telkom Indonesia untuk membuka platform big data BigBox secara gratis untuk startup yang baru berdiri, sampai nantinya perusahaan rintisan tersebut mampu untuk membayar langganan.
“Kami punya rencana untuk memberikan versi gratis dari platform BigBox dan memberikan kredit bagi startup atau UMKM,” kata Komang menjawab pertanyaan tersebut. “Harapannya, tahun ini kami akan finalisasi,” jelas Komang.
BigBox merupakan platform big data end-to-end yang didirikan Telkom sejak 2017 lalu. Sejak awal berdiri, platform BigBox hanya tersedia secara on-premise melalui sekitar 20 data center Telkom di Indonesia. Namun, Komang mengatakan bahwa pihaknya telah berencana untuk memindahkan sebagian platform BigBox ke cloud, sehingga memungkinkan rencana pemberian versi gratis bagi startup dan UMKM.
“Pada pertengahan tahun lalu, kami berencana untuk memindahkan sebagian platform BigBox ke cloud. Jadi, setelah kami memindahkan platform BigBox ke cloud, tentunya kami memiliki rencana untuk menyediakan startup dan UMKM untuk mengeksplorasi data dan kapabilitasnya di cloud, dan memberikan mereka kredit pada titik tertentu,” pungkas Komang.
Di Indonesia, market size platform big data diperkirakan mencapai US$725 juta pada 2025, menurut laporan firma riset pasar Gartner pada 2020 lalu.(wn)