JAKARTA (IndoTelko) - Visi Indonesia menjadi salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia, yang diprediksi akan mencapai era keemasannya pada tahun 2045 merupakan tantangan tersendri bagi masyarakat Indonesia.
Salah satu cara untuk mencapai ambisi tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Dalam studi terbaru “Unleashing a digital transformation for equitable, high-quality education” oleh Kearney menunjukkan bahwa pemerintah perlu menerapkan sistem yang dapat mendukung terciptanya tenaga kerja yang adaptif, kolaboratif, dan siap dengan perkembangan teknologi di berbagai industri.
Diketahui, Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045 dengan jumlah 70 persen populasi berada di usia produktif (15 - 64 tahun). Sementara itu, 30 persen lainnya akan berada di usia tidak produktif (di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun). Bonus demografi dapat dioptimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Paparan studi Kearney yang dilakukan secara daring, Shirley Santoso, Presiden Direktur & Partner Kearney mengatakan, “Digitalisasi sistem pendidikan merupakan langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Inisiatif ini akan memiliki implikasi yang positif bagi kualitas sumber daya manusia. Digitalisasi di bidang pendidikan akan mendukung akses yang lebih mudah dalam implementasi layanan pembelajaran yang merata dan mempersiapkan pasokan talenta digital yang berkualitas tinggi. Peningkatan sektor pendidikan juga harus merata – tidak hanya di pulau Jawa, tetapi di seluruh negeri.”
Ada 4 fondasi yang harus dibangun untuk mempercepat transformasi digital yang dapat menguntungkan sistem pembelajaran di Indonesia, antara lain :
1.Meningkatkan kualitas layanan pembelajaran digital
Mewajibkan digitalisasi di semua sekolah dan mengembangkan database pendidikan nasional yang terintegrasi dapat menjadi langkah awal percepatan transformasi digital di sektor pendidikan. Singapura adalah salah satu negara yang sudah mengembangkan platform e-learning nasionalnya bernama Singapore's Student Learning Space.
Platform ini telah diimplementasikan di setiap sekolah dan menyediakan berbagai sumber berkualitas tinggi yang selaras dengan kurikulum. Singapore's Student Learning Space memiliki spesifikasi produk berstandar tinggi, termasuk pengalaman belajar, tampilan yang ramah pengguna, dan pembelajaran pribadi yang didukung AI.
2.Meningkatkan infrastruktur dan kurikulum sekolah dengan menghubungkan pondasi industri digital dengan sektor pendidikan.
Untuk mendapatkan lebih banyak akses ke layanan e-learning, siswa harus memiliki akses yang mudah ke perangkat pintar dan koneksi internet yang baik. Keterampilan TIK di masyarakat, khususnya di kalangan siswa, guru, dan tenaga kerja, sangat penting untuk akses universal ke infrastruktur TIK.
3.Digitalisasi pada ekosistem pendidikan
Ekosistem digital yang kuat dalam pendidikan dapat membantu pemerintah mempromosikan pembelajaran digital kepada siswa dan pengguna. Selain itu, ekosistem pendidikan digital yang andal dapat turut menarik para pelaku di bidang teknologi pendidikan untuk berinvestasi dalam digitalisasi dan mendukung pertumbuhan sektor ini.
4.Pendanaan dan Regulasi
Diperlukan masterplan teknologi pendidikan yang jelas dan didukung oleh pendanaan yang memadai serta investasi swasta yang inovatif untuk mencapai sinergi. Perlu adanya sebuah pedoman nasional untuk menyusun masterplan. Peraturan pendanaan yang baik juga dapat membantu menarik investor swasta, sehingga dapat membantu mengurangi beban pengeluaran pemerintah. Maka, dalam proses pengembangannya akan mendapat dukungan dari banyak pihak.
Salah satu Principal Kearney, Ishan Nahar menyatakan, "Sumber pendanaan yang memadai dan alokasi investasi yang tepat sangat penting untuk memacu transformasi digital di sektor pendidikan. Investasi TIK di bidang pendidikan dibatasi hingga Rp4 triliun pada tahun 2020 dan diperkirakan akan mencapai Rp8 triliun pada tahun 2030, setara dengan 0,02 hingga 0,03 persen dari PDB.”
Ditambahkannya, investasi TIK Indonesia masih jauh di bawah 0,1 persen dari rata-rata PDB untuk negara-negara dengan transformasi digital yang sukses pada sektor pendidikan – Singapura, Estonia, Cina, India, dan AS. (ak)