JAKARTA (IndoTelko) -- Pada 1 Juni lalu, Konferensi IPv6 bertema IPv6 Enhanced Innovation Accelerate Digital Transformation sukses digelar oleh Informa Tech pada ajang Asia Tech x Singapore yang berlokasi di Singapore Expo Convention and Exhibition Centre.
Pengamat dan ahli dari tujuh organisasi terkemuka yakni Informa Tech, Asia Pacific Network Information Center (APNIC), European Telecommunications Standards Institute (ETSI), IPv6 Forum Malaysia, IPv6 Forum Singapore, France IPv6 Task Force ARCEP, dan Omdia turut menyampaikan pidato mengenai potensi konektivitas dan efisiensi melalui kolaborasi dengan jaringan 5G. Peningkatan pengalaman pengguna dalam menikmati layanan jaringan, serta percepatan transformasi digital, juga menjadi bahasan utama pada konferensi yang dihadiri lebih dari 50 pakar dan pimpinan industri teknologi tersebut.
Dalam pembukaannya, Nick Fielden, Chief Commercial Officer Omdia, menyoroti bahwa ekonomi digital telah menjadi mesin pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Perkembangan teknologi digital termutakhir seperti 5G dan IoT pun menambah tuntutan yang semakin tinggi terhadap jaringan IP. Menurutnya, penguatan IPv6 dapat kian meningkatkan kualitas jaringan yang dikendalikan operator, mengurangi biaya operasional dan pemeliharaan (O&M), dan menjawab kebutuhan transformasi digital di beragam industri, yang juga akan memperbanyak sekaligus mendiversifikasi peluang bagi operator. Tidak diragukan, transformasi digital harus didasari IPv6 sebagai fondasi yang kokoh.
Membawakan pidato mengenai digitalisasi dan inovasi melalui IPv6 Enhanced, Latif Ladid, Chair of ETSI IPE, mengatakan bahwa IPv6 tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pentingnya IPv6 semakin dipahami negara-negara di dunia, yang kemudian mendorong dirumuskannya kebijakan-kebijakan terkait. Ia juga menyebutkan bahwa Aliansi ETSI IPE yang aktif menyerukan pengembangan dan inovasi di bidang IPv6 ini telah memiliki lebih dari 90 anggota. Tahun 2021 lalu, IPE menjajaki kegunaan IPv6 Enhanced di teknologi 5G, cloud, dan pusat data.
Memperluas kapabilitas IPv6, IPv6 Enhanced yang didukung IPE memiliki enam inovasi yakni lebar pita ultra tinggi, konektivitas di mana-mana, otomasi, latensi rendah, kualitas yang terjamin, serta keamanan. Latif berpesan, setiap pemangku kepentingan industri boleh bergabung dengan IPE dan bersama membawa perkembangan IPv6 global ke jenjang yang lebih tinggi.
Geoff Huston, Chief Scientist at APNIC, menjelaskan asal-usul internet protocol (IP) dan evolusinya seiring jaringan semakin banyak ditemui dan digunakan. Ia mengatakan bahwa perkembangan IPv6 belum sesuai dengan ekspektasi, sehingga dibutuhkan kerja sama antar pelaku industri guna mempercepat pemanfaatan IPv6 secara luas. “Tidak ada alternatif selain IPv6. Ditambah dengan riset dan pengembangan materi berbasis silikon dan kenaikan harga IPv4, tetap bersikeras menggunakan IPv4 tidak akan menguntungkan dalam jangka panjang. IPv6 harus digunakan secepatnya.”
Sureswaran Ramadass, Profesor Emeritus di Malaysian University of Science and Technology (MUST), menegaskan bahwa pengembangan 5G harus selaras dengan jaringan IPv6. Dari segi pengembangan teknis maupun komersial, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembangkan keduanya pada saat yang bersamaan. Ia percaya bahwa penerapan jaringan 5G secara global akan diperkuat oleh protokol IPv6; bersama, 5G dan IPv6 adalah duet yang serasi.
Sebagai satu-satunya perwakilan pemerintahan, Jean-Charles Bisecco, Staf Ahli IPv6 Task Force yang merupakan bagian dari badan regulator telekomunikasi Perancis (ARCEP), menyampaikan, “Regulator memainkan peran penting dalam penyebarluasan IPv6. Di Perancis, ARCEP mewajibkan kompatibilitas dengan IPv6 sebagai syarat bagi carrier yang ingin ikut serta dalam lelang spektrum 5G. IPv6 Task Force juga bertanggung jawab membantu pelaku usaha bertransisi ke IPv6.”
Dalam diskusi panel yang digelar pada penghujung acara, Latif Ladid, Chair of ETSI IPE, Sureswaran Ramadass, dan pembicara lainnya sekali lagi menegaskan keunggulan IPv6 bagi berbagai industri maupun jaringan 5G. Latif percaya bahwa IPv6 yang diwakili oleh SRv6 akan menghadirkan taraf keamanan dan kecepatan layanan yang lebih tinggi dibandingkan jaringan MPLS tradisional. Sementara, Sureswaran menyoroti kapabilitas IPv6 yang lebih tinggi dibandingkan IPv4, antara lain ketersediaan alamat IP serta potensi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan jaringan.
Menurut statistik publik dari APNIC, pemakaian IPv6 di Indonesia saat ini berkisar 10,4 persen, atau menduduki peringkat ke-7 di antara negara di Asia Tenggara, 27 persen di belakang rata-rata regional. Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan penyebarluasan IPv6. Di satu pihak, pemerintah perlu memperkenalkan kebijakan IPv6 untuk menarik para operator, pelaku bisnis over-the-top (OTTs), pabrikan terminal, dalam rangka mempercepat laju transformasi IPv6.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu mengarahkan pemakaian berbagai kapabilitas yang diperkuat oleh inovasi IPv6, meningkatkan pengalaman layanan jaringan IPv6, dan mendorong ribuan industri untuk mendapatkan insentif lewat pemakaian IPv6. Saat ini, ETSI telah mendirikan kelompok kerja IPE untuk melakukan riset terkait penguatan teknologi berbasis IPv6. Diharapkan pemerintah Indonesia, operator, akademisi, pelaku industri OTT, pabrikan terminal dan pemangku kepentingan lainnya bergabung dalam kelompok kerja IPE untuk bersama-sama menuntun arah teknologi digital di masa depan.