LOS ANGELES (IndoTelko) – Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate optimistis komersialisasi satelit Hot Backup Satellite (HBS) akan tepat waktu sesuai jadwal pada September 2023.
Hal itu terlihat pasca pertemuan dengan Boeing, Space X, dan Hughes Network System (HNS) di Los Angeles, Amerika Serikat, Senin (25/7) waktu setempat atau Selasa (26/7) waktu Indonesia.
Menkominfo dalam pertemuan itu didampingi Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kemkominfo Anang Latif, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kemkominfo Ismail, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Usman Kansong, Direktur Utama Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso. PSN adalah perusahaan swasta yang bekerja sama dengan Bakti Kemkominfo dalam pengadaan satelit.
Setelah pertemuan, Menteri Johnny menyatakan optimismenya jadwal peluncuran dan operasi komersial HBS berlangsung tepat waktu. Menkominfo juga optimistis pandemi COVID-19 dan situasi geopolitik tidak menghalangi proses transformasi digital Indonesia melalui pengadaan satelit.
Satelit HBS sebagai bentuk kerja sama antara Kemkominfo dan pihak swasta ini berkapasitas 160 giga bits per second. Sebesar 80 giga bits per second akan dipakai pemerintah, 70 giga bits per second untuk swasta nasional dan 10 giga bits per second untuk negara-negara ASEAN. Satelit ini didukung 18 stasiun bumi di 14 lokasi (gateway). Gateway utama ada di Cikarang, Jawa Barat.
Menteri Johnny bertemu dengan President of Boeing Commercial Satellite International System Ryan Reid dan sejumlah eksekutif Boeing di kantor Boeing di El Segundo, Los Angeles. Menkominfo dan rombongan berkesempatan melihat kemajuan pembuatan HBS di pabrik Boeing. "Boeing mengonfirmasi satelit diluncurkan awal Mei 2023 dan commercial operation September 2023," ungkap Menteri Johnny.
Di SpaceX, Menkominfo bertemu dengan Vice President, Mission Management, Jessica Jensen, dan Vice President, Commercial Sales, Tom Ochinero di markas SpaceX di Hawthorne, California. Menkominfo berkesempatan meninjau pabrik pembuatan roket SpaceX. "SpaceX mengonfirmasi kesiapan peluncur Falcon 9 untuk mengorbitkan HBS sesuai jadwal, yakni awal Mei 2022 di Cape Canaveral, Florida," kata Menkominfo Johnny Plate.
Dalam pertemuan dengan Executive Vice President and General Manager, International Division HNS Ramesh Ramaswamy, di Los Angeles, Menkominfo hendak memastikan HNS menyiapkan perangkat ground station. "HNS menyiapkan dan akan menginstalasi 20 ribu terminal bagi layanan publik untuk sekolah, puskesmas, kantor desa, pos perbatasan TNI dan pos polisi mulai 2022. Pengerjaannya secara simultan agar sesuai dengan peluncuran dan operasi satelit," ujar Menteri Johnny.
President of Boeing Commercial Satellite International System Ryan Reid mengatakan perusahaannya menyediakan teknologi satelit termimutakhir yang fleksibel dalam penyediaan data berkecepatan tinggi. "Teknologi ini memungkinkan satelit Boeing mencakup geografi dan populasi Indonesia," katanya.
Diakui pandemi Covid-19 dan situasi geopolitik mempengaruhi proses produksi dan peluncuran HBS dengam roket Falcon 9. Untuk mengangkut satelit dan roket ke dari California ke Florida, misalnya tidak bisa menggunakan pesawat Antonov akibat perang Rusia-Ukraina. Namun Menkominfo optimistis kendala-kendala tersebut bisa diatasi sehingga infrastruktur informasi dan komunikasi bisa melayani masyarakat dan mengurangi kesenjangan digital.
"Satelit akan dibawa melalui jalan darat yang membutuhkan waktu 9 sampai 10 hari. Roket peluncur tidak masalah karena tersedia di Florida. HNS juga sudah memitigasi dengan mengamankan 20 ribu ground segment sebagai terminal layanan sinyal wifi-satelit," ucap Menkominfo.
BAKTI Kemkominfo Maret lalu telah menandatangani kontrak proyek HBS dengan pemenang lelang Konsorsium Nusantara Jaya. Konsorsium Nusantara Jaya merupakan gabungan dari beberapa perusahaan, yaitu PT Satelit Nusantara Lima, PT DSST Mas Gemilang, PT Pasifik Satelit Nusantara, dan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera.
Direktur Utama BAKTI Anang Latif menjelaskan ada beberapa alasan pentingnya pengembangan proyek HBS ini. “HBS dipilih dalam rangka menyediakan dukungan cadangan untuk memitigasi segala risiko yang mungkin terjadi pada satelit SATRA-1. Selain memiliki fungsi utama sebagai cadangan bagi SATRIA-1, penyediaan HBS bertujuan untuk menambah kecepatan internet dan meningkatkan user experience," jelasnya.
Proyek pembuatan HBS berlangsung sejak 19 Oktober 2021 ketika Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui BAKTI melaksanakan pengadaan dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Utama BAKTI Nomor 4 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Penyediaan Hot Backup Satellite untuk Transformasi Digital.
Dirjen SDPPI Kemkominfo Ismail menerangkan teknologi satelit ini merupakan pilihan paling tepat untuk mengatasi permasalahan pemerataan akses internet bagi negara yang bentang wilayahnya berkepulauan seperti Indonesia ini. "Dengan satelit, titik-titik terpencil dapat dijangkau dengan relatif mudah dan merata. Teknologi satelit melengkapi berbagai penyediaan infratruktur akses sinyal dan internet yang telah dibangun Kementerian Kominfo seperti jaringan tulang punggung internet berkecepatan tinggi dan ribuan BTS 4G di daerah Terdepan, Terluar, dan tertinggal (3T)," katanya.(wn)