Telin ungkap alasan jadikan Manado sebagai 2nd Gateway SKKL

Chief Executive Officer (CEO) Telkom Indonesia International (Telin) Budi Satria Dharma Purba berbincang dengan awak media usai meresmikan beroperasinya SKKL IGG di Manado, Rabu (20/7).

MANADO (IndoTelko) - Faktor geografis menjadi salah satu alasan PT Telkom Indonesia International (Telin) dalam memilih Manado sebagai gerbang kedua akses internet yang terhubung dengan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) internasional.

Kemarin (20/7), anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk baru saja meresmikan beroperasinya SKKL Indonesia Global Gateway (IGG) yang lokasi pendaratan kabelnya berada di Desa Kema Dua, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara. Jaringan kabel bawah laut sepanjang 16.000 kilometer yang menghubungkan Indonesia-Amerika Serikat (AS) tersebut dikendalikan oleh Cable Landing Station (CLS) Kauditan yang berada tidak jauh dari lokasi pendaratan.

"Kenapa Manado, karena posisinya paling dekat dengan Kepulauan Guam, Hawaii, dan California. Itu rute kabel lautnya. Kalau kita bangun di Papua, jalurnya lebih panjang. Selain itu Manado lokasinya strategis dan cukup mewakili Indonesia bagian Timur," kata Chief Executive Officer (CEO) Telin, Budi Satria Dharma Purba.

Telin sendiri sangat optimistis gateway Manado akan berkembang. Sebab, saat ini banyak perusahaan digital teknologi yang menghindari pemanfaatan kabel laut jalur Laut China Selatan dengan alasan geopolotik.

Pria yang akrab disapa Busat menjelaskan, manfaat yang akan dirasakan dari kehadiran IGG Manado bagi masyarakat Indonesia Timur adalah akses internet yang lebih cepat. Beroperasinya IGG Manado disebut Busat mampu menekan waktu latensi selama 7 detik menjadi 25 persen lebih cepat.

"Kabel laut Manado ini analoginya seperti penerbangan langsung dari Manado ke AS. Jadi tidak perlu lagi transit ke Jakarta dulu, ke Batam, Singapura baru ke AS," ujarnya.

Sementara bagi Pemerintah Kota Manado dan sekitarnya, kehadiran IGG yang dibangun sejak 2017 di wilayahnya akan menggairahkan iklim investasi dari perusahaan-perusahaan digital teknologi yang memanfaatkan kabel laut tersebut.

"Nantinya akan muncul data center. Kalau ada data center, semakin banyak bisnis baru muncul. Investasi asing akan masuk karena infrastruktur telekomunikasinya sudah bagus," kata Budi.

Menurutnya, saat ini di Indonesia ada 17 kabel laut internasional yang terhubung ke luar negeri. Sebanyak 16 SKKL berada di Batam atau Indonesia bagian Barat, dan hanya 1 SKKL yang ada di Manado, Indonesia Timur.

"Manado ini bisa dibilang antisipasi kalau ada gempa bumi di jaringan Batam. Selama ini 90 persen traffic internet melalui Batam. Nanti di 2025 kami akan balancing menjadi 50:50 dengan SKKL Manado," jelasnya.

Untuk memperkuat Manado sebagai gateway kedua, Telin menurut Budi tengah menggarap satu lagi SKKL bekerja sama dengan Keppel Telecommunications & Transportation Limited (Keppel T&T) melalui anak perusahaannya, Keppel Midgard Holdings Pte. Ltd. (KMH) dan Meta Platforms Inc atau sebelumnya dikenal sebagai Facebook Inc.

SKKL yang diberi nama Bifrost dengan panjang lebih dari 15.000 km ini, diharapkan selesai pada awal tahun 2024. Saat beroperasi secara penuh, SKKL Bifrost nantinya akan menjadi kabel laut yg memiliki transmisi berkecepatan tinggi, teknologi canggih dan terkini serta memiliki kapasitas terbesar yang melintas di Asia Pasifik.

"Tapi landing point-nya Bifrost nanti berbeda dengan IGG. Kemungkinan di daerah pantai baratnya Manado," kata Budi.(GPJ)