JAKARTA (IndoTelko) - Kebutuhan akses internet yang memadai dan merata untuk masyarakat di Indonesia, semakin hari terus meningkat mulai dari kota hingga ke pelosok daerah.
Adalah Desa Bodi, Kecamatan Paleleh Barat, Kabupaten Buol, Propinsi Sulawesi Tengah. Desa yang masuk dalam kategori wilayah Terluar, Tertinggal, dan Terdepan (3T) secara infrastrukur umumnya cukup baik. Akses jalanan yang sudah memadai dan juga aliran listrik yang juga bisa dinikmati warga desa.
Sayangnya, pelayanan publik kala itu masih menggunakan cara manual, sehingga membuat pelayanan menjadi panjang. Mereka juga kesulitan untuk update informasi terkait peraturan-peraturan dan ketentuan baru dalam pengelolaan pemerintahan desa. Dan sudah pasti, desa ini membutuhkan akses telekomunikasi segera.
Kebutuhan akses internet mestinya sudah jadi kebutuhan mendasar bagi warga di kawasan ini. Apalagi Desa Bodi berada di tengah yang merupakan penghubung antara Sulawesi Tengah dan Gorontalo.
Untuk mendapatkan sinyal telekomunikasi seluler, warga desa ini mesti naik ke ketinggian atau mesti ke desa atau kecamatan sebelah. Ini yang menjadi penghambat warga desa ini dan selangkah tertinggal dari desa atau kecamatan lainnya.
Pun dalam hal pengajaran dan pendidikan. Dikatakan Datu Lapio, Guru SD Negeri 9 Paleleh Barat, dalam proses ujian kelas enam beberapa tahun ini, pihaknya mesti melakukan kunjungan ke kecamatan lain, ke desa tetangga terkait kebutuhan jaringan. "Kami ke desa Bulagidun Kecamatan Gadung. Kami bawa sejumlah 18 siswa untuk pendidikan anak-anak ke depan nanti," jelasnya.
Demikian pula Dita siswa SD Negeri 9 Paleleh Barat. Dikatakannya, ia dan teman-temannya sangat membutuhkan jaringan Internet untuk belajar dan ujian kala kelas enam nanti.
Sementara, Kepala Desa Bodi, Jamaludin Bua mengatakan, proses pengurusan administrasi warga sangat lambat karena masih menggunakan cara manual. "Pengurusan kartu keluarga yang bisa memakan waktu lebih dari 1 minggu, karena membutuhkan proses kecamatan lagi," katanya. "Juga informasi yang sering terlambat. Di mana sebuah informasi sudah masuk ke Kabupaten, kita masih belum menerima informasi tersebut," tambahnya.
Tebar sinyal ala BAKTI
Pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), berupaya mewujudkan nawacita Presiden Joko Widodo membangun Indonesia dari pinggiran dan memperkuat desa-desa dalam kerangka negara kesatuan. Dari Java centris jadi pembangunan Indonesia centris.
Penyediaan infrastruktur serta layanan telekomunikasi dan informatika, menjadi tugas BAKTI. BAKTI menggunakan dan mengelola dana dari Universal Service Obligation (USO) untuk penyediaan infrastruktur dan layanan telekomunikasi. Salah satu proyek terbesarnya adalah penyediaan akses internet di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) yang dianggap tidak layak secara bisnis.
Untuk mendukung akselerasi akses internet di Indonesia, BAKTI Kominfo terus membangun infrastruktur di daerah-daerah prioritas. Melalui berbagai program inisiatif di antaranya layanan akses internet, penyediaan BTS, Palapa Ring, dan satelite multifungsi. Penyediaan sinyal 4G dan akses internet tidak hanya fokus di kawasan Urban, tetapi juga di pelosok desa pemukiman, serta wilayah 3T.
Tak sekedar menyelenggarakan dan menebar sinyal di kawasan tersebut, BAKTI juga melakukan pengawasan akan kerja BTS-BTS tersebut,baik kerusakan, gangguan dan lain sebagainya.
Proses pembangunan BTS di Sulteng
Kondisi geografis di Sulawesi Tengah tergolong tidak begitu parah.
Pembangunan BTS pun berjalan dengan baik, dan operator penyedia jasa layanan seluler pun dipanggil untuk diajak bekerjasama memberikan layanan.
Ini saatnya sinyal di kawasan ini berdenyut, dan pertanda kawasan ini tak lagi jadi kawasan tertinggal.
Selain dunia pendidikan, para nelayan dan petani pun bisa memanfaatkan akses internet ini untuk mengembangkan usaha dan menjajakan dagangannya via internet.
Pelaku UMKM maupun pengrajin di desa ini merasakan manfaat yang sangat besar dari adanya keterbukaan akses telekomunikasi ini. Hal ini dikatakan Karlino, pengrajin kapal dari desa Bodi. Menurutnya, dulu sebelum ada koneksi internet, hasil kerjanya sulit untuk segera dijual. "Sekarang sudah ada tower dan bisa akses media sosial. Alhamdulillah sudah gampang. Kita memasukkan foto produk kita dan mencantumkan harganya di situ," ceritanya.
Dan tentunya akses internet ini bisa dimanfaatkan betul oleh perangkat desa dalam hal ini kepala desa untuk menunjang kegiatan tata usaha administrasi pelayanan publik di pemerintahan desa.
Camat Paleleh Barat Wahyudin Kadir mengatakan, dengan adanya menara BTS BAKTI, kini 6 desa di bawah kecamatan yang dipimpinnya sudah terciver sinyal operator seluler. Ia pun berjanji akan terus melakukan langkah-langkah konkrit untuk pelayanan di wilayahnya terutama layanan publik, baik itu pertanian maupun perikanan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kini masyarakat di kawasan Paleleh Barat bisa mensejajarkan diri dengan daerah-daerah lainya yang sudah lebih dulu merasakan koneksi internet. Dan tentunya sinyal telekomunikasi bukan lagi barang mahal di sini. (ak)